Di depan cermin kini Seleste berdiri. Mungkin ada barang lima menit wanita itu hanya diam, memandang wajahnya sendiri yang tergambar pada pantulan cermin, dan sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
Dari semalam, ada sesuatu yang membuat hati Seleste merasa tidak nyaman. Ini bermula ketika mereka melewati satu putaran sesi bercinta di dalam mobil, di saat Alfred setengah mabuk.
Yang semalam itu memang bukan yang pertama. Namun, benar-benar baru semalam Seleste menemukan sesuatu di tubuh Alfred yang membuatnya kehilangan gairah dalam sekejap.
Seleste yang sebelumnya hanyut dalam perasaan cinta, damba dan nikmat, tubuhnya mendadak seakan menolak kehadiran Alfred di dalam dirinya. Sejak saat itu, Seleste menjadi lebih sedikit diam dari yang sebelumnya telah banyak bicara kepada Alfred.
"Mau kubantu mengeringkan rambut?" Alfred muncul dari kamar mandi. Handuk putih terlilit pada pinggangnya.
Secara lembut dia mengecup bahu Seleste yang telanjang. Perempuan itu pun masih mengenakan handuk, masih banyak waktu untuk bersiap pergi ke kampus.
"Kau bersiap saja. Setelahnya turun ke meja makan dan sarapan," balas Seleste dengan nada halus. Ia melihat Alfred yang juga sedang menatapnya melalui pantulan cermin di depan. Satu lengan kekar Alfred melingkar di perut wanita itu.
Alfred memang tidak sepeka Valdos. Akan tetapi, ia mulai merasakan adanya perubahan dari sikap Seleste. Setelah pagi ini ia bangun dan benar-benar sadar, ia pun menangkap adanya kejanggalan dalam sikap istrinya.
"Sepertinya ada yang mengusik pikiranmu," tebak Alfred. Dia pegang kedua bahu Seleste lantas membawa perempuan itu berbalik badan.
"Ada apa, um?" Alfred mengecup buku jari Seleste.
"Tidak." Seleste tersenyum serta menggeleng dengan pelan.
"Jangan berbohong. Kau lebih banyak diam sedari bangun tidur tadi." Masih Alfred genggam tangan istrinya.
Sejenak mereka terdiam. Ada keheningan sampai akhirnya Alfred kembali membuka suara. "Kau marah karena kupaksa masuk ke dalam bar?"
"Tidak, Alfred. Aku tidak marah." Seleste terkekeh. Ia lalu menghela napas dengan sedikit kasar.
Lurus-lurus Alfred menatap Seleste. Ia mencoba untuk menebak-nebak, mencaritahu melalui mata Seleste, apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang sedang istrinya rasakan.
"Katakan ada apa. Jangan buat aku khawatir." Sekali lagi Alfred mengecup buku jari Seleste. Penuh perasaan sayang.
Rasa tidak nyaman di hati Seleste, itu seolah tersampaikan kepada Alfred hingga ekspresi pria tersebut pun mendadak murung. Dia yakin ada sesuatu. Entah itu apa.
"Jika aku membuat kesalahan, kuharap kau mau memberitahuku di mana letak salahku itu. Aku pun masih harus banyak belajar bagaimana menjadi pasangan yang baik. Lebih tepatnya, kita. Sama-sama kita belajar agar dapat menjadi pasangan yang baik dan saling melengkapi."
Seleste mengangguk kemudian mengulas senyum. Sekali lagi ia menghela napas cukup kasar.
"Kalau begitu, apa boleh aku bertanya?"
"Silakan. Apa pun." Alfred lalu mengusap pipi istrinya.
Sebelum bertanya, Seleste terkekeh rendah dan singkat ia menggigit bibir. Ia kemudian berkata, "Apa kau tak pernah berpikir bahwa aku akan melihat tato dengan ukiran nama Florence di paha kirimu?"
"Begini." Seleste mengangkat kedua tangan. Mulutnya seakan sulit berucap. "Selama ini aku memang tak pernah terlalu memperhatikan pahamu tiap kali kita menghabiskan waktu bersama di ranjang. Selain malu, aku juga tak berani berlama-lama melihat ke situ."
KAMU SEDANG MEMBACA
OLD MAN : HIS WIFE
Storie d'amoreFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! Mature (18+) ‼️ Dia yang pernah menjalin asmara selama 9 tahun bersama sang mantan, lantas menikahi wanita yang kini telah menjadi istrinya hanya demi mendapat pengakuan. Cintanya telah habis u...