Mention bila menemukan typo.
Happy reading.****
Selesai dari kegiatan di yayasan, Seleste kemudian ke studio lalu ke pabrik brand kosmetiknya. Memantau para pekerja di sana dan biasanya Seleste datang berkunjung setiap satu minggu satu kali.
Pulang dari pabrik, Seleste mengajak seorang stafnya ke pusat toko buku terbesar di São Paulo. Ini masih sore, baru saja pukul empat. Seleste mencari beberapa buku bacaan juga buku resep memasak. Dia ingin tahu memasak dan agar bisa membuat channel khusus yang berisikan kegiatan memasaknya. Bisa saja dia ambil kursus memasak, namun setiap hari jadwalnya sudah sangat padat. Baiknya dia belajar sendiri, dan memang begitulah perempuan berambisi, takkan ada yang bisa membatasi keingintahuan mereka.
"Uh? Apa film yang sedang ramai itu diangkat dari novel ini?" Sambil membolak-balikan buku di tangan Seleste bertanya kepada stafnya.
Staf perempuan yang diajaknya itu mengangguk. "Nyonya sudah menonton filmnya?"
"Aku tidak punya waktu untuk menonton. Dua jam waktu menonton, akan lebih baik dua jam itu kugunakan untuk mengerjakan sesuatu," kata Seleste. Dia masih melihat-lihat novel di tangannya. Tampak tertarik.
"Kau tahu garis besar alur cerita dari buku ini? Filmnya sangat ramai dibicarakan, apakah sebagus itu?"
Staf Seleste mengernyit, coba mengingat alur film yang sudah ditontonnya itu. "Intinya, film atau novel ini berkisah tentang seorang perempuan sederhana yang jatuh hati dengan pria kaya dari kota besar. Tanpa perempuan itu ketahui, ternyata si pria memiliki trauma hebat yang membuatnya amat terpuruk. Begitulah isinya; adegan dewasa, kekerasan, kebrutalan, dan aku berhenti menonton 40 menit sebelum selesai. Aku tidak suka dengan ketololan si perempuan, rasanya terlalu hina terus disodok secara brutal dengan pria sekasar dan segila itu. Dan selalu saja di hutan, di gubuk, di kandang kuda. Tidak adakah tempat yang lebih nyaman seperti kamar?" Staf Seleste menjelaskan dengan serius. Dia membuat bosnya tertawa.
Seleste masih tertawa, dia letakkan kembali novel itu di raknya. "Tidak jadi kuambil. Sepertinya aku akan malu seorang diri saat membacanya."
Mereka kembali melihat-lihat. "Film atau novel Romansa Gelap memang bagus, tapi kadang isinya sangat brutal," celetuk staf Seleste.
Seleste mendecakan lidah, ia ambil novel dengan sampul berwarna pink lembut. "Tidak perlu membaca yang gelap-gelap. Hidup ini pun sudah penuh dengan kegelapan." Perempuan itu terkekeh.
"Nyonya benar. Seperti hidupku, setelah ayah kandungku meninggal, ibuku sekarang menikah dengan adik ayahku. Kurang gelap apalagi? Bisa-bisanya orang yang dulu kupanggil paman sekarang harus kupanggil ayah. Itu menjijikkan."
Lagi-lagi Seleste tertawa. Beruntung sekali ia memiliki para staf yang lucu-lucu, seolah mereka semua tahu bila bos mereka ini membutuhkan teman mengobrol yang seru.
"Aku hanya bisa memberimu semangat," kata Seleste sambil terkekeh. Saat ia dan stafnya baru saja sampai di rak buku-buku resep memasak, dari depan mereka muncul seorang pria.
Pria itu pun memegang satu buku resep memasak. Mereka akan berpapasan, namun mata Seleste dengan pria berjas itu bertemu. Seolah tidak asing pada wajah masing-masing, keduanya mengernyit sambil mengulas senyum tipis.
"Mrs. Yordanov."
"Mr. Gordon."
Suasana mendadak ringan. Seleste dan lelaki itu saling mendekat, berjabat tangan secara formal bersama senyum nan tak pudar. Ini orang yang tadi berbicara di atas mimbar, pria yang menyumbangkan sejumlah besar uang untuk membangun sekaligus merenovasi perpustakaan yayasan.

KAMU SEDANG MEMBACA
OLD MAN : HIS WIFE
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! Mature (18+) ‼️ Dia yang pernah menjalin asmara selama 9 tahun bersama sang mantan, lantas menikahi wanita yang kini telah menjadi istrinya hanya demi mendapat pengakuan. Cintanya telah habis u...