Ztwins - Lo gak sendiri, gue di sini
.
.
^^^Pagi sekali, Zayn sudah datang ke rumah sakit, tempat Indira di rawat sejak tiga hari lalu. Menenteng dua kantung kresek berukuran sedang, ia mengetuk pintu ruangan yang sedikit terbuka, kemudian membukanya lebar hingga menampilkan Indira yang masih duduk di atas brankar, lalu di sisinya ada Vivi, sang ibu yang tengah duduk di kursi, lalu di sisi lain terdapat Romi, ayahnya yang duduk di sofa pojok ruangan.
"Assalamualaikum," ucap Zayn dengan tampang datar seperti biasa, bahkan senyum manis yang Vivi perlihatkan tak akan mampu membuatnya ikut tersenyum sedikitpun.
"Waalaikumussalam, pagi sekali, Zayn?" Vivi mengambil alih kantung yang Zayn bawa tadi ketika cowok itu menyodorkan ke arahnya.
Zayn menyalami Vivi, lalu beralih menghampiri Romi yang sepertinya sedang bekerja dengan iPad di tangannya. "Sudah sarapan, Zayn?" tanya Romi yang dibalas dengan anggukan singkat olehnya.
Zayn beralih menghampiri Indira lagi. Perempuan itu menunduk sejak menyadari kedatangan Zayn tadi, enggan menatapnya.
"Enakan?" Lihatlah, ia benar-benar tidak memiliki ekspresi yang lebih menarik selain datar.
Indira hanya mengangguk pelan, benar-benar tidak mengubah posisi kepalanya yang terus tertunduk. Padahal, tidak ada apapun di pangkuannya, kecuali kedua jari-jemari yang saling meremas satu sama lain.
"Sudah nih, katanya nanti sore sudah boleh pulang, tinggal satu kali pemeriksaan lagi." Vivi sudah membuka bawaan Zayn tadi, yang salah satunya terdapat tiga kotak bubur ayam langganannya. "Eh, Zayn bawa bubur kesukaan kamu nih, sayang. Mau makan, gak?"
Dari raut wajahnya yang penuh binar, sepertinya baik Vivi maupun Romi belum mengetahui fakta tentang apa yang membuat Indira harus terbaring di rumah sakit saat ini.
Zayn dibuat takjub dengan Indira yang begitu hebat menutupinya, harus menutup mulut begitu banyak dokter dan perawat agar tidak sampai mengatakan hal itu.
Indira mengangkat kepala pelan, sempat melirik Zayn yang masih berdiri di sisi ranjang, sebelum menatap sang ibu dan menganggukkan kepalanya.
"Zayn, mau sekalian sarapan di sini?" Vivi menyodorkan satu kotak bubur itu untuk Zayn, namun cowok itu segera menggeleng.
"Buat Om dan Tante, saya sudah."
Vivi lantas tersenyum, membawa serta dua kotak bubur itu menuju sofa di sisi sang suami, setelah berkata, "Terima kasih banyak, ya? Jadi ngerepotin kamu bawa-bawa makanan begini."
Zayn tak menjawab, ia berjalan memutari brankar untuk duduk di kursi bekas dudukan Vivi tadi. Sejenak, ia menatap Indira yang lagi-lagi kepalanya tertunduk begitu dalam, tangannya yang terpasang infus terlihat berulang kali hanya mengaduk-aduk buburnya, tanpa berniat memasukkannya ke dalam mulut.
Hal itu, membuat Zayn merasa gemas dan menarik kotak bubur beserta sendoknya itu, hingga membuat Indira terkejut.
Indira hendak berucap, namun ia kembali diam. Antara tidak mengerti ingin berkata apa, juga ia cukup terkejut saat Zayn menyodorkan sesendok bubur itu di depan mulutnya.
"Mangap!"
Bukan membuka mulut, Indira justru refleks memukul lengan Zayn hingga membuat bubur di sendoknya hampir terjatuh ke pangkuan, untung ia segera menadahkan telapak tangan di bawahnya sehingga bubur tersebut hanya sampai di tangan, tidak mengotori selimut.
Zayn diam saja, namun tangannya segera mengambil beberapa helai tisu dari atas nakas untuk membersihkan tangan Indira hingga bersih dan ia buang di tempat sampah dekat pintu kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ztwins (END)
General FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA! . . . #Gen1.1 Mereka adalah sama yang berbeda. - Ztwins ^^selamat membaca^^ Mei 2024