"Apa? Kenapa melihatku begitu?!" ucap Qira dengan sewot.
Reyhan hanya menggeleng singkat ditengah kebingungan yang melanda pikirannya. Reyhan celingukan mencari tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi. Karena baru sekitar 5 menit yang lalu Reyhan berpamitan pergi ke kamar kecil dan sekembalinya, Reyhan dikejutkan oleh keberadaan Keenan yang tengah terkulai lemas dengan kepala diatas meja.
Terdengar langkah tegas mendekat ke arah mereka, "Maaf, kamu dokter Reyhan 'kan?"
Panggilan suara baritone itu mulai terdengar familiar di telinga Reyhan. Sejurus kemudian Reyhan menoleh dan memberi tatapan terkejut.
"Eh, Matthew?! Sedang apa kamu dan Keenan berada di sini?"
Matthew datang dengan membawa tas kamera serta laptop milik Keenan. "Oh, tim kami tengah melakoni sesi pemotretan bersama beberapa model. Sudah 7 jam lamanya kami berada di sini, dan yang lainnya berada di tenda cukup jauh dari sini."
Penjelasan singkat dari Matthew dirasa cukup bagi Reyhan & Qira yang masih berada disana meskipun hanya memasang wajah tak tertarik.
"Lantas mengapa dia bisa sampai demam tinggi begini?" tanya Reyhan lagi.
Pandangan Matthew jatuh kepada Keenan yang tengah menutup mata dengan lemas. Sebelum Matthew menjawab, Keenan terlebih dahulu menegakkan punggung dan menoleh kepada yang terakhir.
"Oh, kalian sudah selesai? Cepat sekali. Dan sekarang, kemarikan laptopnya... biar aku yang kerjakan proses finishing." tangan Keenan hendak meraih tas laptop.
Namun dengan cepat sebuah tangan menepisnya kasar.
"Tch, berhentilah bersikap bodoh di sini! Cepat kemarikan kunci motormu, dan biar aku yang kerjakan sisanya." paksa Matthew dengan menengadahkan satu tangannya.
"Matt," Keenan menggeram dengan deep voice miliknya.
"Tolong berhenti bersikap keras kepala, kamu itu sakit dan butuh perawatan... begitu juga dengan kewarasanmu! Dasar 'banteng kehilangan pawang' ya begitu!" ejek Matthew diujung kalimatnya.
"Shh, berisik!" desis Keenan geram seraya satu tangan menahan kepalanya yang berdenyut sakit.
Matthew menyeringai senang, "Dokter, boleh aku merepotkanmu kali ini?" seraya menghadapkan wajahnya ke arah Reyhan.
"Oh, soal apa itu?" tanya Reyhan bingung.
"Bisa tolong kamu antar si bocah tengik ini kembali ke rumahnya?" seraya melirik malas kepada Keenan. "...Tentu dokter tahu 'kan alamatnya tinggal?"
"Iya jelas dong, Keenan itu masih tanggung jawabku! Nah Keenan... berikan kunci motormu kepada Matthew." perintah Reyhan.
Keenan sempat melirik tajam kepada Matthew dengan mulut cemberut.
"Cepatlah sedikit, keburu kondisimu semakin menurun nanti...!" desak Matthew dengan mata melotot.
Dengan satu tangan masih menyanggah kepala, tangan satunya lagi Keenan gunakan untuk mencari keberadaan kunci. "Oh ya ampun... kenapa hidupku dikelilingi dengan orang gila seperti mereka ini. Apa dosaku dikehidupan sebelumnya Ya Tuhan..." keluh Keenan seraya menyerahkan kunci kepada Matthew.
"Masih sakit juga sempat bikin orang kesal!" sindir Matthew seraya mengambil kunci dari tangan Keenan dengan kasar.
"Yang dikatakan oleh Matthew itu benar sekali. Sekarang ayo, ikut aku ke mobil." Reyhan mengalungkan lengan Keenan ke bahunya. Dengan terpaksa Keenan hanya menurut. Keduanya berjalan pelan menuju parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Aku Dirimu
Romance"Mengapa semua sangat berbeda dengan apa yang aku impikan selama ini!? Aku berniat segera kembali ke Pulau Bali untuk segera melamar Kak Yuyun... Tetapi, nampaknya Tuhan punya kehendak lain seperti plot twist di film-film. Sekarang dan selamanya, ak...