Selama mereka bersahabat pasti ada banyak lika-liku kehidupan berhasil mereka lewati. Tetapi untuk soal asmara, ini pertama kalinya mereka bertengkar cukup lama hingga berbulan-bulan lamanya belum bisa ngobrol normal seperti dahulu. Pasti kalau ngobrol di kantor juga terkesan canggung dan terpaksa.
Dengan sepasang mata obsidian gelapnya, Keenan menoleh memperhatikan penampakan Sanxia District yang masih asri dan banyak hutan. Keenan terperangah kaget ketika membaca nama sebuah nama jalan serta tembok beton setinggi ±10 meter menjulang tinggi mengapit pintu masuk yang bertuliskan Mansion Tianzhi.
"Padahal baru sampai pintu gerbang luar, tetapi sudah kelihatan megah begini..." celetuk Keenan.
"Ya begitulah... Aku rasa wajar jika Kak Yuyun berniat menyembunyikan identitasnya dari kita. Karena semua orang pasti akan menunduk takut jika berinteraksi dengan orang-orang dari Klan Tianzhi. Apalagi, aku membaca artikel sejarah bahwa Klan mereka memiliki pengaruh cukup besar untuk negeri ini. Coba lihat, ada penjaga yang datang kearah kita!" tunjuk Matthew.
"Tok-tok! Tok-tok!"
Ketukan kaca terjadi tepat di samping Matthew.
"Berdehem! Biar aku ambil alih disini." dehem Matthew sesaat sebelum menurunkan kaca mobil.
"Selamat sore, Tuan-Tuan! Maaf ada perlu apa ya datang kemari? Sepertinya kalian orang asing... Apakah kalian punya kartu undangannya?" tanya petugas pria sebut saja a.
"Selamat sore Pak! Benar, kami bukanlah orang lokal sini. Maaf kami tidak punya kartu undangan. Dan tujuan kami jauh-jauh datang kesini karena suatu kepentingan." jawab Matthew.
"Maaf, kalau begitu kalian dilarang masuk karena di dalam sedang ada perayaan dan hanya orang-orang yang telah menerima kartu undangan yang boleh masuk!" tolak pria a.
Keenan mengeratkan pegangannya pada buku sketsa di dekapannya, begitu mendengar penolakan tegas dari pria a.
"Maaf Pak, tapi kami jauh-jauh datang dari luar negeri kami hanya ingin menemui Yuyun. Asal anda tahu, kami adalah teman kerjanya di Studio tempat dimana Yuyun pernah bekerja. Memang benar kami datang tanpa undangan, tetapi kami memiliki suatu urusan penting dengannya. Dan kalau anda mengizinkan kami masuk, kami berjanji tidak akan berlama-lama lagi jika urusan kami sudah selesai."
Pria a tampak berkomunikasi dengan HT nya, dan menceritakan kedatangan Matthew juga Keenan kepada pemimpinnya.
"Bagaimana Pak, apakah mereka harus diusir?"
["Hmph! Jangan sembarangan dahulu kamu! Mereka adalah teman-temannya Yuyun xiaojie, kalau kamu nekat mengusirnya... Tamatlah sudah riwayatmu!"]
Wajah pria a berubah pucat ketakutan.
"B-baiklah Pak, saya akan membiarkan mereka masuk!" sahut pria a.
Seringai penuh kemenangan muncul di sudut mulut Matthew.
"Kalian dibolehkan masuk, maaf soal yang tadi!" ucap pria a seraya membuka gerbang besi besar yang menjadi pembatas antara dunia luar dengan mansion.
"Terimakasih," sahut Matthew seraya melajukan mobil mengikuti setapak yang cukup panjang dan berbelok-belok.
"Mmm, kalau tidak salah sebutan 'xiaojie' itu untuk Nona Muda 'kan ya?" tanya Keenan seraya memperhatikan halaman mansion yang begitu luas dan ada sejumlah kendaraan roda empat terparkir rapi disana.
"Benar, dan — sepertinya ada pesta mewah di dalam mansion?" tanya Matthew dengan nada ambigu.
"Jangan terlalu dalam Matt, taruh saja mobil di tempat kita mudah mengeluarkannya." saran Keenan yang langsung didengar oleh yang terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Aku Dirimu
Romantizm"Mengapa semua sangat berbeda dengan apa yang aku impikan selama ini!? Aku berniat segera kembali ke Pulau Bali untuk segera melamar Kak Yuyun... Tetapi, nampaknya Tuhan punya kehendak lain seperti plot twist di film-film. Sekarang dan selamanya, ak...