Ztwins - Zayn akan ingat itu
.
.
^^^Bulan berlalu, kini kandungan Indira memasuki usia ke tujuh. Dan hari ini, keluarga mengadakan acara doa bersama sederhana yang mengundang tetangga dan kerabat, dengan seorang ustad memimpin acaranya.
Mungkin, beberapa dari mereka ada yang menyadari kejanggalan antara usia kehamilan dan jarak usia pernikahan mereka yang baru memasuki bulan ke enam. Beberapa tetangga juga mulai berbisik-bisik, yang berusaha mereka abaikan dan tetap bersikap seperti biasa. Terlebih, mereka lagi-lagi tidak mendapati kehadiran kedua orang tua Indira, semakin memperjelas kecurigaan mereka tentu saja.
Acara digelar bakda salat zuhur hingga menjelang asar, doa bersama dan dilanjut dengan makan bersama di lesehan ruang tamu. Setelah acara selesai dan para tetangga berlalu pulang, menyisakan keluarga terdekat, mereka lanjut salat asar berjamaah.
"Alhamdulillah, acaranya lancar. Semoga Ibu dan bayinya sehat, ya? Diberi kemudahan, kelancaran, sampai melahirkan dan menjadi anak yang soleh-solehah." Semua mengaminkan doa yang diberikan Kakek untuk Indira setelah mereka selesai salat berjamaah dan kembali berkumpul di lesehan.
"Jadi, gimana? Siapa lagi yang mau nikah? Yang mau punya anak? Gue terima santai aja lah," kata Fauzan yang mendengus seraya melipat kedua tangan di depan dada dan bersandar pada tembok di belakangnya. "Mau merintis jadi crazy rich dulu, biar bisa ngasih kado kartu kredit buat keponakan-keponakan gue."
"Loh, bukannya sudah?" tanya Zavin yang sejak tadi memainkan jari-jari mungil istrinya yang ada di atas pahanya. "Sudah crazy tapi belum rich rich!"
Semua sontak tertawa dan Fauzan hanya tersenyum masam. "Lo belum nyusul ngegol juga, Vin? Biar seumuran tuh!" Ia menunjuk perut besar Indira yang tengah diusap-usap oleh Zayn menggunakan dagunya.
Zavin menoleh ke arah Adeeva, lalu saling tersenyum. "Doain, ya? Btw, gue punya kabar bahagia, tapi takut lo pingsan. Jadi gue mau tunggu lo pulang dulu aja, biar gak usah dengar," cengir laki-laki itu, yang dihadiahi tatapan sinis oleh sepupunya.
"Bang Ojan juga, gak niat nikah? Gak laku, ya? Atau jangan-jangan mau nungguin Zia? Ih, gak mau ah, takut ...!" Mereka tertawa melihat tingkah Zia yang meledek Fauzan yang hanya menatapnya kesal.
Di sela-sela tawa semua orang, ada pasangan yang menjadi bintang utama hari ini, namun memilih sedikit mengambil jarak dari mereka, meski tidak benar-benar memisahkan diri.
"Capek?" tanya Zayn yang sejak tadi tangannya tak berhenti mengusap pinggang Indira, terkadang ia juga mengelus perutnya yang membulat sempurna. "Tiduran sini?" Ia menepuk pahanya yang terlapis sarung yang ia kenakan.
Tanpa membantah, Indira perlahan membaringkan kepalanya di sana dengan bantuan Zayn. Ia berbaring miring membelakanginya agar bisa tetap menyimak obrolan dari para orang tua yang berada lebih dekat dengan mereka dibanding dengan sepupu-sepupunya yang ada di bagian ujung.
Zayn melepas baju koko putih yang ia kenakan, menyisakan sehelai kaos oblong warna abu-abu yang melapisi tubuh bagian atasnya. Ia letakkan baju koko itu untuk menyelimuti tubuh Indira dari batas pinggang hingga pahanya.
Ketika Indira sibuk mendengar obrolan para tetua yang selalu membuatnya mendapat ilmu baru, telinganya samar-samar mendengar gumaman solawat bernada indah membuatnya menoleh sekilas, sebelum kembali pada posisinya dengan senyuman.
Zayn, dengan satu tangan sibuk memainkan ponsel, lalu tangan lain mengusap perut Indira dan bibirnya terus melantunkan nada-nada indah itu, selalu berhasil membuat dada Indira menghangat.
Indira meletakkan tangannya di punggung tangan Zayn, mengikuti setiap geraknya di atas perut bulat itu.
"Dira ngantuk itu, Zayn," tegur Aira yang membuat Zayn menghentikan kegiatan pada ponselnya dan menunduk untuk menatap Indira yang memang terlihat memejamkan mata. "Tapi ini sudah sore, gak baik tidur jam segini, mending dibawa jalan-jalan dulu atau apa gitu, yang penting jangan tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ztwins (END)
Fiksi UmumFOLLOW SEBELUM MEMBACA! . . . #Gen1.1 Mereka adalah sama yang berbeda. - Ztwins ^^selamat membaca^^ Mei 2024