Ztwins - 32. Zayn

131 12 3
                                    

Ztwins - Oke, bayik, let'go, kita jajan!
.
.
^^^^

"Zayn," panggil Indira dengan suara lirih ketika Zayn baru kembali ke kamar, setelah sebelumnya pergi ke dapur untuk mencuci gelas bekas susunya.

Zayn yang baru menutup pintu, pun menoleh dengan alis terangkat, sembari berjalan mendekat dan duduk di sisi Indira. "Kenapa?"

Indira meraih jemari milik Zayn, lalu memainkannya dengan kepala menunduk dalam. "Pinggangnya pegal," katanya pelan, namun dapat didengar dengan baik oleh Zayn yang kini mengangguk.

"Tiduran dulu, gue usapin." Zayn menarik tangan Indira agar tidak lagi bersandar pada bantal agar ia bisa membenarkan letak bantal itu dan membantunya berbaring.

Setelah Indira tiduran nyaman dengan posisi membelakanginya, barulah Zayn bergerak mengusap pinggang perempuan itu dengan tangan lebarnya yang lembut.

"Gak ada Zavin sama Deeva, jadi sepi, ya?" kata Indira membuka percakapan, yang hanya dibalas gumaman oleh Zayn.

Pernikahan Zavin dan Adeeva baru selesai dilaksanakan pagi tadi, kini sepasang pengantin itu sudah tinggal di rumah peninggalan orang tua Adeeva. Jadi, di rumah ini hanya tersisa mereka dan kedua orang tuanya.

"Zayn, besok mau kemana?" Indira tiba-tiba bergerak membalikkan tubuhnya hingga menghadapke arah Zayn, membiarkan cowok itu setia mengusap pinggangnya dengan satu tangan dan ia bisa memainkan jemari panjang tangan Zayn yang lain.

Entah sejak kapan kebiasaan itu menjadi kesukaan baginya. Ia selalu merasa gemas ketika melihat jemari Zayn yang kecil dan panjang itu, bisa dibilang lebih lentik dari jemarinya.

"Kemana?" ulang Zayn seraya berpikir. "Maunya kemana memang?" Zayn menatap jemarinya yang sedang dimainkan oleh tangan-tangan mungil sang istri.

Indira melirik Zayn ragu. "Mm ... jalan-jalan, bosan di rumah terus."

Zayn mengangguk saja, lalu tangannya bergerak merapikan rambut Indira, seolah hal itu menjadi kebiasaan baginya. "Tidur dulu, sudah malam." Ia menghentikan usapannya, berdiri dari duduknya untuk berpindah ke sisi ranjang yang lain dan membaringkan tubuhnya di sana.

Zayn memiringkan tubuhnya, ingin mengusap pinggang Indira lagi yang posisinya membelakangi dirinya, namun perempuan itu lebih dulu berbalik dan membuat mereka saling berhadapan.

"Mau di usapin lagi, gak?" tanya Zayn yang diangguki pelan oleh Indira. "Balik badan, gue usapin lagi."

Bukan menuruti perintah Zayn, Indira justru hanya diam memainkan sarung bantal guling yang terdapat di tengah-tengah mereka, giginya tampak menggigit samar bibir bawahnya, membuat Zayn menatapnya heran.

"Kenapa?" tanyanya dengan peka, membuat Indira menatap matanya lekat dan ia balas dengan kedua alis terangkat.

"Ngg ... peluk?" Satu detik, dua detik, hening, dan Indira bergegas meralat ucapannya. "Eh, gak jadi." Ia segera berbalik menunggunya Zayn, membiarkan cowok itu mengusap pinggangnya lagi.

Selama beberapa saat, ia tidak merasakan tangan Zayn mengusap pinggangnya, namun tak lama ia merasakan pergerakan di belakangnya diikuti dengan sebuah tangan menarik dirinya hingga berbalik dan masuk ke dalam dekapan cowok itu, dan setelahnya usapan lembut itu kembali ia rasakan, kali ini rasanya lebih hangat dari yang tadi ataupun hari-hari kemarin.

"Kalau mau sesuatu, bilang aja, gak usah takut," bisik Zayn di atas kepala Indira yang kini menempel di dadanya yang bidang.

Indira diam menikmati dekapan dan usapan Zayn, serta deru napas yang hangat menerpa ubun-ubunnya. Semula ia hanya pasrah Zayn memeluknya, namun tak lama tangannya tergerak untuk membalas pelukan itu, melingkar di pinggang Zayn dan semakin merapatkan diri pada cowok itu, membuat hangat semakin terasa.

Ztwins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang