Bab 3 : Antara adik dengan kakaknya

39 34 0
                                    

Pria itu mengetuk kasar kaca mobil Keenan seraya memaksanya keluar.

"Sini keluar kamu, cepetan!"

Mau tak mau Keenan harus meladeni keinginan pria yang lebih tua darinya itu. Beberapa detik Keenan membuka pintu, sebuah tangan kekar langsung menarik kerah jaket Keenan dengan kasar.

"Sini, aku bilangin kamu ya. Apa penglihatan kamu sudah tidak berfungsi lagi jelas - jelas aku melarang kamu untuk datang ke Bandung!"

"Kak Devan." tangan Keenan berusaha menjauhkan wajah Devan yang menghardiknya tepat di depan wajah Keenan.

Kedua mata Devan melotot seolah hendak lepas dari tempatnya. Hembusan nafas kasarnya begitu terasa menerpa wajah Keenan.

"Maaf kak, tapi tidak ada yang bisa menghalangiku untuk ketemu dengan Ibu." tegas Keenan. Devan mengeratkan cengkramannya.

"Kamu itu tahu apa huhh! Saat ini di perusahaan sedang ada gonjang - ganjing, jelaslah kita membutuhkan banyak suara dari dewan supaya Ayah tidak lengser dari posisinya! Dan satu - satunya jalan adalah pengalihan kepemimpinan yang harusnya diberikan kepadaku. Tetapi, dengan adanya kamu disini ... keberadaan kamu disini malah akan membuat posisi kami semakin sulit, apa kamu tahu itu hmm!"

Keenan tersenyum miring.

"Posisi kami atau posisimu kak? Cih, aku sama sekali tak sudi menyentuh sepeserpun uang kotor dari keluarga ini! Tolong kau campkan itu!" sekuat tenaga Keenan mendorong Devan hingga terhubung mundur beberapa langkah.

Devan mendecih sebal. "Oh, berani ya sekarang kamu membantah?!" sebuah tamparan melesat cepat ke wajah Keenan.

Namun dengan mudah Keenan menangkisnya kasar.

"Tolong singkirkan tanganmu dariku, sebelum aku merubah penilaianku terhadapmu kak. Aku tidak ingin mencari masalah kepadamu. Huhh... Lupakan saja, aku akan menganggap hari ini tidak pernah terjadi."

Setelah mengatakan hal seperlunya, Keenan bergegas kembali masuk ke mobilnya dengan acuh.

"Ingatlah satu hal anak setan! Kamu dengan Ibumu hanyalah sampah di keluarga ini, kalian hanyalah gelandangan yang dipungut oleh ayah. Jadi jangan pernah melampaui batasan mu...!" teriak Devan yang masih terdengar dari dalam mobil Keenan.

"Huhh..." helaan nafas berat Keenan rasakan. Sepasang mata obsidian gelap itu menatap dingin tanpa ekspresi kepada bayangan spion belakang mobilnya.

Kepulan asap pekat membumbung tinggi menyisakan bayangan mobil Keenan yang telah pergi melesat jauh. Meninggalkan gerbang luar dengan gemuruh di hatinya yang berkecambuk. Keenan menaikan kecepatan Jaguar sampai diatas normal.

"Ketahuilah kak, aku tak pernah membencimu. Sebenci apapun kamu terhadapku, dahulu... aku teramat senang begitu ibu juga ayah memberitahu aku, bahwa aku memiliki kakak laki - laki terpaut usia 12 tahun. Dulunya aku sangat senang karena aku berharapnya memiliki teman, bahkan sampai sekarang ... aku masih berharap suatu hari nanti hatimu akan melunak dan menerima keberadaan kami." monolog Keenan kepada dirinya sendiri dengan tatapan kosong.

Sekelebat bayangan masa lalu di kepala Keenan muncul saat beberapa kali Devan berucap kata kasar serta membully Keenan. Keenan kecil tahu bahwa Devan sangat tidak menyukai keberadaannya juga Ibunya di mansion Widjayakusuma ini. Namun Keenan kecil selalu mendapatkan nasehat dari Marthaliani supaya terus menghargai Devan terlepas permasalahan rumit apapun yang terjadi.

["Sayangku, apapun yang dikatakan oleh kakakmu dimasa depan kelak, itu tidak benar. Dan tolong jangan kamu masukan kedalam hati ya, jangan biarkan kebencian menguasai akal sehatmu. Biarkan saja dulu, mungkin ibu Elisa juga Devan masih membutuhkan waktu agar mau menerima kita berdua. Jadi, jangan pernah kamu tunjukan wajah sedihmu di hadapan siapapun, okay?"]

Helaan nafas berat keluar dari mulut Keenan.

"Iya - iya, pokonya apapun masalahnya Ibu selalu benar deh~" pada akhirnya Keenan hanya dapat menyetujui semua perkataan Marthaliani.

***

Dengan kecepatan cahaya, Jaguar menyalip kendaraan - kendaraan yang ada di hadapannya. Lagi Keenan merasakan kehampaan di hatinya, hanya ada satu nama yang terus terngiang di benaknya yaitu Yuyun.

"Yuyun .... kak Yuyun, aku membutuhkanmu sekarang~" bisik Keenan dengan suara lemah.

Beberapa kali melewati rest area Keenan tak ingin menyia - nyiakan lagi waktunya karena ingin segera menemui Yuyun. Namun tibalah di Jln. Pantura dapat dilihat ada antrian panjang di depan Keenan.

*Tin - tin, tin - tin....!

"Haishh~ Kenapa pakai acara macet segala sih, dasar menyebalkan!" umpat Keenan kesal. Di kesempatan ini Keenan gunakan untuk memakan dan meminum cemilan kecil yang tersisa.

Kondisi jalan yang licin serta dibawah guyuran hujan deras disertai petir dan angin. Ingin rasanya Keenan menepi ke warung pinggir jalan untuk memakan mie ayam. Namun posisi mobilnya saat ini sedang tanggung menunggu antrian bersama dengan deretan mobil di belakang Keenan yang ikut mengantri.

Tubuh Keenan sudah kelelahan secara fisik juga mental. Memang sudah menjadi resiko baginya jika pulang ke Bandung. Belum lagi harus menerima kekesalan dari Louise yang kembali melukai Keenan secara fisik juga mentalnya terganggu.

"Boleh tidak aku menutup mata sebentar saja~" tepat di bisikan terakhir keluar dari mulut Keenan. Tiba - tiba dari arah berlawanan ada sebuah truk kontainer melaju cepat tak terkendalikan.

*Tin - tin, tin - tin....!

Pengemudi truk itu kepanikan hanya ide membunyikan klakson yang terbesit di kepalanya. Berharap semua pengguna jalan menyingkir dari jalannya sejauh yang mereka bisa.

Namun karena ada kontruksi jalan yang tengah terjadi sementara ada lubang menganga lebar. Truk kontainer itu mengalami pecah ban sehingga sang supir kehilangan kendali, truk itu oleng dan menubruk beberapa pengendara di seberang jalan yang kebetulan sedang terjebak macet.

Sayup - sayup terdengar suara klakson nyaring, belum sempat Keenan membuka mata, mobil di depannya terdorong hingga membuat mobil depannya ringsek. Sedetik kemudian bunyi mobil dalam keadaan darurat terdengar menembus langit di Jln. Pantura.

*Beep, beep, beep, beep!

Suara itu saling bertabrakan dengan mobil satu dengan mobil yang lain. Asap hitam pekat membumbung tinggi ke langit berasal dari truk kontainer pengangkut kertas, mungkin karena ketumpahan bensin serta ada percikan api. Mampu membuat muatan kertas - kertas itu terbakar hingga menjadi kobaran api yang hebat.

"Ambulans...! Cepat panggil ambulans...!"

"Apakah ada yang sudah telfon dengan kantor polisi?!"

Semua penumpang yang turut menjadi saksi hidup atas peristiwa naas itu, mereka berhamburan keluar dengan pantik ada yang berinisiatif menolong para korban yang terhimpit kendaraan, menyelamatkan anak - anak serta lansia, ada pula yang sibuk meliput dadakan dengan kamera ponselnya.

Berita kecelakaan di Jln. Pantura langsung viral menghiasi laman berita di TV maupun internet.

Tak butuh waktu lama aparat kepolisian serta puluhan ambulans datang ke lokasi kejadian. Mereka dengan dibantu oleh masyarakat yang berhati nurani, turut ikut membantu proses evakuasi para korban.

Sementara Keenan mencium bau anyir dari genangan darah yang mengotori jaketnya. Jangankan untuk berbicara, bergerak pun Keenan tak mampu. Seperti seluruh badannya telah hancur dan Keenan tak mampu lagi menggerakkan jarinya.

Cahaya terang diantara kegelapan berasal dari ponsel Keenan yang telah remuk dan dipastikan rusak, kini tengah tergeletak di karpet mobilnya. Samar - samar Keenan melirik dari panggilan masuk itu berasal dari Bibi Alexis.

"Bi-bi... to-l-l... ng.. s-sakit!" detik itu juga Keenan telah sepenuhnya kehilangan kesadarannya. Dunia Keenan menjadi gelap total sementara bayangan wajah Yuyun yang tengah tersenyum perlahan pudar.

Separuh Aku DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang