One month later ....
Alfred tak sekejam itu, ia tak setega itu untuk tertawa di atas tragedi tidak mengenakan yang Seleste dapatkan.
Satu bulan berlalu, di saat Alfred benar-benar pasrah, di saat pria itu benar-benar telah menyerah dan putus asa, di kala Alfred sungguh-sungguh akan melupakan perasaannya terhadap Seleste ... beredar kini satu berita yang menggemparkan São Paulo.
Alfred tak tahu, ia harus bersyukur atau kasihan pada Seleste atas beredarnya kabar itu; kabar bila pertunangan serta rencana pernikahannya bersama putra Perdana Menteri São Paulo dibatalkan.
Bukan Seleste yang membatalkannya, tak ada yang salah pada Seleste. Ialah anak perempuan dari kedua orang tua terhormat, putri dari mantan Perdana Menteri São Paulo Gero Sam Ricci, dan Dosen Matematika terkenal Delta Mera Ricci.
Letak salahnya ada pada putra Perdana Menteri São Paulo—yang saat ini tengah menjabat, calon suami Seleste yang ternyata sudah lama memiliki kekasih, namun terpaksa harus menikahi Seleste Ricci atas persetujuan kedua orang tua.
Lelaki itu ketahuan menghamili kekasihnya, lantas ia memberontak pada ayahnya bila ia tak ingin menikah dengan Seleste. Ia tak mau, ia terpaksa, ia mencintai kekasihnya, wanitanya yang kini tengah mengandung anak mereka.
Meski berat hati dan amat menyayangkan, Perdana Menteri São Paulo pun mengumumkan atas batalnya rencana pertunangan serta pernikahan Seleste bersama putranya. Putra mereka telah menghamili seorang wanita, dan mau tak mau, ia harus menikahkan putranya dengan wanita itu.
Sekali lagi, Alfred tak tahu ia harus senang atau turut sedih atas berita panas ini. Tapi yang pasti, ia condong ke bahagia. Seperti kata Seleste, akan ada seribu satu cara Tuhan untuk mempersatukan mereka—jika memang mereka digariskan untuk bersama.
Dan mungkin, mungkin inilah yang disebut dengan takdir. Bukan tanpa alasan Alfred merasa demikian, di saat ia telah mengangkat kedua tangan lantas mengadu kepada Tuhan bahwa ia menyerah, kabar itu langsung meledak bagai kembang api raksasa yang menghiasi langit malam.
Tak ingin mengulur-ulur waktu, dua hari semenjak kabar besar itu beredar, Alfred langsung memulai kembali percobaannya. Dan kali ini, ia akan mengerahkan seluruh tenaganya untuk melembutkan hati Seleste.
Mengetik cepat sambil mengamati layar, atensi Seleste lantas teralihkan pada ponselnya yang berdering di samping macbooknya.
Alfred
Singkat Seleste memutar bola mata. Alfred pasti sudah mendengar berita itu, batin Seleste.
Tidak langsung Seleste angkat, ia biarkan Alfred menelepon sampai ke tiga kali barulah ia menjawab.
"Um." Menggunakan bahu Seleste menjepit ponselnya di telinga.
"Makan siang?"
Masih sambil mengetik Seleste mendenguskan tawa kecil dan tersenyum tipis. Begitulah Alfred, begitulah pria itu. Berbulan-bulan tak berkomunikasi pun, Alfred takkan basa-basi menanyakan kabar, ia akan langsung ke niat intinya.
"Maaf, aku sedang di toko dan akan mengunjungi pabrik. Mungkin—"
"Aku di depan tokomu. Kudengar ada restaurant terbaru di São Paulo, mungkinkah kau tertarik makan siang di situ?"
Bergegas Seleste berdiri, keluar dari ruangannya dan melihat Alfred dari balik dinding kaca. Pria itu di sana, duduk di kursi kemudi dengan kaca mobil terbuka penuh, berbicara di telepon sambil melihat ke arah toko pusat brand kosmetik milik Seleste.
"Hentikan omong kosongmu, Mr. Yordanov. Aku tahu kau pasti telah mendengar berita menyedihkan yang menimpa diriku," tembak Seleste to the point.
Terdengar Alfred pun mendenguskan tawa di sana. Bahkan dari posisinya berdiri, Seleste dapat melihat apabila Alfred sedang tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLD MAN : HIS WIFE
RomansaFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! Mature (18+) ‼️ Dia yang pernah menjalin asmara selama 9 tahun bersama sang mantan, lantas menikahi wanita yang kini telah menjadi istrinya hanya demi mendapat pengakuan. Cintanya telah habis u...