Pada cuaca siang yang terik, Reyhan tengah menyeruput kopi dingin yang baru dia beli dari mesin minuman. Keringat membasahi sebagian wajahnya bersama dengan dehidrasi yang menerjang tenggorokannya. Hari ini dia telah menangani banyak pasien.
Tiba-tiba benda persegi panjang tipis mengeluarkan nada serta getaran yang familiar. Ponsel Reyhan berbunyi nyaring berhasil mengalihkan seluruh atensi pria tampan itu. Dengan satu tangan bebasnya, Reyhan merogoh saku celana dan mendapati sebuah pesan masuk dari bidadari cantik yang diam-diam telah berhasil menguasai seluruh hatinya.
"Eh, pesan dari Qira...? Tumben sekali," bergumam seraya jempolnya menggeser layar ponsel.
Sambil asyik menyeruput kopi dingin dari tangan kanannya, "Pfft...!" refleks Reyhan menyemburkan kopi dari mulutnya.
"Ack...! Da hell what's going on...?!" umpat pria itu ketika membaca isi pesan Qira berulang kali. Menjatuhkan kasar kopi kalengnya kasar. Mata melotot tak pernah lepas dari ponsel. Sekali lagi Reyhan membaca isi pesan singkat dari Qira dengan sakit hati.
["Weeding invitation ceremony
-Bae Dzakiya Qira-
Anak tunggal dari Adnan Tariq & Bae Hyun Ok
Dengan mempelai pria :
-Keenan Pranadipta Widjayakusuma-
Anak bungsu dari Louise Endharto Widjayakusuma & Marthaliani Alexander Endharto
Tempat acara : Di Mansion Widjayakusuma-Bandung, Indonesia."]
Pikiran Reyhan kalut segera men-dial nomer Qira untuk dimintai keterangan.
"...'Nomor yang anda tuju sedang berada di luar service area, silahkan hubungi beberapa saat lagi...' Ack... shit...! Kenapa ponsel Qira sulit di hubungi sih?!" umpat Reyhan sebal.
Melakukan lagi dan lagi. Nomer Qira tidak bisa di hubungi.
Sebuah kepalan tangan menggebrak meja dengan kuat, beruntung tidak terdapat barang penting berharga di atasnya... melainkan hanya sekaleng minuman kopi dingin yang telah berkurang 3/4 isiannya.
"Kenapa begitu tiba-tiba sih...?!"
"Dan kenapa... harus Keenan...?!"
Reyhan mendengus & menghela nafas, dia jelas sangat kesal.
Fluktuasi kemarahan telah membakar hati serta akal sehat pria tampan itu.
Tanpa banyak berpikir panjang jalan satu-satunya untuk mencerahkan pikirannya ialah dengan datang dan temui langsung Keenan.
"Keenan... aku berharap kamu punya penjelasan logis untuk semua ini!" desis Reyhan dengan suara berat.
***
*Di kediaman keluarga Wijayakusuma - di Bandung.
Suasana khidmat sarapan pagi di kediaman keluarga besar Widjayakusuma entah mengapa hari ini lain daripada pagi biasanya. Louise memberikan intruksi khusus kepada koki di kediamannya untuk memenuhi meja makan dengan berbagai menu khas nusantara yang jelas asing bagi lidah Qira & Hyun Ok. Aroma sedap makanan telah mengusik udara dingin karena memang letak Mansion berada di pedalaman hutan di sekitar pegunungan di daerah Bandung.
"Mmm, ini namanya opor ayam nak... silahkan kamu cicipi." suara Nenek Lestari memecah keheningan.
"Ahh... Nenek baik sekali," menerima potongan ayam suwir ke dalam piringnya. Rasa penasaran menyelimuti Qira dengan memasukan sebagian kecil daging ke dalam mulutnya. Kedua mata Qira terbelalak saat lidahnya menerima rasa gurih dari daging dan kuah opor.
"Mmm, ini... sangat lezat, Nenek! Gurih sekali... aku teringat ada jajanan korea yang hampir mirip rasanya dengan opor ini... bukan begitu, Ibu?" melirik Hyun Ok yang tengah terbawa suasana memakan rendang sapi.
"Kamu benar sayang. Ibu berpikir rasa gurih itu tidak hanya dari santannya saja." sahut yang terakhir.
"Seratus! Selamat kamu dapat nilai 100 karena berhasil menebak dengan benar. Dan rasa gurih itu juga dihasilkan oleh bumbu-bumbu rempah yang sudah lazim digunakan oleh wanita indonesia sejak zaman dahulu."
"Ooo... begitu, ahh... aku jadi tertarik ingin membuatnya langsung hehe..." sambung Hyun Ok notabene pecinta kuliner.
"Dan rendang yang kamu cicipi itu berasal dari olahan daging sapi." kali ini Marthaliani ikut dalam obrolan seputar makanan.
"Ah sayang sekali, di Korea daging sapi termasuk mahal daripada daging babi." desahan sedih keluar dari mulut Hyun Ok.
"Oh, sungguh...?!"
"Benar,"
Hyun Ok, Marthaliani, & Lestari... ketiganya larut dalam obrolan seputar kuliner. Adnan hanya menghela nafas memperhatikan kelakuan istrinya. Tatapan Adnan beralih kepada Louise,
"Hey... Bagaimana perkembangan untuk acara besok? Kemarin Qira & Hyun Ok sudah melakukan fitting baju pernikahan. Dan ada beberapa keluhan tapi bisa diatasi oleh desainer-nya."
Louise menyelesaikan makanan di mulutnya sebelum menjawab, "Bagus-bagus... aku merasa senang jika kalian langsung menyampaikan complain kepada perancang gaunnya. Pokonya katakan saja, mana yang membuat Qira dan keluargamu tak nyaman... maka kami juga akan segera memperbaikinya." melirik Adnan sekilas lalu kembali menyantap makanannya.
"Hehe... kau santai lah saja, keluarga kami bukan orang tipe penuntut kok. Oh ya, ngomong-ngomong ada dimana Keenan? Sejak kemarin kami tiba di sini... dia belum juga menunjukan batang hidungnya. Dia juga harus mencoba setelan jas yang sudah dipersiapkan." tatapan Adnan menyapu penjuru ruang keluarga yang cukup luas itu.
Selain ada mereka, juga ada beberapa pelayan pria & wanita dengan seragam rapih, juga koki andalan yang selalu siap melayani permintaan keluarga Widjayakusuma.
Helaan nafas panjang keluar dari mulut Louise, wajahnya yang santai berubah tegang. Entah apa yang tengah dipikirkan oleh sang pemilik Widjayakusuma Grup dengan segudang bisnis yang dia miliki. "Bocah itu belum terlihat lagi, sudah hampir sebulan kami tidak berbincang."
Mendengar suara Louise yang berat berhasil menarik atensi semua orang, termasuk Marthaliani yang baru menyadarinya.
"Kalian tak perlu cemas, Keenan berkata akan pergi dengan perjalanan bisnis ke berbagai negara di Eropa. Hanya itu yang dia katakan lewat sambungan telfon." suara Marthaliani yang tenang berhasil mengusir kegusaran dari hati Adnan & Hyun Ok yang sama sekali tidak mengetahui apapun.
"Ooh... jadi seperti itu...? Terakhir kali aku melihatnya saat kami undang dia makan malam bersama di apartemen milik Qira. Ternyata waktu berlalu begitu cepat ya." perkataan Adnan berhasil mengusik ketenangan Qira.
Wanita 29 tahun itu kembali teringat percakapan terakhirnya bersama Keenan. Tanpa sadar tangan kanan Qira sedikit gemetar, menyadari dengan tangan inilah ia menampar Keenan dengan keras sewaktu di lift.
Tidak ada yang tahu dari balik wajah dingin Qira, sedikit ada kecemasan bagaimana kondisi Keenan saat ini. Dia berharap Keenan tergugah hatinya dan berhenti mengatakan omong kosong soal kematian.
"Tch...! Bocah tengik itu selalu saja membawa masalah baru dalam hidupku." batin Qira kesal.
Qira berpamitan pergi ke kamarnya setelah selesai sarapan bersama. Entah mengapa dia sangat ingin mengecek ponselnya yang sudah lama dia charger. Setelah menunggu beberapa saat dia terkejut ada banyak panggilan tertolak dari Reyhan. Dan isi pesan terakhir yang dia kirim adalah undangan pernikahannya.
Helaan nafas kasar keluar dari mulutnya.
"Aku bisa menebak, pasti Reyhan sangat kesal padaku juga Keenan. Tetapi, kurasa ini lebih baik... karena aku tak ingin terus memberimu harapan palsu. Aku tak ingin kehilangan sahabat sebaik Reyhan hanya karena aku tak dapat membalas perasaannya selama ini. Reyhan, kuharap kau bisa mengerti dan belajar melupakanku..." bisikan Qira tulus dari hatinya yang telah lama tertutup bagi siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Aku Dirimu
Romance"Mengapa semua sangat berbeda dengan apa yang aku impikan selama ini!? Aku berniat segera kembali ke Pulau Bali untuk segera melamar Kak Yuyun... Tetapi, nampaknya Tuhan punya kehendak lain seperti plot twist di film-film. Sekarang dan selamanya, ak...