Ztwins - Spesial Part 2

180 16 4
                                    

"Yaya ...."

Gadis kecil yang semula tengah bersandar di ketiak Adeeva sembari mengelus-elus perut wanita yang mulai membuncit itupun, menoleh semangat penuh raut semringah saat mendengar suara sang ayah.

"Ayah!" Ia bergegas bangkit dan melompat-lompat di atas sofa yang ia duduki tadi dengan kedua tangan melebar, siap masuk ke gendongan Zavin yang kini mendekat sembari tersenyum dan kedua tangan terulur ke depan.

Namun, ketika sampai di hadapan Ariana yang sudah siap melompat padanya, ia justru melewati begitu saja dan justru bergerak memeluk sang istri dengan posisi membungkuk, karena Adeeva sama sekali tidak mengubah posisinya yang tengah duduk bersandar pada sofa.

"Selamat pagi, Ibu ...." Dengan lirikan mata jahil, masih dengan kedua tangan melingkar di pinggang Adeeva, ia mencium kedua pipi wanita itu bergantian, lalu mengecup keningnya sebagai pengakhir sebelum meletakkan kepalanya di pundak wanitanya sembari menahan tawa.

Lihatlah gadis berusia empat tahun itu kini merengut kesal dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan kedua alisnya menyatu, bibirnya maju beberapa centi. "Ih, 'kan Yaya mau peluk juga!" katanya dengan dengusan sebal dan mendudukkan diri, mengambil jarak dari keduanya sambil menatap ke arah lain.

"Mas, ish!" Adeeva menepuk lengan yang masih melingkari pinggangnya itu sebagai teguran. "Nanti kalau ngambek, susah bujuknya!" katanya yang lantas membuat Zavin terkekeh dan melepas pelukannya setelah berhasil mencuri satu kecupan di bibir Adeeva saat Ariana lengah tak melihat mereka.

Zavin kemudian duduk di celah antara istri dan keponakannya itu, kemudian menarik Ariana ke atas pangkuannya, yang sama sekali tak mengubah apapun dari gadis kecil itu, masih manyun dengan kedua tangan terlipat, tatapannya begitu jengkel.

"Pagi, Mbak Yaya."

Bukan menjawab, Ariana justru membuang pandangannya dengan gaya angkuh. "Gak mau nomol dua!" katanya dengan suara pelan dan sinis, membuat Zavin dan Adeeva saling pandang dan terkekeh.

"Terus maunya nomor berapa? Tiga? Ya sudah, Ayah sapa adeknya dulu."

Zavin hendak menurunkan anak itu dari pangkuannya, namun ia lebih dulu berbalik menatapnya dengan wajah cemberut, melepas lipatan tangannya dan beralih memeluknya, menyandarkan kepala di dada Zavin, sembari merengek, "Ih, Ayah ... Yaya dulu tau, balu ke Ibu, telus ke adek."

Zavin terkekeh, balas memeluk tubuh mungil itu dan mencium puncak kepalanya. "Kan gantian, sayang. Kemarin sudah Yaya duluan, tuh? Iya, 'kan? Hari ini gantian Ibu dulu, terus besok giliran adek yang pertama, gimana?"

Ariana tampak ragu, namun setelahnya ia mengangguk menyetujui.  "Tapi nanti Yaya yang nomol satu lagi!"

"Iya, cantik." Ia usap kepala anak itu dan kembali mengecupnya. "Sekarang kita sapa adeknya?" Zavin meminta persetujuan, yang membuat Ariana melepas pelukannya dan mendekat pada Adeeva untuk menghadapkan wajahnya pada perut wanita itu.

"Assalamualaikum." Lihat, ia bahkan tidak lupa dengan yang Zavin ajarkan hari lalu dengan mengetuk pelan perut Adeeva seolah itu adalah sebuah pintu. "Selamat pagi, adek. Salam sayang dali Mbak Yaya cantik. Sehat-sehat, ya?" Ketukannya berubah menjadi usapan lembut dan tiga kali kecupan sayang, membuat Zavin dan Adeeva kompak tersenyum.

Setelah selesai, Ariana menatap Zavin seolah memberi kode padanya agar segera melakukan rutinitas seperti biasa. "Oke, sekarang Ayah." Ia tersenyum, menahan tubuh Ariana agar tidak jatuh dari pangkuannya, lalu ia dekatkan wajahnya pada perut sang istri. "Assalamualaikum, selamat pagi, sayangnya Ayah. Baik-baik di dalam ya, nak, jangan repotin Ibu, repotin Ayah aja," katanya sembari mengusap perut itu keseluruhan dan memberinya banyak kecupan di sana seperti yang Ariana lakukan tadi.

Ztwins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang