Begitu kaki Liam berpijak ke tanah desahan kasar ke luar dari mulutnya. "Huhh, kamu bangunlah bocah bau!"
Melirik sekilas kondisi Keenan yang lemah lalu membuang muka dan memunggunginya.
Keenan terkejut dengan kedatangan Liam yang tiba-tiba berdiri jauh di depannya. Pandangan Keenan yang kabur perlahan kembali, walaupun samar terlihat tapi dari punggung lebar dan suara familiar itu Keenan bisa tahu kalau itu adalah Kakek Buyut, sang Ketua Klan Alexander, yaitu Liam.
"Oh, Kakek guru... senang guru bisa berkunjung!" sambut antusias Keenan namun tercekat lirih dan hanya sampai di tenggorokannya saja.
Liam dengan satu kibasan tangan langsung menyingkirkan belengku rantai dari kedua tangan Keenan dan membuat yang terakhir jatuh ke tanah dan mengaduh.
"Uhuk-uhuk! K-kakek, kau... membebaskan aku...?!" dengan seteguk darah kembali keluar dari mulut Keenan. Tatapan mata sayunya seakan dipaksa melotot tak percaya kepada sosok pria yang begitu dia hormati itu.
Liam menggeser badan dan melirik Keenan dari ujung matanya. "Hmph! Kamu jangan senang dulu. Aku melepaskanmu bukan berarti aku sudah memaafkan kesalahan fatalmu!"
Suara Liam dingin tapi tak menggetarkan hati Keenan. Dia hanya menundukan wajah dan mengangguk sekilas. Rasa sakit telah menjalar dari sekujur tubuhnya saat ini.
Liam menarik nafas dalam sebelum mengalihkan pandangan. "Jangan senang dulu, hukuman belum dijalankan sepenuhnya. Sekarang aku minta lepaskan pakaianmu tanpa banyak membantah! Berdasarkan keputusan bersama, kami para tetua Klan akan menghukum 99 cambukan kepada murid yang membangkang dan hukuman potong tubuh kepada pengkhianat."
"A-Apa...?!" kejut Keenan suaranya yang tercekat itu bahkan hanya dianggap sebagai bisikan lirih bagi telinga Liam. "Bahkan dengan kondisi tubuhku yang tidak prima ini, masih akan mendapatkan cambukan?" tanya Keenan dalam hati.
Namun tekadnya yang tak goyah membuat Keenan kembali sadar dengan tujuannya.
"Baiklah kakek guru, maaf atas kelancangan murid kecil ini! Apapun resikonya akan murid tanggung jika itu bisa membuat guru merasa puas, sekali lagi mohon maaf atas kelangan murid yang keras kepala ini!" kedua tangan Keenan menyatu membentuk salam sebagai permohonan atas penyesalan yang dia buat.
Liam dengan tatapan sedih berjalan memutar dan berhenti di belakang Keenan. Dengan jelas Liam melihat bekas jahitan jarum yang menutup luka lama Keenan, dan Liam tahu persis darimana luka itu berasal.
Dengan membuka satu tangan kepulan asap mengelilinginya dan sedetik kemudian asap itu menghilang dan menampakkan sebuah cambuk besar berwarna perak. Tentu saja cambuk ini bukanlah cambuk biasa, melainkan cambuk amarah langit yang sanggup menghancurkan benda sebesar baru karang dengan efek penghancur yang luar biasa.
Wajah Keenan menunduk hanya bisa melihat bayangan sosok Liam dengan cambuk yang tak biasa itu. Dengan siap Keenan menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.
"99 cambukan aku siap menerimanya meskipun aku yakin cambuk itu bukanlah sembarang cambuk." batin Keenan.
"Cambuk ini bernama cambuk amarah langit sudah menjadi tugas cambuk istimewa ini memberi hukuman jera kepada siapapun yang coba melampaui batasannya. Terimalah dan jangan banyak mengeluh lagi..." satu ayunan dia ayunan Liam layangkan ke punggung pria berusia 27 tahun itu.
"Krgh!" erangan tertahan bersamaan dengan sakit luar biasa membuat kulit punggungnya terkoyak. Keenan perlahan menutup mata sembari menguatkan gigitan kepada mulutnya.
***
*Beberapa minggu berlalu
Matthew menatap cemas melihat layar ponselnya seraya merefresh beberapa kali halaman DM, namun tak kunjung berubah sesuai dengan keinginan hatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/358425354-288-k373876.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Aku Dirimu
Roman d'amour"Mengapa semua sangat berbeda dengan apa yang aku impikan selama ini!? Aku berniat segera kembali ke Pulau Bali untuk segera melamar Kak Yuyun... Tetapi, nampaknya Tuhan punya kehendak lain seperti plot twist di film-film. Sekarang dan selamanya, ak...