Ztwins - Bilang makasih lo sama gue!
.
.
^^^Pagi bakda salat subuh, Zayn sengaja mengajak kedua orang tuanya berbicara lebih serius. Zayn duduk di single sofa, menghadap kedua orang tuanya yang duduk di sofa double, lqlu di sisi lain terdapat Zavin dan Adeeva yang duduk di triple sofa yang sengaja menjadikan sofa bagian tengah sebagai sekat mereka.
"Ada apa, Zayn?" Reyhan yang masih mengenakan koko putih dan sarung senada, menatap putranya yang mengenakan kaos hitam dan sarung abu-abu.
Anak itu memasang wajah sangat serius, lebih dari biasanya. Ia tampak gusar, tidak setenang Zayn yang ia kenal setiap hari.
Reyhan kemudian melirik putranya yang lain, yang sejak tadi juga terlihat khawatir. Cowok dengan kaos oblong putih dan sarung hitam itu, terus menatap saudara kembarnya seolah tengah memberinya dukungan.
Terakhir, Reyhan melirik Adeeva dan juga sang istri yang ternyata juga menatapnya dengan bingung, heran, menunggu apa yang akan Zayn dan Zavin katakan pada mereka.
"Yah ... Bun ...." Zayn menelan ludah, menarik napasnya yang terasa sesak.
"Iya?" Aira masih bisa tersenyum, ia berusaha menenangkan Zayn seolah dalam senyumnya mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
Zayn menarik napas lagi, kemudian memejamkan mata sambil berucap, "Zayn menghamili seorang perempuan." Lalu napasnya dibuang dengan sangat berat seraya membuka matanya, menatap reaksi yang kedua orang tuanya.
Diam, keduanya diam, begitupun dengan Adeeva. Mereka menatapnya, tentu dengan sorot mata yang tak berbinar seperti tadi. Ada redup penuh kekecewaan, namun belum ada reaksi apapun baik dari gerak tubuhnya ataupun gerak bibirnya.
Zayn bahkan menatap sang ayah, ia sudah siap menerima murka apapun dari pria itu, ia siap menerima pukulan, bogem mentah, tamparan, atau bahkan jika ia terbunuh saat ini pun, ia merasa itu semua jauh lebih baik, dari pada melihat keterdiaman mereka.
"Zayn--"
"Siapa?" Reyhan memotong ucapan Zayn, menatapnya datar, kedua tangannya terkepal tanda ia menahan emosi.
Zayn menelan ludah samar, menatap sang ayah sedikit ciut, karena sepertinya baru kali ini ia melihat Reyhan benar-benar marah dan kecewa terhadapnya. Selama ini, walaupun marah pria itu hanya akan menasihati atau sekedar mengingatkan, tidak pernah ia sampai menatapnya datar dan penuh emosi seperti sekarang.
"Indira."
Tangis Aira pecah saat itu juga, setelah sebelumnya ia berusaha untuk menahan tangis dalam amarahnya, kini ia tak mampu lagi. Ia meraung dalam dekapan sang suami yang hanya bisa menenangkannya dengan usapan lembut di kepala, karena pria itupun sedang berusaha menahan emosi agar tidak meledak.
Melihat kedua orang tuanya, hati Zayn seperti tersayat, ia sempat melirik Adeeva yang juga yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca penuh kecewa.
Zayn menatap Zavin sejenak, melihat cowok itu hanya tersenyum sambil mengepalkan tangan di depan dada seolah menyemangatinya, membuat ia menghela napas pelan dan bangkit dari duduknya.
Ia berjalan maju, kemudian berlutut di hadapan kedua orang tuanya. Kepalanya ia tundukkan dalam-dalam. "Yah, Bun. Zayn minta maaf sudah membuat Ayah sama Bunda kecewa, sakit, sedih. Tolong, jangan diam aja, Zayn gak sanggup. Zayn lebih baik dimarahi atau dipukul, supaya Zayn sadar akan kesalahan Zayn. Kalau Ayah sama Bunda diam aja, Zayn bingung, Zayn sedih, dan Zayn juga gak tau harus apa. Tolong marah, Yah, Bun, pukul Zayn juga gak apa-apa. Zayn butuh Ayah sama Bunda untuk menyadarkan kesalahan Zayn. Zayn butuh Ayah sama Bunda untuk menunjukkan apa yang harus Zayn lakukan supaya gak menyakiti kalian lagi."
![](https://img.wattpad.com/cover/364593664-288-k299566.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ztwins (END)
General FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA! . . . #Gen1.1 Mereka adalah sama yang berbeda. - Ztwins ^^selamat membaca^^ Mei 2024