Bab 33 : Kami bagaikan air dengan minyak

10 10 0
                                    

"Tch, kamu camkan saja semua perkataan Ibumu ini.... cinta bisa datang karena terbiasa, nak!"

Qira meluruskan kedua tangan sebelum menyilangkannya di depan dada. Dengan mendengus sebal Qira memalingkan wajah melihat ke araha lain, asalkan bukan melihat ke wajah Keenan.

"Hmph, yang benar saja!" dengus Qira sebal.

Perhatian Qira teralihkan kepada Adnan juga Keenan yang tengah berdebat kecil.

"Tch, ayolah nak.... Om kembali hanya untuk memenuhi salah satu egoku di masa lalu. Om yakin kamu pasti tahu bukan, kalau Widjayakusuma Grup sedang mengalami kondisi kritis?" tanya Adnan memasang wajah serius.

"Yahh, kudengar begitu." sahut Keenan acuh tak acuh.

"Louise berusaha keras untuk mengembalikan perusahaan stabil seperti semula kemudian Om datang bermaksud menawarkan sedikit bantuan kerja sama dengannya. Singkatnya, Louise menyetujui semua kesepakatan bisnis diantara kami tetapi... Om meminta persyaratan khusus padanya, yaitu dengan menikahkan kamu untuk Qira."

Keenan menghela nafas lelah, "Dan mengapa harus aku, bukannya Kak Devan saja, Om? Aku tidak layak untuk dipilih, sementara kehidupan Kak Devan jauh lebih baik daripada aku. Qira hanya akan sepadan dengan pria seperti Kak Devan." potong Keenan.

Dengan kecepatan cahaya sebuah tangan lebar memukul punggung seseorang dan membuat ia mengaduh kesakitan.

"Ack...!" sebuah tangan memukul kasar punggung Keenan. Tatapan tajam Keenan layangkan kepada yang terakhir. Mulut Keenan sudah gemetar ingin rasanya mengumpat namun dia urungkan.

"Kamu sembrono sekali, setidaknya dengarkan dulu perkataan Om!" bentak Adnan tepat ke wajah Keenan.

"I-iya maaf!" bisik Keenan dengan wajah penuh penyesalan.

"Om punya alasan pribadi kenapa pilih kamu ketimbang Devan atau pria manapun di luar sana! Apa dulu kamu ingat pernah meminta sesuatu yang mustahil dari aku sewaktu kamu kecil, hmm... Ingat tidak?!" mendengar pertanyaan aneh Adnan membuat Keenan memasang pose wajah orang bingung.

Tidak, pria berusia 27 tahun itu benar-benar tak mendapatkan petunjuk apapun soal maksud perkataan Om Adnan.

Sekeras apapun Keenan coba untuk mengingat, dia tidak mendapatkan hasil apapun juga. Alhasil, Keenan hanya menggeleng lemah.

"Tch, dasar bodoh! Kamu dulu pernah minta supaya Om jadi Ayahmu, bukankah itu sangat mustahil 'kan?!" semua orang terkejut bahkan Keenan sendiri hanya bisa bengong dengan kedua matanya terbelalak kaget. Rahang bawah Keenan jatuh karena gagal mengatasi rasa keterkejutannya.

Sementara Qira & Hyun Ok menatap keduanya dengan bergantian.

"Om bisa maklum saat itu apapun yang kamu katakan hanyalah keinginan dari anak usia 5 tahun yang tulus dari hatinya yang suci. Dan Om sangat paham bagaimana perlakuan kejam Louise terhadapmu juga kepada Ibumu semenjak dahulu." sebuah tangan besar mendarat tepat di bahu Keenan yang seolah membuatnya tersadar kembali.

Sepasang mata obsidian gelap itu hanya menemukan ketulusan dari tatapan mata  Adnan yang begitu tulus menyayanginya. 

Untuk sesaat hati Keenan gemetar hebat. "S-seperti inikah peran seorang Ayah sesungguhnya?" pikir Keenan dalam hati.

"...Maka dari itu, nak. Om betul-betul mengenal hatimu yang lembut itu dan Om menginginkan kamu menjadi bagian dari keluarga kecilku ini. Jadilah menantu di keluarga Bae, kamu bersedia 'kan?" pinta Adnan dengan suara lembut.

"Ayah," rengek Qira dengan manja.

"Bukan kamu Qira, Ayah sedang membujuk calon menantuku ini, hehe... Ayah tidak butuh dengar rengekanmu terus-terusan!" tegas Adnan yang mengubah suara lembutnya jadi tegas.

Separuh Aku DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang