Ztwins - 24. Zayn

125 11 1
                                    

Ztwins - Iya, sayang

Acara perpisahan sudah dimulai sejak satu jam yang lalu. Posisi duduk siswa-siswi sesuai urutan kelas dan nomor absen. Setiap murid akan duduk berdampingan dengan wali masing-masing, tetapi Zayn dan Zavin duduk sendiri dan membiarkan kursi bagian wali kosong, karena kedua orang tuanya memilih mendampingi Indira dan Adeeva. Reyhan sebagai pendamping di sisi Adeeva dan Aira di sisi Indira.

"Kok orang tua lo berdua malah di depan, sih?" tanya Zazkia, salah seorang teman kelas mereka yang duduk di bangku paling ujung dan paling dekat dengan mereka.

"Biar dekat panggung, kalau duduk di belakang agak blur," jawab Zavin asal.

"Tapi masa sama Indira sama Adeeva? Lagian, orang tua mereka kemana coba?" Gadis itu masih penasaran dan terheran-heran. "Eh, Dira kenapa tuh?"

Lantas keduanya menatap ke arah Indira yang terlihat berjalan cepat keluar dari tempat duduknya diikuti Aira, berjalan ke arah toilet sambil menutup mulutnya erat-erat.

"Biasalah, cewek gampang kebelet," balas Zavin pura-pura tak acuh, sambil melirik Zayn yang tampak mengambil sikap berdiri dan pergi begitu saja.

"Loh, Zayn mau kemana?" Zazkia bertanya lagi.

"Minta duit sama Bunda." Zavin memilih bermain ponsel karena tidak ingin mendapat pertanyaan lebih banyak dari gadis itu. Terkadang ia ingin tidak menjawab seperti yang biasa Zayn lakukan pada orang asing, namun ia tidak sejahat itu. Selama ada yang bertanya, ia tetap harus menjawabnya.

Di sisi lain, Zayn menyusul Aira dan Indira ke toilet, menunggu di depan pintu toilet pria karena tidak ingin membuat orang-orang curiga.

Beberapa saat, Zayn hanya menatap pintu toilet yang tertutup di bagian ujung, terdengar suara Indira yang berusaha memuntahkan isi perutnya di dalam sana, ditemani Aira.

Karena cukup lama, dua wanita itu tak kunjung keluar, Zayn memilih pergi dari sana menuju kantin, membeli segelas teh mint hangat, satu buah jeruk dan sebungkus roti selai cokelat.

Setelah mendapatkannya, ia kembali ke toilet, bertepatan dengan Indira yang baru keluar dari sana dengan dipapah oleh Aira. Sepatu hak tingginya bahkan sudah terlepas dan membiarkan kakinya telanjang di atas dinginnya lantai.

Zayn memberikan teh mintnya pada Indira, kemudian matanya menangkap sebuah kursi tergeletak tak jauh dari pintu utama toilet dan ia segera mengambilnya agar Indira bisa duduk di sana.

Zayn meletakkan plastik kecil berisi jeruk dan roti tadi di atas pangkuan Indira, kemudian bergerak jongkok di depan gadis itu. "Lemas banget? Mau ke UKS? Atau pulang aja?"

"Kan belum selesai, Zayn. Paling gak sampai acara wisuda nanti, kasihan dong kalau Dira gak naik ke panggung?" Aira memasang wajah sendu, tak kuasa melihat Indira yang pasti sangat tidak nyaman sekarang.

Zayn memandang Indira yang hanya diam sambil sesekali meneguk teh hangatnya. Ada jejak air mata yang terlihat membasahi make up yang dikenakannya.

"Mau istirahat di UKS dulu?" tanya Zayn lagi, yang dibalas gelengan kepala oleh Indira.

Zayn menghela napas pelan, kemudian menunduk untuk membuka sepatu dan kaos kakinya. Ia memakai kembali sepatunya, lalu memasangkan kaos kaki hitamnya di kaki Indira.

"Dingin, kita ke UKS aja, biar bisa istirahat, ditemenin Bunda." Zayn bangkit dari jongkoknya, mengambil minuman dan makanan di tangan Indira untuk diserahkan pada Aira, sebelum membawa perempuan itu ke gendongannya.

"Zayn, gak mau ...." Indira merengek takut, ia bahkan hampir menangis. "Kalau mereka tau, gimana?" Ia menahan tangis di tengah rasa gelisah yang dirasakannya.

Ztwins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang