Ztwins - 9. Zavin

149 14 3
                                    

Ztwins - Lo hanya perlu bahagia, paham?

"Zavin! Jemput Deeva gih, katanya sudah siap."

Zavin yang baru selesai membersihkan diri setelah pulang sekolah, pun menoleh ke arah pintu kamarnya yang terbuka. Cowok dengan kaos oblong hitam dan celana pendek cokelat itu mengangkat kedua alisnya.

"Jemput ke mana, Bun?" Ia bergerak ke arah meja belajar di pojok ruangan untuk menyisir rambutnya yang masih sedikit lepek setelah keramas tadi.

"Jemput ke sini, lah. Mulai hari ini, dia akan tinggal bersama kita. Jadi, kamu ataupun Zayn, gak boleh macam-macam!" Wanita setengah baya itu mengacungkan sendok sayur yang sejak tadi dipegangnya, wanita itu sepertinya sedang sibuk memasak karena terdapat apron yang menutupi tubuh bagian depannya.

"Oh gitu." Bukan bergegas, Zavin justru kini duduk di tepi ranjang, kemudian mengambil ponsel dan mengotak-atiknya. "Minta Zayn aja sih, Bun."

"Zayn, 'kan lagi gak di rumah. Kenapa gak kamu aja, sih?" Aira mendelik kesal pada putranya. "Sudahlah terserah kamu, yang penting harus ada yang pergi jemput sekarang juga!" Setelahnya, Aira berjalan menjauh sambil mendumal tak jelas.

Zavin lantas mengangkat ponselnya dan menempelkan di telinga selama beberapa saat, sampai akhirnya ia berkata, "Halo, Zayn? Di mana lo?"

"Di jalan. Kenapa?"

"Lo bisa jemput Deeva sekarang?" Zavin merebahkan dirinya di atas kasur untuk sekedar meluruskan pinggangnya sejenak yang terasa pegal.

"Jemput di mana?" Dari nada bicaranya, Zayn tampak tidak mengerti. "Bukannya dia sudah balik dari tadi?"

Zavin berdecak pelan. "Iya, jemput ke rumah lah. Dia, 'kan bakal pindah ke rumah kita mulai hari ini."

"Hah?"

Zavin berdecak lagi. "Jadi, bisa jemput sekarang, gak? Gue capek banget ini dah. Kesempatan juga buat lo cari muka ke dia, ya, 'kan?"

Untuk beberapa detik terjadi hening, sebelum Zayn menjawab, "Gue gak bisa, lagi ada urusan sama teman-teman."

Zavin lantas mendengus. "Teman mulu lo, katanya mau berjuang buat Deeva, tapi masih gitu-gitu aja."

Zayn terdengar tak terima. "Ya sudah sih, sekali ini doang. Besok-besok kalau gue lagi gak sibuk, biar jadi urusan gue."

Tak ingin mendengar alasan atau janji palsu Zayn lebih lama, Zavin memilih menutup panggilannya, bergegas bangkit dan keluar dari kamar. "Bunda ... Ada lihat kunci mobil Ayah, gak?" Ia menghampiri sang ibu yang masih berkutat di dapur.

Aira menoleh, lalu menunjuk bagian atas kulkas. "Tuh ... hati-hati, ya? Gak boleh ngebut loh!"

Zavin tak menjawab, hanya membuat gaya hormat seperti saat upacara sembari meraih kunci mobilnya. "Berangkat, assalamualaikum!"

Mengendarai mobil sedan hitam milik sang Ayah, Zavin sempat berhenti di minimarket terdekat untuk membeli dua botol minuman rasa jeruk juga dua bungkus snack rasa cokelat dan keju, sebelum melanjutkan perjalanannya menuju kediaman Adeeva.

Sampai di rumah itu, ia mendapati Adeeva sudah duduk di salah satu kursi kayu yang ada di teras, dengan sebuah koper berukuran sedang dan tas punggung yang biasa ia gunakan ke sekolah tergeletak di sisinya.

Zavin menghentikan mobilnya di tepi jalan yang cukup luas sebelum menekan klakson satu kali agar membuat Adeeva menoleh ke arahnya, lalu ia pun keluar dari mobil dengan sebuah senyum singkat dan berjalan menghampiri gadis itu.

"Nunggu lama?" tanya Zavin sesaat setelah berdiri tepat di hadapan Adeeva. "Ini sudah semua?" Ia meraih koper dan tas yang hendak diraih oleh Adeeva.

Adeeva mengangguk saja, kemudian berjalan mengikuti langkah Zavin ke arah mobil, membiarkan cowok itu membawa barangnya, sedangkan ia hanya membawa ponsel dan sling bagnya.

Ztwins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang