Bab 21 : Tekad Matthew

11 9 0
                                    

Melihat situasi yang chaos Reyhan mencoba mengambil kesempatan untuk mengambil kendali.

"Kee, tolong kamu tenangkan dirimu dahulu. Kebaikan serta karunia Tuhan itu sangatlah luas, kamu hanya melihat dari sudut pandangmu saja. Sementara mana ada yang tahu kalau ternyata Tuhan telah menyiapkan rancangan terbaik untukmu dimasa depan kelak, bisa saja... Setelah rentetan peristiwa ini, kamu akan menemukan versi terbaiknya dirimu sendiri." dengan berjalan pelan Reyhan mencoba mendekati Keenan yang tersungkur di lantai. Dengan hati - hati Reyhan mengatur kalimatnya agar bisa mengenai hati Keenan yang paling dalam.

"Tahu apa kamu soal takdir, Reyhan! Kamu sendiri seorang pengecut yang terus bersembunyi di balik selimut embel-embel persahabatan. Aku tahu kamu, Reyhan dari caramu menatap dokter Bae begitu dalam." tatapan tajam Keenan layangkan kepada pria yang usisanya sedikit lebih tua darinya itu.

""""""""""""

"Cih, tutup mulut sok tahumu itu!" sewot Reyhan ketika mendengar nama wanita yang sangat berarti di hidupnya disebut.

"Baik kamu — aku, bahkan Matthew — apa bedanya? Kita akan selamanya menjadi pengecut jika terus menjadi pengagum rahasia tanpa pernah mengutarakan perasaan kepada wanita yang kita cintai. Katakan, apa aku salah?!"

Keheningan terjadi sementara waktu di ruang inap Keenan. Baik Matthew juga Reyhan serasa mendapatkan pertanyaan menohok dari Keenan.

"Sementara yang terjadi diantara aku dengan kak Yuyun itu tidak direncanakan sama sekali! Malam itu aku tak berencana sampai sejauh itu mengutarakan perasaanku, tapi kesempatan tidak datang dua kali, bukan?" lanjut Keenan lagi.

Wajah Matthew jatuh kebawah seolah kehormatannya telah terjatuh. Dalam hati dia membenarkan apa yang dikatakan oleh Keenan.

"Kalian selamanya boleh menyalahkan aku, tetapi yang namanya hati apa bisa dipaksakan? Sementara jika aku tidak nekat malam itu, maka selamanya aku akan terjebak dalam cinta sepihak."

Reyhan menghentikan niatannya untuk kembali menenangkan Keenan, dalam hati dia juga membenarkan apa yang diucapkan oleh Keenan ada benarnya.

"Mana aku tahu kalau ternyata selama ini kak Yuyun juga punya rasa yang sama?" bisik Keenan lemah.

Semilir angin berhembus masuk dari jendela, seakan obrolan penuh tensi tinggi tiba - tiba senyap setelah bisikan lemah keluar dari mulut Keenan. Matthew yang telah lama terdiam, menjadi yang pertama kali tersadar.

"Maaf Keenan, aku — "

Penyesalan menyelimuti hati kecil Matthew.

"Keluar." lirih Keenan. Pandangan Keenan tak pernah meninggalkan lantai.

"Keenan, aku tidak bermaksud — "

"Aku bilang tolong keluar dari kamar ini dan jangan biarkan siapapun masuk! Tolong tinggalkan aku sendiri, aku mohon~" suara Keenan terdengar gemetar diujung kalimatnya.

Desahan pasrah keluar dari mulut Matthew.

"Ya sudahlah, pokoknya aku minta maaf karena sudah keterlaluan memojokkanmu..." tutup Matthew berlalu pergi menuju pintu.

Untuk sesaat langkah kakinya berhenti, Matthew menoleh melihat yang terkahir masih bergeming dengan wajah menunduk ke lantai. Mana ada yang tahu bagaimana ekspresi Keenan saat ini.

Mulut Matthew gemetar namun tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya. Dengan langkah tegas Matthew meninggalkan ruang inap Keenan. Menyisakan Reyhan yang masih mematung di tempatnya.

"Kamu juga sebaiknya pergi, karena aku tak mau perkataanku semakin menyakiti hati semua orang." ucap Keenan dingin.

Reyhan mengusap wajahnya kasar. Dia hanya bisa mengalah kali ini.

Separuh Aku DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang