Bab 42 : Merindukan Bandung

1 0 0
                                    

*Keesokan harinya di Studio

Sudah beberapa hari belakangan Keenan tengah ngebut menyelesaikan project edit foto keluarga milik salah seorang client langganan yang selalu mempercayakan sentuhan tangan dari studio K-Artamedia studios n' Art untuk segala kebutuhan pribadi maupun pekerjaannya.

"Done!" seru Keenan seraya melakukan peregangan pada urat jari-jarinya hingga punggung juga leher yang kaku.

"Oh, sudah selesai Boss?" tanya Andreas yang kebetulan tengah berada di dekatnya.

"Umm, tolong file ini nanti disalin juga dan jangan lupa berikan kaset album padanya, ya?" sahut Keenan.

"Siap!" Andreas kembali sibuk mengerjakan tugasnya.

Sepasang obsidian gelap itu dia lemparkan ke bangku milik seseorang yang belum muncul juga barang hidungnya semenjak kemarin di acara photo shoot ke Pantai Guinevvia.

"Matthew belum masuk juga?" tanya Keenan pada dirinya sendiri.

Andreas yang masih berada disana berinisiatif menjawab, "Belum boss, katanya... Ada kepentingan mendesak dan minta izin sampai beberapa hari kedepan." seraya kedua tangannya tetap fokus pada keyboard.

"Hah...?! Kok tumbenan sekali sih, sepertinya ada masalah besar sampai-sampai membuat konsentrasi kerja Matthew bisa terpecah begini." bisik Keenan pelan.

Segera dia ingat akan rencananya juga, "Oh iya Andreas, bisa tolong kamu sampaikan kepada yang lain... kalau malam ini saya akan terbang ke Bandung - Indonesia, ada urusan keluarga yang harus dihadiri. Jadi, selagi saya ataupun Matthew tidak ada... tolong titip tanggung jawab studio, ya?"

Kegiatan Andreas tertenti sepenuhnya. "O-oh, Boss juga mau ikutan ambil cuti? Baiklah, selamat bersenang-senang Boss... Semoga acaranya berjalan lancar." Andreas tersenyum singkat dan kembali fokus bekerja.

Dalam hati Keenan tidak turut mengaminkan do'a melainkan hanya tertawa canggung sebagai balasannya kepada Andreas.

***

Benar saja, Keenan mengambil jam penerbangan internasional sore karena hanya inilah yang tersisa, karena besok belum ada maskapai penerbangan lagi yang melakukan perjalanan menuju ke Jakarta.

Mengambil kelas bisnis karena alasan kenyamanan. Sepanjang perjalanan Keenan kepikiran bagaimana kemarin Qira memarahinya dan terus menyiksa Keenan. Terdapat bekas luka lebam yang bahkan masih terasa pegal hingga sekarang.

"Ya ampun, tangannya mungil tapi punya tenaga macan!" gerutu Keenan saat jarinya menyentuh bekas luka lebam di punggungnya akibat perdebatannya dengan Qira semalam.

"Bisa jadi samsak beneran kalau nantinya kami beneran tinggal satu atap, idihh ngeri kali...!" ucap Keenan bergidik ngeri.

Jempol Keenan memutar playlist milik penyanyi Sunny yang selalu berhasil membuatnya merasa lebih baik. Headphone telah bersemayam mesra di puncak kepala Keenan, dengan menutup kedua matanya... Keenan menikmati suara lembut dari teman lamanya yang begitu membekas di hatinya.

"Kamu apa kabar, Tari? Semenjak pengakuan cintaku bersama Kak Yuyun di depan khalayak umum, aku merasa kamu mulai berbeda. Aku merasa kamu mengasingkan diri dan tidak lagi mengabari aku bahkan sampai saat ini." Keenan pun menyadari tidak baik kalau selamanya membiarkan orang terdekat kita terus berkutat pada perasaan semu yang pada kenyataannya jauh berbeda dari yang dipikirkan selama ini.

Keenan hanya berharap agar Mentari bisa move on bersama Zein Alattas kekasihnya jika mereka berdua memang berjodoh. Keenan hanya mengharapkan yang terbaik untuk Tari.

Separuh Aku DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang