"Dan alasan kedua dan yang paling utama adalah... bodoh. Sebuah keinginan mustahil bagiku adalah memutar balikkan waktu sehingga kejadian hari ini tidak akan pernah terjadi...? Orang baik itu tidak perlu mati cuma-cuma lalu memberikan jantungnya kepadaku... karena satu hal dari sekian banyak yang ada di kepalaku saat ini ialah PE...NYE...SA...LAN! Untuk apa Tuhan memberi aku hadiah kesempatan hidup satu kali lagi dengan kompensasi berat yang harus aku tanggung seumur hidup dengan kepergian dia dari hidup aku?" Keenan yang emosional sudah tak bisa dibendung lagi.
Terjadi keheningan sesaat disana. Qira masih mencoba mencerna semua informasi yang dia dapat dari Keenan.
"Jujur, belakangan ini aku sangat menyesal... mengapa aku tidak mati saja saat kecelakaan itu terjadi? Sehingga aku tak perlu terbangun dari tidur panjang dan BAMM!! Orang yang paling berharga dalam hidup aku juga pergi tanpa jejak... Seperti orang gila aku kesana-kemari mencari keberadaannya tetapi apa hasilnya...?! Kenyataannya adalah dia pergi tanpa sepatah katapun. Di saat aku menemukan kuburannya adalah disaat aku mengakhiri segalanya, aku ingin mati."
Sebuah sengatan pedas membuat separuh wajah Keenan terasa kaku-panas untuk bergerak kembali ke tempat semula. Tapi baru saja dia menyadari kalau Qira telah menamparnya keras. "Kau?!" desis Keenan geram.
"Bagaimana mungkin dengan begitu entengnya kamu mengatakan kalimat sampah seperti itu, HAH...?!" kedua tangan Qira menarik kerah Keenan dan menggoyangkan badannya kuat.
"Bagaimana bisa... kamu mengatakan omong kosong seperti itu dengan enteng? Kamu ternyata jauh lebih bodoh dari apa yang kukira ya...? Ini semua karena sudah jadi SURATAN TAKDIR yang tidak bisa diubah! Dan manusia hanyalah makhluk lemah yang terlalu banyak mengeluh dan jarang sekali bersyukur, dan contoh nyatanya adalah KAMU!"
Derai air mata sudah tak tertahankan lagi, lolos begitu saja dari pelupuk mata Keenan. Dalam diam, Keenan menangis.
Jiwa Keenan terguncang mendengar ceramah Qira yang menghujani tepat ke hatinya yang tertutup rapat.
"Sekarang apa, hah...? Bahkan kamu pun tidak bisa menjawab lagi perkataanku." tantang Qira dengan sedikit kebanggan atas perkataannya yang berhasil membuat Keenan terguncang.
Tiba-tiba lift berhenti namun belum sampai di lantai tujuan Keenan. Beberapa orang penghuni apartemen ikut masuk memenuhi lift yang sempit bahkan sampai mendorong punggung Qira dan membuat wajahnya menempel pada dada Keenan.
"Awas, awas, tolong geser dong!" kata pengunjung a.
"Minggir-minggir!" kata pengunjung b.
Suasana tegang berubah menjadi sempit dan panas penuh sesak. Qira bisa mendengar dengan jelas detak jantung Dante yang begitu keras dan cepat.
Sebuah alunan melodi yang selalu membuat hati Qira tenang jika sedang ada banyak masalah seperti saat ini. Hanya dengan mendengar suara nafas, bahkan detak jantung Dante... bisa sangat berpengaruh kepada kondisi mental Qira yang terguncang.
Pun sama halnya yang terjadi pada saat ini. Bulir-bulir cairan bening kembali menetes dari pelupuk mata sembab Qira. "Dante, aku merindukanmu... Semoga kamu tenang di alam sana." panggilnya dalam hati.
Sesaat kemudian Qira tersadar dengan postur tubuh serta aroma tubuh yang jelas berbeda membuat wajah Qira mendongak dan melihat wajah Keenan yang masih menoleh ke arah dimana Qira dengan keras menampar wajahnya tadi.
Jelas terlihat wajah tampannya bengkak saat ini.
Tanpa sengaja jari Qira terkena tetesan hangat cairan bening yang berasal dari pria yang masih mematung di tempatnya.
Qira tertegun melihat t-zone yang begitu indah serta tulang rahang yang tegas jika melihat wajah Keenan dari angel seperti ini. Kedua mata sipit Qira terbelalak kaget saat menyadari Keenan tengah menangis dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Aku Dirimu
Romance"Mengapa semua sangat berbeda dengan apa yang aku impikan selama ini!? Aku berniat segera kembali ke Pulau Bali untuk segera melamar Kak Yuyun... Tetapi, nampaknya Tuhan punya kehendak lain seperti plot twist di film-film. Sekarang dan selamanya, ak...