Ztwins - 11. Zavin

126 8 0
                                    

Ztwins - Gue siap kalau lo mau

.
.
^^^

Ujian akhir kelas 12 yang akan menjadi penentu kelulusan bagi para siswa dan siswi setelah perjuangannya selama tiga tahun menimba ilmu sudah dimulai sejak satu minggu yang lalu dan hari ini adalah hari terakhir, hari yang akan menjadi kelegaan bagi peserta ujian karena berhasil melewati hari-hari berat yang membuat pusing.

Dan mata pelajaran terakhir baru selesai mereka kerjakan beberapa menit yang lalu, sebelum keluar dari ruang ujian yang selama beberapa hari ini menjadi tempat mereka berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

"Weh, Zayn! Warung Abah, yok! Traktir boleh kali." Ben dengan tas yang menggantung di salah satu pundaknya keluar dari ruang ujian dan merangkul pundak Zayn dari arah belakang.

Zayn hanya meliriknya sekilas dan bergumam pelan, lantas melihat ke arah Zavin yang berdiri di depan kelas, lalu tak lama Adeeva hadir dari arah kelas yang berbeda dan menghampirinya.

"Langsung pulang, Zayn?"

"Enggak, dong. Zayn harus nongkrong dulu, traktir kita!" Raja menyusul dengan raut semringah, menggantikan raut gusar yang sebelumnya terpatri akibat tak mampu menjawab soal ujiannya dengan baik.

Zayn mengangguk singkat. "Gue nongkrong dulu." Setelahnya, ia berlalu bersama Ben dan Raja, meninggalkan Adeeva dan Zavin yang saling pandang untuk beberapa saat seolah tengah melempar kata lewat tatapan itu.

"Balik, dah, yok!" Zavin berjalan lebih dulu dengan santai, diikuti Adeeva di belakangnya.

"Zavin!" Langkah keduanya terhenti dan mereka sama-sama berbalik menatap Indira yang baru keluar dari pintu kelas yang baru saja dilewati mereka.

"Aku boleh nebeng, gak?" Kondisi Indira tampak sudah lebih baik dari minggu lalu, dia sudah kembali seperti sebelumnya, membuat Zavin cukup bersyukur dan berharap dalam hati agar tidak ada hal yang akan mengejutkan mereka nantinya.

Zavin lantas menatap Adeeva. "Gue ... bareng Adeeva." Sedikit tak enak hati walaupun sebenarnya bukan pertama kali ia menolak membonceng Indira. Namun, sebelumnya alasan yang ia gunakan adalah alasan klasik seperti, "Gue gak langsung pulang." , atau, "Gue bareng dia.", sambil merangkul salah satu teman lelakinya yang sebenarnya juga membawa motor.

Entah mengapa ia tidak nyaman jika harus membonceng perempuan selain keluarganya. Untuk Adeeva, mungkin karena ia terlalu sering dimintai tolong membonceng gadis itu oleh sang Bunda, Zayn, atau Ayah, sehingga ia tidak keberatan. Lagi pula, ia merasa sudah diamanatkan oleh orang tua Adeeva sehingga harus menjaganya dengan baik.

"Oh ...." Indira melirik Adeeva yang hanya diam dengan alis terangkat dan bibir mengatup. "Gitu. Ya sudah, gak apa-apa." Lantas, Indira berlalu begitu saja, meninggalkan Adeeva dan Zavin yang lagi-lagi saling pandang.

"Yuk!" Zavin mengajak Adeeva melanjutkan langkahnya, menyusul Indira yang sudah lebih dulu berjalan keluar gerbang, sedangkan mereka menuju parkiran.

"Lo ... sadar, gak sih, kalau Indira suka sama lo?" tanya Adeeva sembari menerima helm yang Zavin sodorkan ke arahnya.

"Sadar kok." Zavin mengenakan helmnya, kemudian naik ke atas motor, memasang kunci dan melepas standarnya. "Kenapa memang?" Zavin menoleh setelah siap berkendara.

Ztwins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang