*Di suatu tempat
"Bolehkah aku pergi menemui kakakku, sayang?" tanya Marthaliani dengan hati - hati.
Wanita itu tampak begitu telaten menuangkan masakannya kepada piring kosong milik Louise. Pagi itu, Louise juga Marthaliani memutuskan untuk menginap di hotel ternama untuk beberapa hari kedepan.
Dengan kasar Louise melipat koran lokal yang dia beli pagi tadi menjadi satu bagian. "Tidak boleh," ketus Louise.
"T-Tapi sayang, 'kan mumpung kita lagi di London... boleh dong aku temui sebentar kak Alexis?" bujuk Marthaliani sekali lagi.
"Aku bilang tidak boleh ya artinya TIDAK!" bentak Louise melarang keinginan terpendam dari Marthaliani yang ingin menemui Alexis.
"Kenapa sayang, mengapa aku tidak boleh menemuinya?"
"Martha... ingatlah tujuan utama kita jauh-jauh datang kemari hanyalah untuk mempercepat proses perjodohan Keenan. Kita tidak ada keperluan lain selain itu, dan begitu pertemuan keluarga berlangsung lagi... kita harus segera kembali terbang ke Indonesia. Kamu juga jangan lupa tugasmu, atau...? Kamu mau aku gantikan dengan orang lain sebagai pendampingku saat lawatan bisnis keluar kota besok?!"
"TIDAK, aku tidak ingin kamu repot-repot memanggil asisten pribadimu untuk menggantikan tugasku! Baiklah, aku akan menuruti semua permintaan kamu... asalkan aku boleh ikut bersama kamu." seru Marthaliani hanya bisa pasrah mengikuti ego dari Louise.
Senyuman puas merekah dari sudut mulut Louise. "Kemarilah," seraya Louise menepuk pahanya.
Hati Marthaliani bersemi bahagia karena Louise tipikal pria yang sangat jarang menunjukan sisi keromantisannya. Sebuah tangan lebar melingkar kuat balik pinggang ramping milik yang terakhir.
"Terimakasih, karena kamu selalu bisa mengerti aku." pengakuan tulus Louise seraya mengecup punggung tangan milik wanita yang selalu menduduki tempat spesial di hatinya.
Wajah Marthaliani bersemu merah. "Aku senang dengan niatan kamu untuk menikahkan Keenan. Tetapi, aku minta tolong padamu... tolong bersikap lembutlah sedikit padanya. Karena aku paham persis sikap memberontaknya itu muncul karena dulunya kamu terlalu keras mendidik Keenan, sayang."
Sebuah sentuhan lembut mendarat di satu sisi wajah milik Louise. Wajah Louise mendongak menatap dalam kedua mata obsidian gelap milik Marthaliani yang selalu membuatnya lebih tenang.
"Huhh... Mau bagaimanapun juga, aku yang paling berperan vital sampai membuat Keenan seperti ini kepadaku. Aku tidak menyesalinya sih, justru itu bagus! Keenan memiliki keteguhan hati dan sisi penyayang yang sama persisnya dengan dirimu. Ya, aku tahu aku yang salah, aku akui itu! Mau di perbaiki bagaimanapun juga... ini sudah terlampau sulit, sayang." pengakuan jujur Louise sedikit membuat hati Marthaliani tertegun.
"Itu berarti di hatimu yang paling dalam masih ada keinginan untuk memperbaiki hubungan kalian agar kembali normal selayaknya Ayah dengan Anaknya, bukan? Menurutku, cukup dengan memberi sedikit ruang untuk Keenan bernafas dan biarkan dia memilih. Kamu tenang saja, aku juga akan membantu membujuknya kok." sebuah kecupan lembut Marthaliani berikan tepat di kening Louise.
Seketika semua keangkuhan milik Louise luluh lantah di bawah pengaruh Marthaliani.
"Aku tidak bisa menjamin bisa lebih lembut kepadanya, tetapi akan aku usahakan." tutur Louise berdeklarasi kepada dirinya sendiri juga kepada Marthaliani yang tengah tersenyum lembut ke arahnya.
***
*Di pagi yang sama di tempat yang berbeda.
Qira berjalan santai menyusuri koridor rumah sakit yang lumayan sepi. Karena Qira datang lebih pagi dari biasanya, Qira mengambil jalan berbeda dengan langkah kakinya yang menuntun Qira untuk memasuki laboratorium pribadi milik Profesor Alexis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Aku Dirimu
Romance"Mengapa semua sangat berbeda dengan apa yang aku impikan selama ini!? Aku berniat segera kembali ke Pulau Bali untuk segera melamar Kak Yuyun... Tetapi, nampaknya Tuhan punya kehendak lain seperti plot twist di film-film. Sekarang dan selamanya, ak...