Ztwins - 48. Zayn

109 12 2
                                    

Ztwins - Gue kerja, Ra, capek ....
.
.

^^^^

"Gue berangkat dulu," kata Zayn seraya menerima uluran tangan Indira yang lantas mengecup singkat punggung tangannya, dan ia balas dengan kecupan di kening wanita itu.

"Hati-hati," katanya dengan senyum semringah seperti yang biasa ia tunjukkan ketika akan melepas kepergian Zayn berangkat kerja.

Zayn mengangguk pelan, mengusap singkat perut Indira yang semakin bulat dan membesar karena sudah sampai pada bulan kelahiran, hanya menghitung hari untuk mereka bertemu dengan anak itu.

"Baik-baik di rumah, kalau ada apa-apa, jangan lupa kabarin gue." Ia terus mengusap perut itu, merambat ke pinggang samping dan belakang yang biasa dikeluhkan sakit oleh Indira. "Assalamualaikum!"

"Waalaikumussalam." Indira melambaikan tangan ke arah Zayn yang sudah naik ke motornya. "Pulangnya beliin bakso, ya?" Ia menyengir lebar, membuat Zayn yang tengah mengenakan helm menatapnya.

"Bakso apa?" tanyanya agar lebih jelas, karena sebelumnya ia pernah membeli bakso secara asal dan wanita itu enggan memakannya.

"Bakso apa aja, yang penting bakso, kuah bening, ya?"

Kali ini, Zayn mengangguk yakin karena sudah jelas dari jawabannya dan ia tidak akan bingung lagi membeli bakso yang seperti apa. "Oke, sayang. Berangkat dulu," pamitnya sembali melambaikan tangannya singkat dan berlalu bersama motornya, meninggalkan Indira yang menatap kepergiannya dengan hampa sambil memegangi pinggangnya yang semakin hari semakin terasa berat.

Hari-hari menjelang persalinan Indira habiskan untuk goleran di atas kasur. Kadang sesekali ia akan berjalan-jalan ringan di depan rumah bersama Bunda, katanya agar persalinannya bisa lancar.

Dalam proses kehamilan ini cukup menguras tenaga baginya yang baru pertama kali, ditambah usianya yang masih terlampau muda. Mual muntah dari trimester pertama hingga terakhir, walaupun intensitasnya tidak sesering pada awal kehamilan, namun Indira masih seringkali merasakan morning sickness di usia kehamilan yang menginjak bulan terakhir ini.

Lalu, nafsu makan meningkat yang membuat bobot tubuhnya naik drastis dan menambah beban berat yang harus ia bawa pula. Di tambah kakinya yang sempat bengkak di dua minggu terakhir, meski kini sudah sedikit menyusut.

Perutnya yang terasa begah dan kadang membuat ia sesak napas, pinggang yang terasa hampir patah dan membuatnya ingin selalu berbaring, meski dengan berbaring tidak begitu membantu karena selalu kesulitan dalam setiap posisi.

"Dira, pudingnya sudah jadi, nih!" Indira berjalan pelan dengan satu tangan memegang pinggang dan tangan lain menyangga perutnya yang dirasa-rasa hampir jatuh, berjalan masuk ke dalam rumah ketika ibu mertua memanggilnya.

"Kenapa, Bun?"

Aira yang sibuk berkutat di depan kompor, pun menoleh. "Aduh, maaf, ya, Bunda gak bantuin kamu jalan, ini takut gosong, nih." Aira mematikan apinya ketika masakannya sudah matang, dan bergegas menghampiri menantunya untuk membantu ia berjalan dan duduk di salah satu kursi meja makan.

"Gak apa-apa kok, Bun. Dira bisa jalan sendiri walaupun harus pelan-pelan," kata Indira seraya tersenyum dan mengelus lengan Aira.

Aira menghela napas pelan, ikut tersenyum dan mengelus kepala menantunya. "Bunda tau kamu kuat," katanya seraya meraih semangkuk puding coklat keinginan Indira kemarin. "Nih, dimakan dulu, Bunda mau siapin bekal buat Ayah ke kantor."

Indira mengangguk, membiarkan Aira berlalu kembali ke dapur untuk meneruskan kegiatannya yang sempat tertunda, dan ia menikmati puding buatan Wanita itu.

Ztwins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang