Bab 47 : Berita bagus yang ditunggu

1 0 0
                                    

Setelah menghabiskan 5 menit Keenan untuk membersihkan diri dan bersiap, tiba-tiba ponselnya bergetar ada sebuah pesan masuk.

["Tolong segera balas pesan ini jika kamu sedang punya waktu senggang, karena ini soal penting, Kee! Aku baru diberitahu, kalau kamu tengah berada di Bandung sekarang. Tolong, segera kabari aku, okay?"

tertanda dari : Matthew]

Kedua alis Keenan mengerut heran, tetapi belum sempat Keenan berpikir jauh... Keenan teringat bahwa semua orang tengah menunggunya dibawah. Rambut panjang Keenan hanya sempat dikeringkan dengan hairdryer sebelum mengikat rambutnya lagi dengan karet.

Dengan santai Keenan berjalan menuruni anak tangga.

"Maaf, sudah membuat kalian lama menunggu." ucap Keenan seraya mengambil kursi kosong disebelah Marthaliani.

"Tidak apa sayang, ayo silahkan kita mulai makannya!" sahut Lestari dengan semangat.

"Entah mengapa hari ini Nenek terlihat lebih bahagia daripada biasanya ya? Atau cuman perasaanku saja." batin Keenan seraya memasukan nasi kedalam mulutnya.

"Jadi, Adnan bagaimana menurutmu soal tadi?" pancing Louise melirik kepada Adnan yang duduk di dekatnya.

"Sebentar! Mmm... Ayam gorengnya enak banget, perpaduan pas sama sambelnya!" pujian Adnan yang tiba-tiba berhasil menghadirkan senyuman dari wajah Chef Jimmy salah seorang Chef kepercayaan Marthaliani di restorannya.

"Benarkah?" tanya Marthaliani memastikan perkataan Adnan sekali lagi.

"Benar, aku jadi pengin bawa pulang ke Korea deh!" kelakar Andan menghadirkan gelak tawa yang jarang terjadi ketika acara makan malam keluarga yang seperti biasanya.

"Hey, Adnan berterimakasih juga kepada Chef Jimmy yang telah meluangkan sedikit waktu berharganya hanya demi memasak untukmu." canda Lestari.

"Haha, Tante Lestari bisa saja deh!"

"Ishhh, kok dengernya geli ya? Sudah bau tanah begini tapi cuman 1 anak nakal yang terus sebut aku dengan Tante-tante!" gelak tawa kembali pecah.

Louise hanya menggeleng melihat kelakuan Adnan dengan Lestari yang memang sangat akrab sejak dulu.

"Hey, aku punya pertanyaan!" seru Lestari kepada yang terakhir.

"Soal apa itu?"

"Nona Bae Hyun Ok, mengapa bisa dulu kamu memilih pria model Adnan seperti ini, hmm? Apa dulunya dia mengancam atau mencoba merayu kamu? Kok mau sih, sama pria tengil sepertinya haha..."

Hyun Ok sebisa mungkin menahan diri agar tawanya tidak lepas, tetapi melihat Adnan memasang wajah cemberut saat berbicara kepada Lestari... merupakan suatu hal baru yang jarang dia temui.

"Entahlah, aku juga lupa..." sahut Hyun Ok dengan meledek seraya melirik kepada Adnan.

"Sayang! Kamu jangan ikut-ikutan ya, menggoda aku sama seperti yang dilakukan oleh Ibu Lestari." rengek Adnan kepada yang terakhir.

"Hmph! Ahahaha... Tolong ingat umur dong, suamiku! Sangat aneh kalau kamu merajuk begitu hanya karena persoalan kecil begini." akhirnya Hyun Ok ikut menertawai Adnan.

Qira hanya menatap jengah dengan pemandangan ini, sama seperti biasanya.  Elisa melirik wajah Qira yang tampak tak tertarik dengan percakapan yang terjadi tapi justru sikap itulah yang membuat Elisa tertarik kepada Qira.

"Mmm, anak ini lain daripada wanita diluar sana. Selain otaknya cerdas juga aku menyukai sifat dinginnya itu. Seandainya saja, anakku Devan bisa menarik perhatian Qira sedikit saja... Aku pasti akan sangat senang, jika wanita seperti Qira menjadi menantu aku." pikiran Elisa tentu masih bisa terdengar jelas oleh Qira.

Separuh Aku DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang