Yg belum vote di chapter sebelumnya, yuk divote dulu. Jangan bolong-bolong yaa, harus genap semua chapter 1k. Yuk balik dulu 💋
****
Meski sudah membuat Seleste kehilangan kesempatannya untuk merasakan cinta dari lelaki lain, Alfred masih belum dapat lega sebab belum bertemu dengan perempuan itu.
Namun, Alfred belajar dari kejadian sebelum-sebelumnya. Beberapa kali membuat janji temu hingga telah memesan meja restaurant yang selalu berakhir gagal, malam ini Alfred putuskan untuk langsung datang ke rumah Seleste tanpa perlu memberitahu gadis itu.
Alfred putuskan untuk menjemput Seleste secara tiba-tiba, dan apabila gadisnya menolak, Alfred akan datang sebagai tamu lalu duduk di ruang tamu sekalipun hadirnya tak diundang.
Dalam mengejar Seleste, sudah Alfred putuskan urat malunya. Ia tak mau malu-malu, malu-malunya itu takkan pernah bisa membuatnya mendapatkan hati Seleste.
Sekarang tepat pukul delapan malam, dan di depan gerbang rumah Seleste-lah pria itu sudah memarkirkan mobilnya.
Setelah coba mengirim pesan sampai empat kali kemudian dibalas oleh Seleste, langsung saja Alfred menelepon. Tidak pakai lama lagi, begitu notifikasi balasan Seleste masuk, Alfred langsung menghubungi. Detik itu juga.
Alfred berdeham pelan. Ia tempelkan ponselnya ke telinga. "Sudah makan malam?"
"Sudah. Kenapa?" sahut Seleste ketus.
"Jadi kau tak mau jika kuajak makan malam lagi di luar?" Alfred berharap.
"Untuk apa? Yang lalu saja batal, kenapa kau meminta lagi?"
"Haruskah ketus begitu? Aku minta maaf untuk yang batal kemarin."
"Um. Lupakan."
Ke lantai dua rumah Seleste Alfred memandang. Ia berharap Seleste muncul di balkon atau setidaknya memperlihatkan diri di jendela kamar. Meski begitu, Alfred tetap amat berharap Seleste mau diajak keluar malam ini.
"Sely, bisakah kau keluar?"
"Tidak bisa. Aku sedang mengerjakan tugas."
"Hanya beberapa menit. Aku sudah di depan," kata Alfred. Tanpa sadar suaranya melembut. "Tolong."
"Sebenarnya apa maumu? Kau yang membuat janji, kau juga yang membatalkannya tanpa konfirmasi. Kau menghilang seperti biasanya, sekarang kau kembali lagi tanpa basa-basi. Kau pikir aku ini rumah terapi bagi pria-pria kesepian sepertimu?"
Dengan lidah Alfred melembapkan bibir. Pelan ia menghela napas. "Tolong keluar. Kutunggu." Dan sudah, Alfred akhiri panggilan mereka secara sepihak.
Tidak lama, lima menit kemudian Seleste muncul dari balik gerbang. Gadis itu keluar dengan sudah memakai baju tidur, memegang ponsel juga surainya digerai begitu saja. Helai-helai halus rambutnya beterbangan akibat terjangan angin malam.
Melihat gadisnya menghampiri, di dalam mobil Alfred memegangi dada. Matanya tersenyum, segera mengembuskan napas guna mengurangi debaran jantungnya sendiri. Sudah lama, amat lama Alfred tak pernah merasakan pecutan rasa seperti ini. Sudah lama ia tak pernah merasakan dadanya yang berdebar-debar hanya karena akan berjumpa dengan seorang perempuan. Padahal perempuan itu hanya memakai baju tidur yang lucu.
Seleste tak bisa melihat Alfred karena kaca mobil yang tertutup rapat. Tak mau duduk di depan, Seleste lantas membuka pintu di belakang kemudian ia masuk, duduk pada jok di belakang tanpa bersuara.
Melalui kaca spion Alfred mengamati wajah cantik Seleste nan bersih tanpa riasan sedikit pun. Ini kali kedua Alfred melihat wajah natural gadis itu. Bibir Seleste terlihat pucat kemerahan, tampak lembut dan itu sangat cantik.

KAMU SEDANG MEMBACA
OLD MAN : HIS WIFE
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! Mature (18+) ‼️ Dia yang pernah menjalin asmara selama 9 tahun bersama sang mantan, lantas menikahi wanita yang kini telah menjadi istrinya hanya demi mendapat pengakuan. Cintanya telah habis u...