Bab 10 : Setelah kepergianmu

48 30 2
                                    

•Di kediaman keluarga Bae, di Kota Seoul.

[POV Qira]

Mengapa jadi seperti ini, kemanakah kebahagiaan yang selama ini kita rajut bersama pergi? Bagaimana rasanya saat kamu dikuliti hidup - hidup dibawah pengawasan matamu sendiri? Saat ini rasanya badanku terjatuh ke dalam lubang penderitaan tak berujung.

Aku tak ingin membuka mata lagi. Melihat dunia yang sama dimana tidak ada kamu lagi di sampingku.

"Qira sayang, kamu makan ya? Sudah tiga hari ini kamu mogok makan sayang. Kamu seorang dokter, tentu hal yang kamu lakukan ini merupakan suatu tindakan yang bodoh sayang...." bisik seorang wanita bernama Bae Hyun Ok dengan suara serak, karena Hyun Ok aka Ibu dari Qira juga sedang ikut merasakan kesedihan yang dialami oleh putri semata wayangnya.

Cukup lama aku bergeming. Akhirnya wajah aku menoleh melihat sosok Ibu kesayangan aku yang ternyata sama dengan mata bengkak karena terus menangis sepanjang malam tanpa aku ketahui.

"....Eomma, Qira tidak lapar, Eomma~" bisik aku dengan suara serak dan lemah.

"Tapi kamu tetap harus makan sayang~ Jangan biarkan imun dalam tubuh kamu menurun hanya karena kamu terus larut dalam kesedihan."  kulit tangan Hyun Ok mengusap sayang puncak kepala Qira.

Aku dibuat kaget melihat kedua mata Ibu juga terlihat bengkak. Melihat kondisi Ibu seperti ini... membuatku jadi berpikir, apakah ini juga karena aku penyebabnya?

Sejauh yang aku tahu, Eomma adalah tipe orang yang memiliki kepekaan yang tinggi ... jadi beliau sangat peka terhadap lingkungan juga emosi orang - orang di sekitarnya, termasuk aku. Aku sangat yakin, Eomma jadi begini karena terlalu mengkhawatirkan aku.

"Ini sudah hampir hari ke empat Dante meninggal. Mau sampai kapan Nak, kamu mau terus menghukum diri atas kesalahan yang bukan kamu perbuat."

Aku menatap dalam sepasang obsidian gelap milik Eomma. Aku mendengar jelas kesedihan Ibu dari suaranya gemetar. Hatiku terasa seperti teriris pedih menyaksikan Eomma yang bersedih karena perbuatanku.

"Maaf."

Bae Hyun - Ok menggeleng keras, "Tidak Nak, kamu tidak perlu meminta maaf! Ini semua bukan salah kamu. Kepergian Dante merupakan takdir yang telah tertulis pasti, meskipun ini juga tidak bisa terlepas dari kesalahan Dante yang terus menunda waktu pengobatannya."

Eomma menangkup kedua sisi wajah aku, memberi tatapan keseriusan seolah tidak ingin agar aku terus terbawa alur penyesalan yang tak berujung ini. Mengecup keningku sekilas, kemudian membawa wajahku masuk ke dalam dekapan hangatnya.

"Please, tolong kamu stop dan berhenti terus menyalahkan diri kamu sendiri! Kita manusia, mana tahu kemana takdir kan membawa kita."

Benar juga apa yang dikatakan Eomma. Aku sering mendengarkan kalimat itu dari Dante akhir - akhir ini. :

["Masa depan, kita mana ada yang tahu akan seperti apa. Hari ini kamu bahagia dengan kekayaanmu, boleh jadi esoknya kamu menyesal atas musibah yang menimpamu. Hari ini kamu boleh bersedih dan menjadi pecundang, tapi besok mana ada yang tahu kalau kehidupan kamu akan berubah 180 derajat lebih baik lagi... Hidup itu terlalu singkat, Qira. Jadi jangan pernah terlalu berlarut - larut dengan masalah yang menimpamu, tetap semangat dan lanjutkan hidup. Walau seberat apapun masalah hidup, pastilah ada jalan keluarnya."]

Dengan mengingat perkataan Dante, seolah memberiku kekuatan tersendiri yang menggerakkan kepala untuk menganggukkan perkataan Eomma.

"Bagus! Kalau begitu sebaiknya kamu pergi mandi lalu segera turun ke bawah bergabung bersama Ayah yang juga sedang menunggu kita untuk makan bersama." Eomma mengusap puncak kepalaku dengan sayang sebelum pergi menghilang dari balik pintu kamarku.

Separuh Aku DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang