Bab 55 : Keenan yang keras kepala

0 0 0
                                    

*Beberapa hari berlalu

Qira menjalani kesehariannya di rumah sakit dengan kerja double shift, karena memang rumah sakit kekurangan tenaga medis tambahan... jadinya beban bertambah kepada tanggung jawab Qira, yang mana ponselnya harus selalu aktif jika tiba-tiba ada panggilan untuk pasien darurat.

Terlalu sering mendapat notifikasi dari pihak rumah sakit membuat Qira melupakan semua beban masalah pribadinya. Sudah hampir seminggu ini Keenan juga tidak memberi kabar ataupun sekedar untuk online saja tak pernah.

"Ya sudahlah, pasti bocah tengik itu tengah fokus merencanakan sesuatu sekarang... Jika benar demikian, maka itu bagus juga buatku." sebuah busur melengkung terbit dari sudut mulut Qira.

Qira menyeruput susu kotak rasa strawberry yang sudah membuat lidahnya addicted dengan hati gembira. "Hmm, selera bocah itu agak aneh tetapi lumayan juga kok susu strawberry ini."

Dengan teliti Qira memeriksa setiap laporan data dari pasien-pasien yang membutuhkan uluran tangannya untuk melakukan operasi bedah.

"...Ini sih terlalu banyak, aku harus lebih menekankan lagi untuk usul kepada Profesor supaya mencari tenaga medis tambahan yang bisa berbagi tugas denganku. Jika seperti ini terus maka kita semua bisa kewalahan, termasuk aku."

Sepasang mata obsidian gelap itu melirik jam analog di pergelangan tangan kirinya. "Oh, sudah waktunya!"

Bergegas Qira bangkit dan menyiapkan peralatan diri untuk operasi berikutnya.

***

*Sementara di lain tempat misterius

Di sebuah tempat yang gelap dan sunyi, perlahan Keenan membuka mata untuk pertama kalinya. Dengan rasa pusing luar biasa, Keenan melempar pandangannya yang tidak menemukan apapun kecuali kegelapan dan kesunyian.

"Dimana aku ini...?" bisik Keenan dengan suara lemah menusuk di tenggorokannya yang kering.

Beberapa detik kemudian Keenan baru menyadari bahwa kedua tangannya telah terikat ke atas dengan sebuah rantai besi kokoh yang bahkan Keenan kesulitan untuk bergerak.

"Shhh!" desis kesakitan Keenan merasakan sekujur badannya penuh luka serta bau anyir yang pekat semakin membuat kepala Keenan pusing.

"Aku harus bertahan apapun resikonya!" tekad Keenan semakin bulat meskipun kondisi fisiknya tidak baik-baik saja. Namun, berbekal seberkas keyakinan di lubuk hatinya yang paling dalam Keenan tidak menginginkan : keabadian.

"Huhh-hahh!" sangat kesulitan baginya untuk mengatur nafas. Debaran jantungnya berangsur normal. Entah sejak berapa lama Keenan berada di tempat misterius ini.

Bahkan di tempat sesunyi ini Keenan hanya dapat mendengar deru nafas dan debaran jantungnya. Tempat ini begitu dingin dan sunyi. Seolah Keenan tengah berada di dimensi lain dan tak ada seorang pun di mana.

"Tch, kalian tidak tahu apa yang aku rasakan. Dengan mengambil jalan taoisme untuk keabadian tetapi tidak bisa mengubah takdir yang sudah kulihat, itu juga percuma! Semakin tinggi pohon maka semakin kencang pula angin menerpanya. Semakin kuatnya seseorang maka ujian hidupnya semakin berat dirasa, bagiku kehilanganmu adalah kekalahan terbesar aku, Yuyun! Entah di mana kamu berada." kedua mata Keenan terasa panas bersamaan dengan gemuruh emosi yang selama ini menggerogoti hatinya.

Sekelebat ingatan saat beberapa waktu yang lalu saat Yuyun juga Keenan bertemu kembali.

"Aku tahu kamu Kak, aku sangat mengenalmu. Kamu jelas tidak mencintainya 'kan? Aku tahu itu, sama halnya dengan kamu yang mengenal persis seperti apa aku. Kak, kamu adalah luka yang terindah yang kumiliki..." sebuah bulir cairan bening turun begitu saja bersamaan dengan kekecewaan yang mendalam Keenan rasakan.

Separuh Aku DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang