Ztwins - Biarin aja, namanya juga bujang lapuk
.
.^^^^
"Zayn!"
Cowok yang menggunakan celana pendek hitam dan kaos oblong abu-abu itu lantas menoleh dan terkejut mendapati perempuannya yang tersenyum, berdiri tak jauh dari posisinya.
Zayn lantas melepas kunci inggris yang dipegangnya untuk memperbaiki sepeda motor milik pelanggan itu, dan berjalan menghampiri Indira, dengan kedua tangan yang belepot hitam karena oli.
Langkahnya kemudian terhenti ketika Indira tiba-tiba berlari dan memeluknya erat-erat. Ia mengangkat kedua tangannya dari sisi Indira agar tidak mengotori baju wanita muda itu.
"Kotor, Ra." Zayn menunduk, melihat Indira yang kini bersandar nyaman di dadanya dengan kedua tangan melingkari pinggangnya.
"Gak apa-apa, kangen," cicitnya di akhir kalimat yang tanpa sadar membuat senyum di bibir Zayn tersungging tipis.
"Tadi pagi juga ketemu. Nanti malam juga gue balik." Ia menghela napas, melingkarkan lengannya yang bersih di tengkuk Indira untuk kemudian mengecup puncak kepalanya sekilas. "Masuk dulu, istirahat di dalam."
Tangan Zayn masih melingkar di tengkuk Indira tanpa membiarkan telapaknya yang kotor menyentuh sedikitpun. Ia mengabaikan beberapa pelanggan yang menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan, mungkin mereka geli melihat interaksi keduanya yang terlampau intim, padahal terlihat masih sangat muda.
Seperti Bang Rivan dan Mas Arbi yang menatap mereka dengan senyum tegar, menghentikan sejenak pekerjaannya untuk menyambut kedatangan nyonya muda Zayn.
"Hai, selamat datang, Nyonya Zayn," sapa Mas Arbi yang usianya tiga tahun di atas Zayn, sekitar 21 tahun. Menyapa Indira dengan senyum manisnya, dengan memasang gelagat bak seorang pengawal yang menyambut kedatangan raja dan ratu dalam istana.
"Iya, selamat datang, Dek. Kamu tuh kalau datang ke sini, sopan sedikit bisa kali, ya? Di sini banyak jomlo soalnya." Rivan masih memasang senyum manis yang dibuat terpaksa sembari melirik Arbi, meminta persetujuan.
"Dih, lo aja kali yang jomlo, gue sih kagak." Arbi memeletkan lidah mengejek, membuat Rivan menatapnya sinis.
Indira yang melihat interaksi mereka pun tertawa pelan. "Iya, salam kenal, Om."
Baik Arbi maupun Rivan sama-sama membulatkan matanya tercengang. "Om? Hahaha, Om? Om banget, nih?" Mereka tertawa garing yang diakhiri dengan ringisan.
"Abang, dong! Mas, kek ya elah, Om banget," protes Rivan dengan tampang memelas. Padahal usianya baru menginjak seperempat abad dua hari yang lalu, sudah dipanggil Om oleh gadis remaja yang hampir kepala dua. "Memang gue setua itu, Zayn?" Rivan mengusap janggutnya yang ditumbuhi bulu-bulu tipis.
"Kalau lo memang sudah cocok sih, Bang! Harusnya lo tuh sudah jadi Om-Om anak dua. Malah masih ngebujang bae!" sindir Arbi seraya melanjutkan pekerjaannya.
"Diam, lo! Kayak yang sudah punya calon aja!"
"Setidaknya gue masih anak kuliahan!"
"Halah, skripsi aja kagak selesai-selesai lo!"
Dan, jadilah aksi saling debat di antara dua bujangan itu, dan Zayn memilih berlalu membawa Indira ke bagian ruang tamu yang mana terdapat sofa panjang yang membentuk huruf U menghadap sebuah layar televisi 43 inci.
"Duduk dulu, gue cuci tangan sebentar." Ia pergi ke kamar mandi yang terdapat di bagian pojok sebelah kiri ruangan, lalu pergi ke bagian pojok kanan di mana ada dapur yang isi kulkasnya lumayan penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ztwins (END)
Fiksi UmumFOLLOW SEBELUM MEMBACA! . . . #Gen1.1 Mereka adalah sama yang berbeda. - Ztwins ^^selamat membaca^^ Mei 2024