Ztwins - Jadi ... lo mau nikah sama gue?
.
.
^^^"
Cie ... yang dapat paralel satu," goda Zavin pada Adeeva yang baru keluar dari kamar setelah membersihkan diri sepulang dari acara perpisahan sekolah tadi.
Adeeva menahan senyum salah tingkah, seraya berjalan mendahului Zavin menuruni anak tangga ke lantai bawah. "Apa sih," katanya pelan.
Zavin terkekeh. "Jadi, mana nih hadiahnya? Katanya kalau dapat peringkat satu, gue dapat sesuatu?"
Adeeva menoleh ke belakang di mana Zavin mengikutinya, dengan mata menyipit. "Harusnya gue dong yang dapat hadiah?"
"Loh, 'kan lo yang bilang tadi pagi?" sangkal Zavin dengan tawanya.
Di tahun-tahun sebelumnya, Zavin seringkali mendapat peringkat satu paralel, bahkan di kelulusan Sekolah Menengah Pertama, pun ia mendapatkannya. Namun, di momen kelulusan kali ini, posisinya lengser menjadi urutan ke dua, setelah nama Adeeva memimpin di urutan pertama untuk pertama kalinya.
"Duh, yang baru dapat peringkat satu, selamat ya, sayang."
Keduanya menoleh, menatap Aira yang tengah bersantai di ruang tengah lantai bawah, menunggu kepulangan Zayn dan Indira dari rumah sakit yang katanya sedang di perjalanan.
Adeeva tersenyum malu-malu, menghampiri dan duduk di sisi wanita yang lantas memeluknya penuh kasih sayang. "Makasih, ya, Bunda."
Aira mengecup pelipis gadis itu, mengusap kepala dan punggungnya dengan lembut. "Sama-sama, sayang."
Zavin tersenyum dalam diam melihatnya, ia ikut duduk di sofa single yang berada tepat di sisi Adeeva.
"Adeeva boleh izin, gak, Bun?" tanya Adeeva tiba-tiba, membuat dua orang di dekatnya menatapnya.
"Izin apa?" tanya Aira dengan alis berkerut.
"Mau pulang ke rumah Mama sebentar?" Yang ia maksud adalah rumah peninggalan kedua orang tuanya, yang sudah ia tinggalkan beberapa minggu ini.
Aira membulatkan bibirnya. "Oh, boleh. Mau diantar Zavin?"
"Ng-gak usah, kayaknya. Deeva bisa naik taksi." Adeeva melirik sekilas cowok yang ternyata tengah menatapnya.
"Gue antar." Zavin dengan cepat bangkit dari duduknya, meraih kunci motor yang ada di meja dekat televisi, kemudian keluar rumah lebih dulu tanpa menunggu Adeeva yang masih berada dalam dekapan Bundanya.
"Sudah, gih, sama Zavin aja. Lagian ini sudah sore, nanti kalau pulangnya kemalaman jadi gak sendirian."
Adeeva mengangguk, menyalami tangan Aira, sebelum berjalan menyusul Zavin. Sampai di teras, ia melihat Zavin mengulurkan sebuah helm bogo berwarna cokelat yang segera ia terima. Cowok dengan kaos oblong hitam dan celana panjang khaki itu, juga sudah mengenakan helm bogo hitamnya.
Mereka pergi tanpa membawa apapun selain ponsel dan dompet di saku mereka. Adeeva juga hanya menggunakan sweater dan kulot, dan jilbab segiempat yang membalut kepalanya. Di kaki keduanya menggunakan sandal jepit yang sama-sama warna hitam.
Zavin sudah siap di atas motor matic hijau armynya, melihat ke arah arloji hitam yang ia kenakan. "Ini sudah hampir magrib loh, Va. Memang lo mau ngapain?" tanya Zavin seraya meminta Adeeva segera naik ke boncengan.
Adeeva menatap ke arah depan ketika Zavin mulai melajukan motornya. "Mm ... ambil sesuatu."
Zavin mengangguk saja, tanpa memprotes apapun lagi, mengendarai motornya di sore yang ramai ini, dengan langit yang mulai berubah warna menjadi orange, menuju rumah Adeeva yang jaraknya tidak begitu jauh, mungkin hanya sekitar 10 menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ztwins (END)
Ficción GeneralFOLLOW SEBELUM MEMBACA! . . . #Gen1.1 Mereka adalah sama yang berbeda. - Ztwins ^^selamat membaca^^ Mei 2024