Ztwins - 23. Zavin

119 10 0
                                    

Ztwins - Hari ini gue lumayan ganteng kok
.
.

^^^

Zayn dan Zavin keluar dari kamar mengenakan kemeja batik hitam bercorak cokelat, celana bahan hitam, pantopel hitam dan jam tangan hitam melingkar di pergelangan tangan kirinya. Keduanya tampak sama hari ini, sama-sama rapi dengan potongan rambut baru yang sangat mirip. Jika terbiasa membedakan keduanya dari tampilan rambut dan kerapian baju, mungkin hari ini keduanya akan sulit dibedakan.

Bertepatan dengan itu, Adeeva dan Indira juga keluar dari kamar mereka dengan kebaya yang dipesan Aira kemarin, dipadu dengan batik yang ternyata dengan warna dan corak yang hampir mirip dengan kemeja batik si kembar.

Keduanya terlihat cantik dengan polesan make up sederhana namun membuat tampilan keduanya berbeda dari biasanya, terlihat natural namun elegan.

"Wih ...," refleks Zavin ketika melihat mereka berdua, lengkap dengan sebuah senyum kagum di bibirnya. "Cantiknya ... mau langsung ke KUA aja, gak, neng?" godanya kemudian, yang membuat Adeeva berdecak pelan sambil meliriknya.

"Gak ada yang lebih tinggi lagi?" tanya Zayn seraya menatap Indira, melirik bagian kakinya yang terpasang sepatu hak tinggi, tidak terlalu tinggi sebenarnya, hanya sekitar lima centimeter, namun cukup membuat Zayn tidak suka melihatnya.

Indira ikut menunduk. "Tapi cuma ada ini, punya Deeva juga. Punya gue di rumah semua," balas Indira dengan raut memelas.

Zayn beralih menatap Adeeva. "Gak ada yang lain?"

Adeeva melirik Indira, kemudian menatap Zayn ragu. Ia hendak menjawab, namun ia ingat sejak tadi Indira memaksa memakai sepatu berhak tinggi itu, walaupun ia sudah sempat membujuknya untuk memakai flatshoes agar tidak membahayakannya saat berjalan.

"Sudahlah, gak apa-apa, yang penting hati-hati, jangan lupa dijagain." Zavin mencoba menengahi karena ia pikir selama Indira berjalan dengan baik dan memang terbiasa memakai sepatu semacam itu, seharusnya tidak ada yang berbahaya.

Zavin tidak membawa apapun kecuali ponsel di tangannya dan dompet lipat di saku celana, sehingga ia meraih tas ransel kecil milik gadis itu. "Yuk, berangkat!"

Ia berjalan mendahului mereka menuruni tangga, namun baru di tangga kedua ia menghentikan langkahnya dan kembali berbalik. "Bisa jalan, gak?" Melihat rok batik Adeeva yang tampak sepan dan membuatnya sedikit sulit melangkah, membuat Zavin mengulurkan lengan ke arahnya. "Pegangan?"

Adeeva menatapnya sejenak, sebelum meraih lengan Zavin yang terlapis kemeja batik untuknya bisa berpegangan. "Berarti Ayah sama Bunda datang ke sekolah?" tanya Adeeva mengabaikan dua manusia yang berjalan mengikuti langkah mereka.

"Iya lah, mau lihat anak gadisnya diwisuda katanya," kekeh Zavin ketika Adeeva meremas lengannya pelan.

"Lo bakal dapat peringkat satu, gak, kira-kira?" tebak Adeeva seraya melepas pegangannya dari lengan Zavin ketika mereka sampai di lantai dasar.

Zavin mengedikkan bahunya dengan gelengan kepala. "Gak tau."

Adeeva memajukan bibir bawahnya sebagai ejekan. "Pura-pura gak tau, padahal sudah jelas peringkat satu paralel lagi, sudah biasa."

"Loh, gak ada yang tau kok. Siapa tau hari ini berubah, 'kan? Mungkin juga lo yang peringkat satu kali ini?" Zavin menyunggingkan senyumnya.

Adeeva meragunakan statemen Zavin sepenuhnya. "Gak mungkin sih. Kalau beneran gue peringkat satu, berarti atas campur tangan lo dong? Secara, ujian ini gue banyak belajar bareng lo, dan gue gak pernah dapat peringkat satu sebelumnya, 'kan? Mentok-mentok juga lima atau enam."

Ztwins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang