Bab 23 : Emosi Keenan

13 9 0
                                    

Begitu mendengar suara pintu tertutup rapat, sepasang mata obsidian gelap itu menatap nylang sekitarnya. Keenan melihat ada parsel buah juga sisa makanan dan minuman dari orang - orang yang keluar masuk untuk menemaninya selama di rawat, dengan langkah tegas dan berani Keenan menghampiri sisi meja dan - membalik meja yang membuat segala benda diatasnya bergoyang jatuh ke lantai berserakan.

Rahang bawah Keenan mengeras deretan gigi perannya menggeram kesal. Tak sampai disitu, Keenan melihat keberadaan benda persegi panjang berukuran tipis diatas meja, tak jauh dari tempatnya berdiri.

Melalui ekor matanya, Keenan sempat menangkap tangan kirinya yang mengucurkan darah akibat dari jarum infus yang dia tarik paksa. Namun tindakan bar - bar nya itu tidak menimbulkan rasa sakit yang berarti bagi Keenan. Tak bisa menyaingi hancurnya hati Keenan saat ini setelah mengetahui fakta dari mulut Matthew bahwa Yuyun telah selamanya pergi meninggalkan mereka, meninggalkan Keenan seorang diri.

Fluktuasi di hati Keenan semakin melonjak gila, berjalan cepat menuju TV dan mengayunkan tangannya dengan mudah.

*Bugh!

"Aaghhh~ Dasar bajingan brengsek!" umpatnya kesal melihat TV tak berdosa didepannya sudah hancur. Serpihan kaca sempat melukai tangan kanan Keenan, namun itu tidak berpengaruh apapun bagi Keenan.

Sepasang mata obsidian itu menatap tajam ke arah pintu, persepsi tajam Keenan merasakan keberadaan seseorang dari balik pintu tertutup itu. Tanpa sadar kepalan tangan Keenan menguat kencang, ada dorongan dari hatinya ingin menghajar siapapun orang yang berniat masuk ke kamarnya saat ini juga.

Kepala Keenan menggeleng sesaat, "Tidak! Aku tidak boleh lepas kendali di sini, aku harus segera pergi dan melampiaskan kemarahanku... Tetapi tidak kepada mereka! Mereka tidak boleh melihat wajah marahku saat ini."

Keenan bermonolog kepada dirinya sendiri, tatapan mata tajamnya jatuh kepada jendela yang terbuka. Dengan langkah cepat Keenan berdiri di pinggir jendela dan melongok kebawah. Persetan dengan perkiraan jarak tempat Keenan berdiri dengan tanah adalah ±8 meter.

*Bugh!

Hempasan tanah mengambang ke udara saat kedua telapak kaki Keenan berhasil mendarat, Keenan melompat dengan mudah tanpa berpikir panjang. Matanya menatap nyalang dibawah sinar matahari sore Keenan berlari ke arah taman yang mulai sepi.

Dengan sembarangan Keenan memilih duduk di kursi taman dengan nafas terengah karena habis berlari.

"Aku harus tenang - aku harus tenang, tidak boleh meluapkan emosiku disini." berulang kali Keenan mengatakan kalimat yang sama bagaikan rapalan mantra guna menstabilkan mentalnya yang tengah bergejolak melawan dengan gemuruh emosi di dadanya.

Rasa kecewa dan hancur telah menyelimuti jiwa Keenan saat ini. Perlahan Keenan menyandarkan punggungnya ke kursi, semilir angin sore dengan lembut menyentuh kulit wajahnya. Keenan menutup kedua matanya tak lama kemudian simbol unik muncul di kening Keenan dengan nyala emas terang dan berubah menjadi tato klan yang dulu pernah Keenan lihat sekali dalam hidupnya.

Cahaya hijau lumut langsung membungkus badan Keenan dan melonjak keluar membentuk siluet berwarna hijau lumut dengan wajah mirip Keenan. Esensi jiwa Keenan telah keluar dari tempatnya, menyisakan raga Keenan yang tengah menutup mata seolah sedang tertidur di tempatnya semula.

Kepalan tangan Keenan mengepal kuat ketika esensi jiwanya menoleh sejenak memperhatikan Keenan yang tengah tertidur. Sedetik kemudian esensi jiwanya ikut terbang bersama dengan semilir angin sore kala itu. Langit semakin gelap, menyisakan Keenan yang tengah tertidur di kursi taman.

***

Esensi jiwa Keenan menampakan kedua kakinya di sebuah kamar apartemen yang tampak begitu sepi sunyi, tak ada tanda - tanda kehidupan disana.

Separuh Aku DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang