"Huhh.."
Desahan nafas panjang keluar dari mulut Marthaliani saat membaca surat izin beserta dokumen penting untuk melengkapi persyaratan yang diajukan oleh kedua belah pihak rumah sakit.
"Apa kamu sudah yakin, kakak?" tanya Marthaliani bimbang lalu memberikan tatapannya kepada Alexis yang tengah melipat kedua tangannya di depan dada sambil bersandar pada tembok di belakangnya.
"Cih, jadi kamu selama ini meragukan kemampuan aku, begitu maksudnya?" decakan sebal keluar berikut protes dari Alexis.
"Eh-eh, bukan begitu maksud aku, kak~ Hanya saja... aku juga tahu kok, kalau pekerjaanmu saja di rumah sakit sudah sebanyak apa, masa mau ketambahan mengurusi Keenan sih? Aku takutnya malah jadi kamu yang terforsir nantinya...." penjelasan Marthaliani tentu dapat ditangkap dengan baik oleh yang Alexis.
"Justru karena itu, selagi Keenan berada dalam radius yang sama dengan aku maka aku dapat dengan mudah terus membantu proses penyembuhannya, Martha. Dan juga, kamu harus tahu satu hal —" berjalan mendekati Marthaliani kemudian membisikan sesuatu tepat ke telinganya.
Kedua mata Marthaliani terbelalak kaget. Menggeser kepalanya menatap tak percaya kepada yang terakhir.
"Apa benar ini akan berhasil, kakak? Karena aku sangat takut, jika prosesnya dilakukan saat ini juga takutnya akan berakibat buruk kepada kesehatan Keenan."
Alexis menghela nafas kasar. Dirinya memaklumi sebagai sesama Ibu, tentunya tak ingin terjadi sesuatu yang buruk kepada anaknya bukan.
"Percayalah kepadaku, aku sudah mengecek kedua subjek secara berkala dan mendetail. Keduanya memiliki kecocokan yang hampir sempurna, bagaikan pinang dibelah dua. Darah mereka akan cocok, Martha. Aku sudah melakukan banyak penelitian jauh sebelum hari ini terjadi. Dan aku sudah menemukan yang cocok untuk Keenan." tangan Alexis mendarat di bahu Marthaliani berusaha meyakinkan adiknya.
Marthaliani nampak berpikir keras dengan menundukkan wajahnya ke lantai.
"Lantas, apakah kamu yang akan melakukan operasinya?" kini pandangan mereka bertemu, Marthaliani mencoba mencari jawaban dari balik sepasang obsidian gelap yang selalu tenang itu.
Alexis menggeser badannya, berjalan beberapa langkah melihat ke arah jendela dan memperhatikan suasana jalan serta pepohonan hijau di sekeliling rumah sakit.
"Kalau soal itu, kamu tak perlu meragukan kapasitas dari seorang dokter spesialis bedah terbaik yang pernah ada di Kota London. Sedangkan aku, aku akan menyiapkan pil tulang semanggi tingkat 7 untuk mempercepat pemulihan Keenan seperti sedia kala. Akun tahu pil ini tidak mudah, tetapi aku akan mencobanya demi keponakan aku." tangan kanan Alexis mencengkram kuat seiring besarnya tekad yang ada dalam hatinya.
"Karena memang inilah saatnya Keenan menerima transplantasi jantung." lanjut Alexis dalam hati, sebuah busur kecil terbit dari sudut mulutnya.
"Huhh... Baiklah kak, aku serahkan segalanya kepadamu." pungkas Marthaliani dengan wajah tegar.
Alexis berbalik badan dan langsung memeluk erat Marthaliani.
"Terimakasih, karena kamu sudah sangat mempercayai aku selama ini, Martha. Aku berjanji akan melakukan yang terbaik." tutup Alexis.
***
*Sementara dibelahan bumi yang lain
[Qira pov]
"Hyaatt~"
*Bugh - bugh, bugh - bugh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Aku Dirimu
Romance"Mengapa semua sangat berbeda dengan apa yang aku impikan selama ini!? Aku berniat segera kembali ke Pulau Bali untuk segera melamar Kak Yuyun... Tetapi, nampaknya Tuhan punya kehendak lain seperti plot twist di film-film. Sekarang dan selamanya, ak...