Setelah jeongwoo pergi ketempat winter, jae berusaha untuk berjalan sendiri ke lobby dan berniat untuk pergi sendiri ke rumah sakit, karena dia merasa memang sepertinya harus diperiksa, ditengah usahanya untuk berjalan kesana, tiba tiba haruto datang menghampiri
"Jae" panggil haruto dengan nafas yang tersengal sengal setelah berlari untuk mengejar jae
"Loh haruto? Kamu ngapain disini?"
"Nyamperin kamu lah, ngapain lagi"
"Iyaa maksudnya buat apa?"
"Karena si tolol"
Plak
Haruto mendapat geplakan dari jae, "kebiasaan banget heran" katanya
"Biarin aja, memang tolol kok" katanya santai dan langsung berjongkok membelakangi jae, "yaudah cepetan naik" katanya yang dituruti jae
Mereka pun berjalan ke parkiran, karena haruto yang akan mengantar jae kerumah sakit
"Kamu ngk apa apa?" Tanya haruto tiba tiba
"Hah? Apa nya yang apa apa?"
"Iyaa kamu, dia pasti pergi gitu aja kan buat nyamperin si dia"
"Hmmm, kalau aku bilang aku apa apa gimana?"
"Kalau gtu, berati aku harus usaha supaya kamu jadi gk apa apa, karena kalau kakak kakak mu yang menyeramkan itu tau kamu ada apa apa, urrgh membayangkan omelan mereka bkin aku ngk bisa tidur"
Plak
Jae menggeplak pelan bahu haruto, "Hei, itu kerena mereka sangat menyayangiku jadi wajar"
"Kalau begitu harusnya aku juga bisa jadi kakakmu, karena aku selalu menyayangi kamu dan selalu sigap untuk kamu"
"Hmm, kamu emang lebih tua setahun dariku sih jadi bisa, kalau gitu kamu mau aku panggil oppa?" Kata jae sembari berusaha melihat kewajah haruto dan membuat wajah mereka jadi sangat dekat
Haruto yang sadar jadi diam sejenak
"Eeei ada apa ini? Kenapa wajah mu jadi merah begini?" Ledek jae sembari menekan nekan pipi haruto dengan jarinya dan terus menggodanya
"Berisik, aku masih mau hidup" kata haruto sembari mendorong kepala jae untuk menjauh dari wajahnya
"Kok gitu? Kamu malu ya?" tanya jae masih agak menggoda haruto, "kuping kamu bahkan udah semrah ini hehe" sambung jae sembari berusaha lagi melihat kewajah haruto tapi didorong menjauh lagi
"Haah, kamu itu kenapa selalu seperti ini sih? Bagaimana jika jantung ku ini copot atau meledak karena tidak bisa mengendalikan degup jantung yang terlalu cepat? Emang kamu mau tanggung jawab?" Celotehnya haruto yang berhasil membuat jae menahan tawanya
"Enggak hehe.. Jadi kamu mau aku panggil oppa kan?" Katanya masih usil
"Tentu saja" jawab haruto cepat
"Hehe baiklah.. oppa" kata jae ditelinga haruto dengan nada usil sedikit tertawa setelahnya
"Jae cukup" kata haruto yang menghentikan langkahnya, "bisa bisa bukan kamu yang kerumah sakit, tapi aku" keluhnya pada jae
"Hmm.. oppa oppa oppa" kata jae terus mengucapkanya berulang kali ditelinga kanan dan kiri haruto
Karena jae yang bertingkah seperti itu haruto mempercepat langkhanya agar segera bisa membungkam mulut jae
Sesampainya diparkiran, haruto langsung menaikan jae ke motornya dan mencubit kedua pipinya
"A.a.a.a, sakit harutooo" keluh jae yang setelahnya memegang pipinya sendiri