"Makasih, Kai, buat hari ini," ucap Geisha setelah turun dari motor Kaivan.Cowok itu membuka helm full face nya yang memperlihatkan rambut hitam acak-acakan. Ia menyugar rambutnya kebelakang. "Eum lo nggak marah soal yang tadi?" tanya Kaivan hati-hati.
"Enggak," balas gadis itu seraya menggelengkan kepalanya.
Kaivan bernapas lega mendengarnya. Laki-laki itu sedikit mendekat guna membantu Geisha yang terlihat kesusahan saat membuka helm nya. "Sini gue bantu," katanya dan mulai membantu gadis itu untuk melepas kaitan helm tersebut.
Dengan posisi yang sedekat ini Geisha bisa merasakan hembusan napas Kaivan yang menerpa wajahnya. Tubuhnya yang pendek sedangkan Kaivan yang tinggi mengharuskan ia sedikit mendongak keatas.
Degup jantung Kaivan berdetak begitu cepat membuat cowok itu gugup bukan main. Ia dengan cepat melepas kaitan helm di kepala Geisha dan mulai mundur untuk sedikit menjauh. Karena jika terus-terusan berada didekat cewek itu, bisa-bisa membuat jantung nya tidak aman.
"Makasih." Geisha menyerahkan helm tersebut pada Kaivan yang langsung diterima cowok itu.
"Udah gih sana masuk, bersih-bersih terus istirahat. Muka lo keliatan capek banget tuh," titah Kaivan sembari menelisik wajah Geisha yang nampak lelah.
Geisha mengangguk pelan. "Iya, kamu juga pulang sana. Inget bawa motornya pelan-pelan aja nggak usah kencang-kencang."
"Baik, pesan diterima tuan putri!" Kaivan melakukan sikap hormat pada Geisha.
"Tuan putri? Aku nggak salah denger nih?"
Kaivan menurunkan tangannya dan menggeleng cepat. "Mulai sekarang gue panggil lo tuan putri."
"Kenapa gitu?" Kening Geisha mengkerut.
"Karena lo cantik, sangking cantiknya putri-putri kerajaan di negeri dongeng pun sampe kalah cantik sama lo bahkan bidadari sekalipun."
Geisha tertegun dengan setiap kata yang diucapkan oleh Kaivan. Kata-kata cowok itu benar-benar membuat dirinya ingin terbang keatas awan. Ya, bisa dibilang Geisha baper dengan ucapan Kaivan.
"Aku nggak cantik, Kai, sebenernya kamu liat aku dari mananya sih? Aneh kamu!"
"Lo cantik, Geisha, stop bilang lo nggak cantik. Lo itu perempuan tercantik setelah Mama gue. Pokoknya lo cantik titik!" ucap Kaivan penuh penekanan.
Gadis itu tertawa kecil karena tingkah lucu cowok didepannya. Cowok itu sangat pandai untuk bisa membuatnya tertawa dan tersenyum karena tingkahnya. Ia sangat-sangat bersyukur bisa bertemu orang sebaik Kaivan. Bagi Geisha, Kaivan bukan hanya sekedar teman atau calon tunangannya tapi juga seseorang yang begitu berpengaruh dalam hidupnya mulai sekarang.
Semenjak kehadiran Kaivan, keseharian Geisha yang dulunya selalu penuh dengan rasa sakit dan semacamnya kini berubah menjadi sedikit lebih berwarna. Karena cowok itu, Geisha bisa kembali tersenyum bahagia selain bersama sang ayah.
Kaivan benar-benar membawa pengaruh positif bagi Geisha. Selain baik, cowok itu juga pandai menghibur Geisha dengan segala tingkah konyolnya.
"Jadi kapan kamu mau balik? Udah malam tau," tanya Geisha sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Ngusir nih?" Alis Kaivan terangkat satu.
"Iya, udah sana pulang. Aku mau istirahat capek banget hari ini." Geisha sedikit mendorong bahu Kaivan untuk segera pergi.
Bukan maksud mengusir, hanya saja Geisha malu jika sampai cowok itu melihat pipinya memerah lantaran baper. Ia gengsi jika harus mengakui itu, yang ada jika ia ketahuan baper bisa di goda habis-habisan oleh cowok itu. Mengingat Kaivan sering kali menggodanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
REYGANSHA [END]
Ficção Adolescente[ FOLLOW SEBELUM BACA AGAR PART BARU BISA MUNCUL] ** Sepenggal kisah tentang si pembully yang jatuh cinta dengan gadis yang sering ia bully. Dan ini juga tentang Reygan Jordanio yang hidupnya penuh dengan kepalsuan. Wajah yang terlihat tenang namun...