Selamat malam minggu.
Happy reading.****
"Oh? Jadi pesta ini merangkap dua perayaan sekaligus?"
"Benar. Perayaan keberhasilan teman kami itu dan juga perayaan ulang tahun bisnisnya untuk yang ke sebelas tahun."
"Itu keren. Dia benar-benar menikmati masa tuanya yang sukses."
Alfred lantas melihat istrinya di sebelah. Dia tersenyum. "Kau pun sangat keren, Nyonya. Di usia semuda ini kau telah memiliki rumah bisnismu sendiri dan menjadi bos dari banyak pekerja."
"Terima kasih." Seleste membalas senyuman Alfred. Pujian pria itu membuat hatinya menghangat.
Ini malam minggu. Karena Seleste bilang dia tak memiliki janji apa pun malam ini, Alfred lalu mengajak istrinya untuk menghadiri sebuah pesta. Pesta rekan bisnisnya bersama Valdos, salah satu pebisnis property sukses di São Paulo.
Satu minggu belakangan, tepatnya terhitung dari malam panas Alfred dan Seleste kala itu, komunikasi sekaligus interaksi keduanya sebagai suami istri benar-benar membaik. Tidak ada lagi kecanggungan membentang, atau yang lebih fatal, kesalahpahaman.
Mulai terdengar obrolan hangat Alfred dan Seleste tiap kali di meja makan. Bahkan setiap paginya, mulai ada adegan minum teh bersama di teras samping ataupun di halaman belakang sebelum kedua orang itu sibuk pada kegiatan masing-masing.
Seluruh para pekerja pun ikut merasakan kehangatan yang ada. Rumah besar dan megah itu mendadak sangat hidup, sangat berwarna seolah dipapar langsung oleh pelangi raksasa dari langit.
"Ramai sekali. Ini kali pertama aku hadir di pesta pebisnis sekaligus milyarder seperti ini," kata Seleste. Ia edarkan pandangannya di daerah parkir. Setelah setengah jam perjalanan, ia dan Alfred lalu sampai ketika pukul delapan. Mereka terlambat sekitar lima belas menit.
Suami istri itu turun dari mobil dan langsung menyerahkan kunci mobil mereka kepada bodyguard yang berjaga-jaga di depan pintu masuk. Ini bukan hotel atau bangunan tua, ini kediaman sang pemilik pesta yang memang dirancang layaknya museum kuno pada zaman dulu.
Begitu ramai. Seleste sempat canggung tatkala banyak pasang mata melihat ke arahnya dan Alfred yang baru muncul dari balik pintu. Aroma-aroma minuman mahal langsung tercium, suara bising samar-samar dari berbagai jenis obrolan pun terdengar, bercampur oleh alunan biola yang dimainkan pada sudut ruangan.
Sembari terus melangkah Alfred lantas membuka lengannya. Ia persilakan agar Seleste memegang lengannya seperti para pasangan yang lain.
"Suami istri sungguhan," gumam Alfred pelan dan sambil terus bergontai.
Seleste menahan senyum. "Yah, suami istri sungguhan," katanya kemudian memegang lengan suaminya.
Sekilas Alfred melirik Seleste di sebelah. Rasa bangga di hatinya tiba-tiba seolah meninggi. Tidak apa dia jelek dan biasa-biasa saja, asal malam ini ia hadir bersama istrinya nan cantik juga memiliki aura bermartabat. Seleste seperti perhiasan berlian raksasa di sebelahnya, wanita itu menarik banyak mata hingga terus melihat ke arah mereka.
"I love your make up," celetuk Alfred.
Singkat Seleste menunduk serta merta mengulum bibir. Dia lalu mengangkat muka dan melihat suaminya. "Thank you," balasnya.
Seleste tahu ini bukan waktunya untuk salah tingkah. Tapi, pujian-pujian kecil yang selalu Alfred berikan padanya seminggu belakangan ini, itu selalu berhasil membuatnya salah tingkah melulu. Apa kata lainnya? Tersipu? Ya, itu. Alfred selalu berhasil membuatnya tersipu dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLD MAN : HIS WIFE
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! Mature (18+) ‼️ Dia yang pernah menjalin asmara selama 9 tahun bersama sang mantan, lantas menikahi wanita yang kini telah menjadi istrinya hanya demi mendapat pengakuan. Cintanya telah habis u...