*Third pov
Baik Adnan juga Hyun - Ok menghentikan kegiatan mereka seolah ter-freeze, dengan ragu tatapan kedua pasutri itu jatuh kepada yang terakhir. Meskipun Hyun - Ok juga Adnan berusaha bersikap normal namun jika diperhatikan lebih, nampak jelas kedua mata mereka bergetar waspada dengan kejujuran yang akan keluar dari mulut Qira.
Namun reaksi berbeda ditunjukan oleh Qira yang tetap tenang dengan wajah dingin. Intusisi Qira berkata, saat ini apapun kalimat yang terlontar dari mulutnya... pasti sudah membuat Adnan juga Hyun - Ok merasa was - was. Karena Adnan berkata kepada Louise kalau Qira masih single.
Sebuah seringai tipis terbit dari sudut mulut wanita berusia 29 tahun itu.
"Well, well, well~ bukankah ini kesempatan emas buatku membalikkan keadaan dan mengendalikan permainan. Mengatakan sejujurnya bahwa aku menolak rencana perjodohan ini ... lantas aku pergi setelah membuat end game yang epik, selayaknya female lead dalam kisah novel fiski?" ucapku dalam hati.
Euforia kemenangan seakan membungkus Qira yang semakin melambung tinggi, saling senangnya saat ini.
"Lalu setelah itu, aku tak perlu lagi terus berpura - pura lugu di hadapan semua orang." lanjut Qira dalam hati.
Mulut Qira gemetar seolah hendak mengatakan sesuatu namun tiba - tiba saja-! Seseorang datang dan mengubah suasana.
"Maaf semuanya, atas keterlambatanku."
Dengan langkah pelan seorang pria jangkung datang dengan penampilan kasual serta rambut gondrong yang diikat ponytail dan berewok titpis di bawah sekitar tulang pipinya. Dengan penampilan tersebut membawa kesan manly yang begitu kuat.
Semua orang menoleh begitu juga dengan Adnan, Hyun - Ok, dan Qira yang terpaksa memutar badan melihat pria yang sedang mereka tunggu akhirnya datang.
"Ka-kamu!?" kejut Qira dengan kaget luar biasa. Pasalnya, dia sama sekali tak menyangka akan keberadaan jenis spesies manusia yang sangat ingin Qira hindari selama sisa hidupnya, kini berjalan santai mendekati mereka.
Qira kaget begitu juga dengan pria itu, namun dia sangat pandai mengontrol emosinya dan bersikap biasa saja.
*Brak!
Baru sampai pria itu mendekati mereka, tiba - tiba Louise menggebrak meja degan wajah marah melayangkan tatapan tajam layaknya elang kepada yang terakhir.
"Apa - apaan kamu ini!?" suara bariton yang biasa santai berubah tegas dan penuh intimidasi.
"Keenan, ada apa ini!? Da-dan, si-siapa anak yang kamu gendong itu!?" seru Marthaliani dengan wajah antara terkejut sekaligus kecewa.
Benar, pria yang hendak dijodohkan oleh Adnan adalah putra bungsu dari keluarga Louise, yaitu Keenan.
Keenan masih bergeming dan menyapu pandangannya kepada mereka berlima, sampai akhirnya pandangan Keenan jatuh kepada Qira yang tengah berdiri syok akan kembuculan Keenan yang tiba - tiba.
Dengan santainya Keenan menepuk - nepuk pelan punggung bocah laki - laki usia 5 tahun yang menjadi alasan dari sekian banyak alasan mengapa Keenan bisa datang terlambat.
Teramat sangat terlambat sih, sebetulnya.
"Kamu kenapa diam saja! Ayo, jawab pertanyaan, Ayah!" paksa Louise seraya beranjak dari tempatnya dan ingin sekali melayangkan pukulan ke wajah Keenan. Namun sekeras mungkin Louise menahan amarahnya yang meluap - luap saat ini.
Kerana Louise harus tetap menjaga wibawanya di hadapan semua orang.
Adnan juga Hyun - Ok awalnya antusias menunggu pertemuan mereka lagi dengan Keenan yang sudah lama tidak mereka lihat. Namun pada kenyataannya saat ini justru malah sebaliknya. Adnan juga Hyun - Ok, menatap kepada Louise - Keenan - anak kecil malang itu - dan berkahir kepada Marthaliani yang masih syok dengan kedua mata merah menahan air tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Aku Dirimu
Romance"Mengapa semua sangat berbeda dengan apa yang aku impikan selama ini!? Aku berniat segera kembali ke Pulau Bali untuk segera melamar Kak Yuyun... Tetapi, nampaknya Tuhan punya kehendak lain seperti plot twist di film-film. Sekarang dan selamanya, ak...