Ztwisn - 47. Zavin

80 7 2
                                    

Ztwins - Sama-sama, sayangnya Ayah
.
.
^^^^

"Mas ...."

"Kenapa, dek?" Zavin yang tengah sibuk berkutat di depan kompor, pun segera mengecilkan apinya untuk menoleh dan melihat kedatangan Adeeva yang menyusulnya ke dapur.

Perempuan itu melongok di pintu dapur, kemudian tersenyum lebar. Ia berjalan mendekat dengan kedua tangan di belakang tubuhnya, terus menatap mata Zavin yang kini bersandar pada meja, di sisi kompor.

"Kenapa senyum-senyum? Bahagia banget kayaknya?" Ia ikut tersenyum, mengelus pipi Adeeva dengan ibu jarinya, sebelum mematikan kompor saat dirasa masakannya telah matang sempurna, sehingga ia bisa fokus dengan wanitanya.

Adeeva lagi-lagi tersenyum lebar. "Mau lihat sesuatu, gak?" tanyanya penuh misterius, berdiri di hadapan Zavin yang kini melipat kedua tangannya di depan dada dengan kening berkerut heran.

"Apa?" tanya Zavin pada akhirnya karena tidak berhasil menebak apa yang tengah Adeeva sembunyikan.

Adeeva menggigit bibir bawahnya kali ini menahan senyum agar tidak semakin lebar. "Merem dulu."

"Hm?" Alis Zavin terangkat, jika ingin memperlihatkan sesuatu kenapa ia harus memejamkan mata.

"Ish, merem dulu!"

Zavin mengangguk mengalah. "Oke." Ia lantas memejamkan matanya, membiarkan Adeeva yang kini menarik salah satu tangannya sehingga tidak lagi terlipat di depan dada, kemudian ia meletakkan sebuah benda kecil panjang yang cukup asing di telapak tangannya.

"Apa ini?" tanya Zavin seraya meraba apa yang ada di tangannya, masih dengan mata tertutup ia berusaha menebak benda itu. "Termometer, ya?"

Adeeva terdengar melepaskan sebuah kekehan, membuat Zavin semakin penasaran.

"Ini apa sih, dek? Boleh buka mata, gak?" tanya Zavin yang sudah tidak tahan ingin melihatnya. "Kamu sakit apa gimana? Masa sakit malah senyum-senyum kayak gitu?"

Adeeva terkekeh lagi, meletakkan dua ibu jarinya di masing-masing kelopak mata Zavin yang masih tertutup. "Boleh buka," katanya seraya mengusap kelopak mata itu dengan lembut dan diikuti terbukanya mata Zavin perlahan.

Ketika matanya terbuka, yang Zavin lihat lebih dulu adalah wajah ayu istrinya yang masih menampilkan senyum seolah tidak takut giginya mengering, sebelum akhirnya ia menunduk dibarengi dengan tangannya yang mengangkat benda yang Adeeva berikan tadi.

Sebuah benda yang ia pikir adalah termometer. Namun, setelah memandangnya lebih lama dan berusaha memahami apa yang dilihatnya, dua garis jelas tertera di sana, lalu di bagian samping dua garis itu terdapat keterangan singkat tentang maksud dari garis itu, yang membuatnya menatap sang istri dengan ekspresi antara percaya dan tidak percaya.

"Ini ...." Ia kemudian tersenyum haru dibarengi dengan mata yang berkaca-kaca, dan ia pun segera menarik Adeeva ke dalam dekapannya. "Selamat, sayang ...." Ia mencium kening wanita itu lama, bersamaan dengan air mata yang mengalir melewati celah pipinya.

Adeeva berusaha tersenyum, membalas pelukan Zavin dengan air mata haru yang ikut merembes. "Selamat juga buat kamu," katanya seraya bersandar pada Zavin, membiarkan tubuhnya jatuh sepenuhnya pada laki-laki yang masih setia bersandar pada meja kompor.

"Terima kasih, sayang." Ia menarik ingus sambil menghapus air matanya dengan kasar, seraya menunduk menatap Adeeva yang kini mendongak menatapnya.

"Terima kasih kembali," katanya seraya memejamkan mata ketika Zavin mengusap air di kelopaknya.

"Sehat-sehat, ya?" Ia kembali mengeratkan pelukannya dan mengusap pinggang sang istri dengan lembut.

Adeeva mengangguk dengan kepala bersandar di dada suaminya. Lama mereka berada di posisi yang sama, di pagi hari yang tidak begitu cerah ini, mereka ada di dapur dengan Zavin bersandar pada meja dan Adeeva bersandar padanya, tangan mereka saling melingkari pinggang masing-masing, lalu tangan Zavin yang tak berhenti mengusap pinggang istrinya. Sama-sama melihat ke samping di mana terdapat halaman samping rumah yang cukup luas ditumbuhi rerumputan hijau dan beberapa pepohonan yang tidak begitu besar.

Ztwins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang