Chapter 19

17.9K 1.8K 538
                                    

Spam komen jangan lupa.

****

Sebelas dua belas dengan Alfred, batin Regina tatkala ia pandangi Miguel Gordon.

Jika benar Seleste melepaskan Alfred, maka ia takkan begitu merugi. Miguel Gordon pun pria yang luar biasa, tidak kalah tampan atau kalah apa pun dari Alfred. Mereka pria yang setara, pikir Regina lagi.

"Bagaimana, enak? Kedai kopi ini langgananku."

"Enak. Aku suka." Seleste tersenyum merekah, ia sedot kopi dinginnya lalu membaca tulisan pada cup kopi sambil manggut-manggut.

Mungkin ini hal sederhana, tapi apa Alfred pernah berpikir datang dan membawakan Seleste minuman dingin? Rasanya terlalu banyak perbedaan di antara kedua pria itu jika Seleste terus membanding-bandingkan mereka. Miguel tipikal pria yang amat memperhatikan hal-hal kecil, sementara Alfred, entahlah. Seleste pun kurang memahami lelaki tersebut.

Padahal pada kenyataannya, Seleste hanya belum mengetahui semua sifat Alfred nan sesungguhnya.

Pelan-pelan, secara lembut Miguel seketika menungkup punggung tangan Seleste di atas meja, diperhatikan oleh Regina hingga model itu terdiam. Setulus itu tatapan Miguel.

"Maafkan aku untuk yang semalam," ucap Miguel. Mengingat kejadian semalam, Miguel merasa tak enak hati. Ia merasa kalau ... dirinya terlalu lancang.

Tanpa ragu, Seleste balas tungkup tangan besar Miguel dari atas. Dia mengulas senyum cantiknya nan hangat. "Aku suka pria jujur. Tidak ada yang salah dengan mengungkapkan isi hati."

"Aku takut sikapmu berubah. Aku khawatir kau menjauh dariku." Miguel rapikan beberapa helai rambut Seleste yang melintang di wajah perempuan itu. "Tetaplah ceria saat bersamaku. Aku suka melihat perempuan yang bersikap apa adanya di depanku, tanpa kepalsuan."

Dalam-dalam Seleste menarik napas lantas ia embuskan. Tersenyum lagi. "Jika yang bersamaku adalah pria sepertimu, kurasa takkan adala alasan bagiku untuk bersedih. Kau hangat, seperti matahari. Juga manis, seperti ... madu?"

Miguel, Seleste dan Regina kompak terkekeh. Mereka sedang duduk di halaman samping studio, tidak mengobrol di dalam karena semua staf sedang sibuk mempersiapkan apa saja yang akan mereka bawa ke pantai nanti.

Lagi pula Miguel hanya singgah sebentar karena ini pun sedang istirahat makan siang. Dia ingat Seleste suka meminum kopi, jadi dia datang dan membawakan Seleste kopi dingin. Bukan hanya untuk Seleste, Miguel memesan juga sampai 30 cup kopi untuk semua staf perempuan itu, Regina juga kebagian.

"Semangat membangun rumah bisnismu. Kutantang namamu menyusulku dalam majalah Forbes," tantang Miguel.

"Tunggu. Segera aku akan menyusulmu," balas Seleste penuh semangat. Saat ini, sudah Miguel genggam kedua tangan Seleste di atas meja seperti sepasang kekasih. Menyalurkan kehangatan serta keceriaan dirinya kepada wanita itu.

Regina tertegun. Ia tak pernah melihat Seleste seceria ini, ini merupakan bukti bahwasannya Seleste memang senyaman itu bersama Miguel. Inilah buktinya, dan inilah alasannya Seleste katakan jika ia akan tetap memilih Miguel.

"Maaf? Bisa aku ke dalam? Kurasa sepertinya kalian membutuhkan waktu berdua untuk berbicara lebih serius." Regina berdiri, dia tak ingin mengganggu.

"Oh? Jangan, tidak apa kau duduk saja. Aku pun akan segera pergi," kata Miguel ramah.

Pria itu lalu melihat Seleste di depannya. "Seleste, aku pulang."

Mereka lalu berdiri menyusul Regina. "Hati-hati. Semangat—."

OLD MAN : HIS WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang