Ztwins - Ya memang lagi isi, 'kan?
.
.
^^^Hari itu, setelah pembicaraan panjang disertai raut-raut frustasi dari mereka, Zayn ditemani kedua orang tuanya, beserta Indira, pergi ke rumah yang berada di seberang rumah mereka.
Ketika pintu terbuka, mereka disambut dengan raut datar dari kedua orang tua Indira, yang mempersilahkan mereka masuk dengan acuh tak acuh.
"Saya tidak peduli apapun yang ingin kalian lakukan, urus dia dan jangan pernah biarkan dia kembali ke sini, kami tidak sudi!" Begitu kata Vivi kala itu sama sekali tidak ramah, sedangkan Romi hanya diam memperhatikan Indira yang hanya mampu terisak dalam dekapan Aira.
Hal itu membuat Reyhan mencoba menengahi dengan tenang. "Sebelumnya, atas nama keluarga kami meminta maaf yang sebesar-besarnya pada keluarga Bu Vivi dan Pak Romi, kami minta maaf atas kesalahan yang putra kami lakukan. Untuk ke depannya, sesuai kesepakatan dari kami dan dengan persetujuan dari Indira, kami berniat menikahkan mereka. Jika--"
"Lakukan apapun yang ingin kalian lakukan dan pergi dari sini, karena kami sama sekali tidak peduli." Vivi bahkan tak mengizinkan Reyhan menyelesaikan bicaranya.
Wanita paruh baya itu berjalan ke arah pintu utama untuk membukanya lebar-lebar sebagai isyarat bahwa mereka harus segera pergi dan jangan menunggu apapun lagi.
Wanita itu bahkan memalingkan wajah ketika Indira berlutut, dan ketika ia bersujud untuk mencium kakinya Vivi menarik kakinya dengan kasar dan berlalu dari sana dengan langkah cepat.
Sejak saat itu, penghuni dua rumah itu menjadi asing, bahkan seolah Vivi dan Romi benar-benar enggan menampakkan diri, mereka tidak pernah melihatnya lagi, bahkan sekedar berangkat atau pulang kerja. Rumahnya tertutup rapat, entah memang sudah pergi atau mungkin sengaja menghindari mereka.
Selesai salat, Zayn dibuat terburu-buru menuju kamar mandi di dekat dapur ketika mendengar Indira terus memuntahkan isi perutnya. Pemandangan ini sudah biasa terjadi sejak perempuan itu tinggal bersama mereka, bahkan terkadang tengah malam sekalipun Adeeva seringkali memanggilnya ketika Indira muntah-muntah, karena dua perempuan itu memang tidur di kamar yang sama, di kamar yang bersebelahan dengan kamar si kembar.
Zayn hanya diam di sisi Indira yang tengah berjongkok di depan wastafel duduk. Ia hanya berjongkok di dekatnya untuk menahan jika tiba-tiba lemas ataupun pingsan.
Setelah beberapa saat, barulah Zayn menelengkan kepalanya agar bisa melihat wajah Indira. "Sudah?" tanyanya dengan pandangan tenang.
Indira mengangguk seraya mengelap bibirnya dengan punggung tangan, berusaha berdiri namun tubuhnya terasa begitu lemas, membuat Zayn segera membantunya dengan memegangi kedua lengannya dan memapahnya ke meja makan.
Zayn menarik dua helai tisu dan ia berikan pada Indira. Zayn berjongkok di sisinya ketika Indira meneguk segelas air putih hangat yang Adeeva ambilkan, lalu menerima uluran gelasnya ketika hanya tersisa setengah.
"Gak usah sekolah dulu, gak apa-apa. Yang penting besok bisa berangkat, hari ini istirahat aja." Zayn bangkit dari jongkoknya, mengelus singkat rambut Indira yang sedikit berantakan.
Zayn dibuat terkejut ketika tiba-tiba mendengar Indira terisak, ia pun menarik satu kursi agar lebih dekat dan mendudukinya, ia menunduk untuk bisa melihat wajah Indira yang kini penuh air mata.
"Kenapa?" Zayn tidak menunjukkan ekspresi apapun, datar seperti biasa.
Indira menggelengkan kepalanya, menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Kenapa? Ada masalah? Ada yang bikin lo gak nyaman? Bilang sama gue," kata Zayn yang sepertinya mulai terbiasa banyak bicara dengan Indira.
"Takut," cicit Indira akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ztwins (END)
General FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA! . . . #Gen1.1 Mereka adalah sama yang berbeda. - Ztwins ^^selamat membaca^^ Mei 2024