Ztwins - 38. Zayn

134 13 2
                                    

Ztwins  - Hati-hati di rumah, Mama Dedek
.
.
^^^

Pagi ini, Zayn akan mulai bekerja di bengkel Om Arman sesuai janjinya hari kemarin. Jika biasanya ia mandi setelah matahari meninggi, kali ini ia mandi setelah selesai melaksanakan salat subuh dan jogging mengelilingi jalanan komplek perumahannya.

Keluar dari kamar mandi hanya mengenakan celana kolor dan kaos oblong hitam, sambil mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil.

"Zayn?"

Gerakan Zayn terhenti, langkah kakinya mengarah pada Indira yang duduk di tepi ranjang, kemudian ia mengambil duduk di sebelahnya dan melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambut.

"Kenapa?" tanyanya sembari melihat ke arah gelas berisi susu ibu hamil di tangan Indira yang tersisa setengah.

"Lo beneran mau kerja?" tanyanya dengan raut sendu, membuat Zayn lagi-lagi menghentikan kegiatannya untuk menatap perempuan itu.

"Kenapa ... hm?" Zayn mengelus singkat rambut Indira membuat gadis itu bergerak masuk ke dalam dekapannya.

"Kalau gak kerja, nanti gue gak bisa beliin lo susu, beliin lo jajan, sama kebutuhan dia juga." Zayn mengelus singkat perut Indira sebelum melanjutkan kegiatannya, membiarkan Indira bergelanyut di dadanya dengan kedua tangan melingkari pinggangnya.

"Nanti gue kesepian, dong?" katanya dengan raut sedih, menatap Zayn dengan posisi kepala mendongak karena ia masih menempel di dada Zayn.

Zayn, pun menunduk, memilih menuntaskan kegiatannya untuk mengeringkan rambut, membiarkan rambut itu masih sedikit basah dan berantakan. Ia bergerak melingkarkan satu tangannya di pinggang Indira dan tangan yang lain mengelus rambut perempuan itu.

"Kan ada Bunda, Ra. Lagian gue pulang juga gak malam-malam banget seharusnya. Gue usahakan pulang sebelum jam tidur, oke?" Zayn tersenyum tipis, ia tahu kekhawatiran Indira yang tidak bisa tidur sendiri apalagi tanpa pelukan, dia terbiasa dengan tidur ditemani sebuah pelukan hangat, dari siapapun itu asalkan dia merasa aman dan nyaman dalam dekapannya.

"Janji?" Ia menatap sang suami penuh tuntutan.

Zayn menggelengkan kepalanya, mengusap kening Indira sejenak. "Gak janji." Kemudian mengecupnya di sana. "Tapi gue usahakan, oke?" Ia mengusapnya lagi ketika Indira menggeram tak terima.

"Hey, dengar!" Zayn menuntun lembut kepala Indira dengan menangkup sisi wajahnya, agar menatap lurus ke arahnya. "Kita itu sudah menikah. Gue memang gak tau hasil kerja gue akan seperti apa. Tapi, gue sebagai seorang suami, sudah menjadi kewajiban gue untuk bekerja, untuk berusaha, menafkahi lo dan anak kita dengan sebaik-baiknya kerja keras gue. Kalau enak-enakan di rumah, gue mau kasih makan lo sama dia pakai apa? Memberi nafkah itu kewajiban, kalau gue gak melakukan itu, gue akan berdosa. Paham?"

Indira mengembungkan pipinya dan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya ...."

Zayn menghela napas pelan, membawa perempuan itu kembali ke dekapannya. "Gue kerja berangkat pagi, sorenya pasti pulang, Ra. Gue bukan mau merantau kemana-mana, pergi jauh dari lo, gak pulang sampai berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Gue cuma kerja di bengkel, dekat dari sini juga, kita masih bisa ketemu setiap hari, kalau lo mau nyamperin gue ke sana juga boleh. Lo gak usah takut, gak usah khawatir, oke? Kalau nanti butuh apa-apa, lo bisa hubungi gue, chat atau telepon juga boleh."

"Tapi, 'kan lo sibuk."

"Kalian tetap prioritas, gue gak akan pernah mengabaikan itu." Zayn mengusap punggung dan kepala Indira, menumpukkan pipinya di atas ubun-ubun perempuan itu. "Baik-baik di rumah, jangan jajan sembarangan, jaga diri, jangan ceroboh. Kalau butuh sesuatu bilang sama Bunda atau telepon gue. Ya?"

Ztwins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang