Bab 24 : Hati dingin Qira luluh atas nama orang tuanya

12 12 0
                                    

*Dimalam yang sama

Qira beberapa kali menghela nafas lelah dengan wajah lusuh. Sepasang mata ikan menatap jengah memperhatikan situasi lalu lintas yang cukup lenggang pada saat hujan badai saat ini.

Sekelebat bayangan Qira teringat bagaimana kesalnya Reyhan menyeret paksa Keenan agar kembali lagi ke kamarnya. Decakan sebal lolos begitu saja dari mulut dara cantik itu.

"Ck, bisa - bisanya mereka bertingkah kekanakan begitu, bagaikan botol ketemu tutup .... are they sharing the same brain cell?" cibir Qira namun seringai dari sudut mulutnya melebar saat menyadari bahwa tinggal beberapa meter lagi Qira sampai di basement apartemennya.

"Nah.. Sudah sampai, fyuhh~"

Baru saat Qira hendak mengemasi tasnya, tiba - tiba ponselnya bergetar tanda masuk sebuah pesan. Namun dengan enggan Qira malas membuka ponselnya dan ingin segera masuk ke apartemen sebelum akhirnya dia dapat berendam air panas di bak mandi.

Dengan langkah pasti Qira naik ke lantai 8 melaui lift. Beruntungnya kali ini Qira naik lift sendirian, karena disaat hujan badai begini sangat jarang para penghuni apartemen keluar kamar melainkan lebih memilih menarik selimut dan tidur.

"Huhh... Setidaknya aku tak perlu berpura - pura antusias menyapa orang karena aku sedang sangat malas bertemu orang." pikir Qira dengan hati lega.

Tak butuh waktu lama untuk Qira sampai di kamar apartemen yang dia sewa sebelum akhirnya menutup pintu di belakang punggungnya. Qira segera meletakan barang juga jas putihnya yang sudah kebasahan hujan kedalam mesin cuci.

Setelah menghabiskan hampir setengah jam berendam di air hangat, akhirnya Qira merasa lebih segar dan memasak mie instan. Sambil menunggu mie masak, Qira teringat kalau tadi ponselnya sempat bergetar.

Segera Qira mencari keberadaan benda tipis berbentuk persegi itu yang tengah dia charger. Kedua alis Qira mengerut serius saat melihat nama pengirim pesan tersebut adalah : Eomma 💜.

Hari Qira memilih opsi buka pesan namun telinganya mendengar air mie telah mendidih jadinya Qira meletakan sembarangan ponselnya dan kembali lagi ke dapur. Meniriskan semua air mie dan memasukan mie itu kedalam mangkuk yang telah berisi bumbu.

Harum semerbak aroma khas penyedap mie kesukaan Qira memang selalu berkesan di hatinya.

"Mmm, mie goreng indomie sudah siap~" kedua mata lelahnya tampak berbinar terang mengagumi mie goreng di tangannya itu.

Qira membawa dirinya ke sofa dan melahap mie gorengnya dengan hati gembira.

*Ddrrttt - ddrrrttt!

Ponsel berdering dan membuat Qira tersentak kaget, dengan panik dia mencari dimana keberadaan sang pembawa masalah. Emm, maksudnya ponsel Qira.

"Deuh mava sih~" gerutu Qira sembari mengunyah makanan di mulutnya.

Sepasang mata obsidian gelap itu menatap nyalang mencari keberadaan ponselnya, dan saat tanpa sengaja mengambil banyak sofa... nampak lah ponsel Qira yang tengah menyala terang dengan notifikasi panggilan suara masuk.

Susah payah Qira menelan sisa makanan dari mulutnya saat melihat nama kontak "Eomma 💜" mencoba menyambungkan telfon kepada Qira. Perasaan gundah menyelimuti hati Qira saat ini, dalam hati Qira mencoba menerawang jauh perihal apa yang hendak Eomma sampaikan sampai sepenting ini.

"Hallo, selamat malam, Eomma~"

"Qira, dari mana saja kamu!? Mengapa kamu hanya membaca pesan Eomma, hmm!?"

"Eh, a-anuuu... Qira lagi tanggung masak mie goreng, Eomma. Maaf deh, kalau ternyata Eomma jadi kesal kepada, Qira."

Terdengar helaan nafas dari sebrang sana. Mulunya berdecak sebal sesaat.

Separuh Aku DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang