Ztwins - 15. Zavin

117 8 1
                                    

Ztwins - Istirahat dulu, besok lanjut stres lagi

.
.
^^^

Jika biasanya sebelum tengah malam si kembar masih akan nongkrong di depan televisi ruang keluarga lantai bawah, entah sekedar bermain ponsel berdua, mabar game, nonton, atau hal lain. Maka tidak dengan hari ini.

Keduanya sudah berada di kamar setelah kedua orang tuanya pamit istirahat, lalu Adeeva juga sudah ke kamarnya sejak bakda isya tadi karena sedikit tidak enak badan.

Kini, dua remaja laki-laki berwajah identik itu sudah berbaring bersama di atas tempat tidur. Zayn di sisi kanan dan Zavin di sisi kiri. Keduanya sama-sama berbaring dengan menggunakan kedua tangannya sebagai bantalan, menatap hamparan langit-langit kamar yang berwarna putih dengan sebuah lampu di  bagian tengah.

"Pin?" panggil Zayn yang sangat jarang membuka suara lebih dulu karena dia terkesan lebih suka merespons dibandingkan untuk memulai pembicaraan.

Pandangan Zavin masih ke atas saat menjawabnya dengan gumaman. "Hm?"

Hening sesaat, sebelum Zayn kembali membuka suara. "Dia ... hamil."

"Oh ... Hah?!" Zavin menoleh dan segera bangkit dari tidurnya, menghadap Zayn yang masih diam dan tenang dalam posisi rebahan. "Ha-mil?" Cowok itu menggaruk dagunya yang tiba-tiba terasa gatal, lalu menjalar ke leher, tengkuk hingga kepalanya, membuat rambut model undercut miliknya teracak begitu saja.

Zavin masih menatap Zayn dengan raut kaget, bingung dan cengo, menunggu respons cowok itu atau setidaknya apa yang akan dia katakan, namun setelah beberapa menit berlalu, Zayn masih diam saja, masih menatap langit-langit kamar dengan tenang.

"Bang? Lo ... baik?"

Barulah setelah mendapat pertanyaan itu, ia menoleh ke arah Zavin yang setia menatapnya, kali ini tampak khawatir dan gusar.

Zavin juga menyadari, bahwa tenang yang Zayn tunjukkan tadi tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan raut sayu yang dapat Zavin artikan sebagai perasaan takut, gelisah, tak tenang, dan masih banyak lagi.

"Lo ... mau gue peluk, Bang?" Dengan ragu Zavin bertanya, yang kemudian dijawab dengan Zayn yang membuang muka ke arah lain.

"Gak!" jawab cowok itu dengan ketus, membuat Zavin mendengus sebal.

Zayn itu manusia penuh gengsi, jadi mana mungkin dia ingin memeluknya, menangis dalam dekapannya, mengeluarkan segala sesak dan gelisah yang ia rasakan.

Dalam hidup, mungkin terakhir kali Zayn melakukan itu adalah ketika usia mereka menginjak lima tahun, saat mereka sama-sama disunat. Setelahnya, tidak ada lagi moment mereka menangis berdua sambil berpelukan dan mengatakan bahwa mereka tidak perlu takut karena mereka akan berjuang bersama, mereka tidak sendiri.

"Kok lo bisa tau kalau dia hamil?" Zavin mulai penasaran bagaimana Zayn bisa mengetahui hal tersebut.

Zayn kembali pada posisinya, menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. "Gue yang antar ke rumah sakit."

Zavin semakin mengerutkan kening tak mengerti. "Kok bisa?"

Merasa tidak enak dengan posisinya bercerita dengan Zavin yang tengah duduk, membuat Zayn bangkit dan menyandarkan punggungnya pada sandaran ranjang, membiarkan posisi mereka saling berhadapan.

"Tadi pagi, waktu gue menolak mengantar Adeeva ke supermarket, gue jalan, jalan aja gak tau tujuan."

Saat itu juga, Zavin menatapnya sinis, hendak mengeluarkan protes, namun Zayn lebih dulu melanjutkan perkataannya.

Ztwins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang