Sepertinya minat cerita ini kurang, yaa. Eh, tapi yg baca banyak, kok. Apa kalian tidak suka tema cerita seperti ini?
****
One month later ....
Hari-hari Seleste mulai terasa menyenangkan. Bayang-bayang Alfred pun mulai memudar dari kepala dan benak Seleste.
Perempuan itu tak pernah lagi memikirkan Alfred, tak pernah lagi mengingat Alfred, merenungkan pernikahannya pun tidak.
Betapa luar biasanya Miguel Gordon, pria dewasa itu berhasil memasuki kehidupan Seleste, menciptakan nuansa riang, ringan, juga menyenangkan untuk Seleste.
Siapa itu Alfred? Seleste seolah tak mengenal lagi kepada suaminya sendiri. Bahkan, satu bulan ini ia juga mati-matian menghindar dari Alfred, ia terus menjauh, benar-benar ia bangun tembok batasan kokoh antara dirinya serta Alfred, suaminya.
Disibukan dengan segala urusan bisnis juga pendidikan, Seleste selalu menghabiskan waktu bersama Miguel meski hanya sekadar makan siang juga mengobrol. Membahas apa saja sampai-sampai ke hal terkonyol sekalipun.
Bukan, bukan Seleste jatuh cinta kepada Miguel. Tapi dia nyaman, dia senang saat bersama pria itu. Miguel memiliki selera humor yang bagus, suka bercanda dan Seleste berhasil menebak, di situlah daya tarik Miguel. Pria humoris yang romantis.
Jika di malam minggu biasanya Seleste hanya di rumah mengerjakan tugas kuliah atau memeriksa perjalanan kariernya, tidak dengan malam ini di mana perempuan itu—untuk yang pertama kalinya—menerima ajakan Miguel makan malam di luar.
"Miguel," pekik Seleste sambil memegang perut. Dia tertawa, menepuk satu kali lengan Miguel yang berdiri di depannya. Membuat lelucon seperti orang bisu, berekspresi konyol seraya menjelaskan sesuatu.
Saat Miguel melakukan gerakan menyeret kaki seperti sang legenda Michael Jackson, Seleste tergelak kacau sebab sepatu pria itu tersendat di aspal hingga Miguel sontak jatuh terduduk.
"Fuck. Astaga, pinggang tuaku." Miguel mengaduh namun juga tertawa, bungkuk-bungkuk dia berdiri seraya memegangi pinggangnya yang terasa encok.
Muka Seleste merah padam. Dia tertawa sampai-sampai tidak ada suara, duduknya juga sampai merosot dari kursi lalu menpuk-nepuk aspal di bawah.
"Diam. Jangan tertawa," pekik Miguel. Dia acungkan jari telunjuknya, tergelak dengan punggung bergetar dan akhirnya Seleste semakin tertawa menggila di bawah, berjongkok lemas tak punya tenaga.
Mereka sudah selesai makan. Alih-alih langsung pulang, mereka justru berhenti di tepi jalan raya. Singgah di sebuah kursi kayu merah, memesan dua cup kopi namun berakhir dengan Miguel yang memulai lelucon konyolnya.
Posisi mereka pun tidak begitu jauh dari lokasi studio Seleste.
"Cukup. Perutku sakit." Seleste berteriak. Dia berdiri lemas, meninju bahu keras Miguel hingga si pemilik bahu menatap Seleste dengan mata tersenyum.
"Lucu, um?" Miguel menilik wajah merah Seleste. Perempuan itu masih sesak napas berupaya meredam tawa juga cengengesannya. Kacau, di depan Miguel ia tidak lagi elegan. Miguel pria pertama yang bisa melihatnya tertawa sampai selepas itu. Tertawa hingga perut serta pipinya keram.
"Kau yang lucu," balas Seleste. Ia hela napas lelah, lelah tertawa. Ia seka juga tepi matanya nan basah.
Satu langkah ke depan Miguel maju, ia tilik lekat wajah Seleste di bawah. "Jadi menurutmu aku pria yang lucu? Apa seperti badut?"
Ke atas Seleste menengadah, ia balas tatap mata Miguel tanpa ragu. "Um. Seperti badut." Seleste manggut-manggut bagai orang bijak, cengengesan lalu ia tinju kembali bahu keras Miguel.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLD MAN : HIS WIFE
عاطفيةFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! Mature (18+) ‼️ Dia yang pernah menjalin asmara selama 9 tahun bersama sang mantan, lantas menikahi wanita yang kini telah menjadi istrinya hanya demi mendapat pengakuan. Cintanya telah habis u...