Mention apabila menemukan typo.
Happy reading.****
Usai menjerit dan berteriak di depan wajah Seleste hingga urar-uratnya timbul, mengatakan, menekankan jika perempuan itu masihlah istrinya, masihlah haknya, beberapa detik kemudian Alfred pun ambruk. Seperti pohon rubuh dia tumbang ke samping, pingsan.
"Alfred. Astaga. Valdos, Valdos dia kenapa? Valdos tolong!" Seleste menjatuhkan tasnya, dia berjongkok dan menepuk-bepuk pipi Alfred. Seketika panik, seketika melotot, dan seketika rasa khawatirnya meledak.
Seleste meraba kening Alfred. Panas dan berkeringat. Meletakkan juga satu jarinya di hidung Alfred, Seleste memastikan pria itu benar hanya pingsan dan bukan mati mendadak.
"Ck. Dia ini sakit, kelelahan, tidak makan, terus merokok dan tadi dia banyak minum," jelas Valdos sambil dia angkat adiknya susah. Alfred sangat berat, dagingnya padat padahal dia sudah turun tiga kilo.
"Dia ingin mati atau bagaimana? Kenapa kacau sekali pola hidupnya." Seleste mengomel dengan raut panik. Dia ikuti Valdos yang menggendong Alfred dan meletakkannya di dalam mobil Seleste. Tidak mungkin Valdos harus menyeberang jalan sejauh itu, Alfred benar-benar berat. Belum lagi kaki panjang Alfred membuat Valdos semakin kesulitan.
"Kau bawa dia pulang, oke?! Urus dia, aku juga mau pulang. Istriku sudah menelepon."
"Aku? T-tapi— Valdos." Seleste mengerjap.
Sekarang bagaimana? Seleste bingung, dia tidak mau pulang lagi ke rumah itu, ke rumah mereka. Tapi Alfred, tidak mungkin dia biarkan Alfred begitu saja di mobil.
Valdos memang kurang ajar. Dia langsung pergi, menempelkan ponsel di telinga dan berpura-pura bicara dengan Lily padahal tidak. Sengaja, biarlah Seleste pusing. Biar saja Seleste mengurus suaminya.
Mau tak mau, dengan amat terpaksa, Seleste pun mengemudi menuju rumah mereka. Membawa Alfred di sebelahnya yang pingsan.
Selama perjalanan, sesekali Seleste menengok melihat Alfred. Sesekali tangannya membenarkan kepala Alfred yang miring-miring, juga sesekali merabai kening Alfred yang sepertinya semakin panas.
"Kau ini... kenapa buruk sekali pola hidupmu? Kau bisa mati, Alfred," monolog Seleste pelan. Wajah pucat Alfred membuatnya kian panik.
Setelah menit-menit menegangkan, mereka pun sampai di rumah. Buru-buru Seleste berteriak, memanggil penjaga keamanan rumah mereka, meminta mereka untuk segera membawa Alfred ke kamar.
Semuanya ikut panik namun tak berani bertanya. Di sisi lain, mereka juga senang sebab nyonya mereka telah pulang.
"Pelan-pelan. Letakkan kepalanya di bantal," pinta Seleste. Ia benarkan juga kedua kaki Alfred, melepaskan sepatu pria itu kemudian kaos kakinya. Seleste belum sadar kalau ini merupakan kali pertama ia masuk ke dalam kamar suaminya.
"Nyonya bisa panggil kami jika butuh bantuan lain," kata dua orang penjaga yang membawa Alfred ke kamar. Mereka lalu pergi setelah Seleste izinkan.
Sekali lagi Seleste bertanya-tanya, sekarang apa? Bagaimana? Dia harus apa? Perempuan itu kebingungan lagi, tidak tahu lagi harus berbuat apa kepada Alfred yang pingsan itu.
Setelah sesaat kebingungan, Seleste putuskan dia harus mengompres Alfred. Tapi sebelum itu, dia harus melepaskan lebih dulu atasan suaminya. Jas Alfred kotor karena tadi ambruk di tanah.
Ragu-ragu. Jari Seleste mulai menyentuh jas Alfred namun dia tarik lagi. Dia malu, ini seperti adegan dewasa. Ini juga perdana ia akan menanggalkan pakaian seorang pria, benar-benar adegan dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLD MAN : HIS WIFE
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! Mature (18+) ‼️ Dia yang pernah menjalin asmara selama 9 tahun bersama sang mantan, lantas menikahi wanita yang kini telah menjadi istrinya hanya demi mendapat pengakuan. Cintanya telah habis u...