Ztwins - 50. Zayn

151 11 3
                                    

Ztwins - Aku. Aku pasti temenin kamu.
.
.

^^^^

Pagi sekali, Zayn sudah berada di depan rumah mertuanya yang berada tepat di seberang tempat tinggalnya. Laki-laki yang mengenakan kaos oblong hitam dan celana jeans hitam itu menarik napas panjang dan membuangnya perlahan, sebelum kemudian memberanikan diri mengetuk pintu di hadapannya.

Satu, dua, hingga ketukan ketiga kali barulah pintu terbuka dan menampilkan sosok pria berusia sebaya dengan Reyhan yang memandangnya dengan pandangan datar.

"Om?" Zayn mengulurkan tangan, diterima atau tidaknya itu urusan belakangan, ia hanya ingin mengabdikan diri sebagai seorang menantu yang tidak begitu memalukan di hadapan mertuanya, karena ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya tercap buruk di mata sang besan. "Assalamualaikum," salamnya setelah berhasil mendapat balasan dari uluran tangannya dan mencium takzim tangan itu.

"Mau apa kamu ke sini?" tanyanya dengan kedua tangan terlipat di depan dada, memandang Zayn tanpa ekspresi.

Zayn membalas tatapannya dengan tenang. "Boleh ngobrol sebentar, Om? Saya perlu bicara dengan Om dan juga ... Tante." Tepat saat itu Zayn melihat Vivi muncul di belakang Romi dengan tatapan tak suka ke arahnya.

"Gak!" tolak Vivi mentah-mentah, ia bahkan kembali berlalu masuk ke dalam, membiarkan Romi menghadapi menantunya sendirian.

"Kalau ini tentang anak itu, saya sudah katakan kalau dia sudah menjadi milikmu sepenuhnya. Saya dan istri saya tidak akan memedulikannya lagi." Romi hendak menutup pintunya, namun suara Zayn menghentikan pergerakannya.

"Saya akan pergi ... menjauh dari dia."

Gerakan Romi terhenti, namun dia enggan membuka pintu yang sudah setengah tertutup itu agar kembali lebar. Ia membiarkan Zayn menjelaskannya dari luar sana dan ia sendiri berada di dalam, dengan posisi pintu yang hanya sedikit terbuka.

"Saya menyakitinya, Om. Semalam, saya membentaknya, bahkan hampir memukulnya. Saya brengsek, Om. Seandainya Om ingin membalas perbuatan saya atau menjebloskan saya ke penjara, silakan. Atau, jika Om ingin membunuh saya, pun saya tidak akan menolak. Saya akui, saya salah, saya tidak mampu menjadi suami yang baik untuk dia, saya belum mampu bertanggungjawab sepenuhnya."

Romi masih belum menjawab, ketika Zayn memberi jeda sejenak pada ucapannya, terdengar deru napasnya yang memburu dari luar sana.

"Jika Om dan Tante tidak bersedia memaafkan saya, saya terima keputusan itu. Tapi, saya mohon, kepada kalian untuk memaafkan Indira, karena dia gak salah sama sekali, semua sepenuhnya salah saya. Saat ini, dia sangat membutuhkan kalian, dia mengharapkan kehadiran kalian di masa-masa sulitnya. Dia sedih, Om, dia menangis. Saat ini, gak ada yang bisa menghapus air matanya. Saya baru saja menyakitinya, saya tidak bisa mendekatinya karena saya tidak ingin membuat dia takut atau kembali membuatnya sakit."

"Om, Tante, atas nama Indira, saya mohon, temui dia. Saya yakin, kasih sayang kalian jauh lebih besar dari rasa sayang saya. Jadi, saya mohon, tolong ... temui dia."

Zayn kembali menghela napas panjang setelah berhasil mengutarakan apa yang sejak tadi sangat ingin ia sampaikan. "Atas nama diri saya sendiri, saya minta maaf. Maaf karena tidak becus menjadi suami dari putri kalian, tidak bisa menjaganya dengan baik seperti yang kalian harapkan. Sekali lagi, saya minta maaf, Om, Tante. Permisi, assalamualaikum."

Setelahnya, Zayn pergi dari sana, pulang ke rumahnya dan lebih tepatnya ke kamar. Namun, bukan kamar yang biasa ia tempati dengan Indira di lantai bawah karena sejak perutnya membesar mereka memilih pindah ke lantai dasar. Kali ini, ia memasuki kamarnya yang dulu, di lantai atas, di mana barang-barangnya lebih banyak tersimpan di sana.

Ztwins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang