Ztwins - 33. Zavin

116 7 3
                                    

Ztwins - Maaf ya, cantikku
.
.
^^^

Malam hari setelah dilaksanakan akad nikah pagi tadi yang sempat membuat rumah itu terasa hangat oleh keramaian keluarga dan para tetangga, kini tersisa sepasang pengantin baru itu bersama kedua orang tuanya yang memutuskan untuk menginap.

Zavin baru kembali dari kamar untuk mengambil ponsel, ketika ke ruang keluarga menghampiri istri dan kedua orang tuanya yang sedang duduk santai sambil menonton televisi.

Beruntung rumah mereka sudah kembali rapi dan bersih karena dibantu oleh kerabat yang tadi ikut hadir, sehingga mereka tidak perlu repot-repot membereskan rumah sendirian.

Zavin masih menggunakan sarung hitam dan kaos oblong abu-abunya yang tadi dikenakan saat solat hanya melepas peci hitamnya, mengambil duduk di samping Adeeva yang duduk berdampingan dengan Aira, membuat gadis itu berada di tengah antara Zavin dan ibu mertua, sedangkan Reyhan ada di sofa yang lain dekat dengan posisi Aira.

Adeeva yang semula mengobrol santai dengan Aira tentang pernikahannya pagi tadi yang menurutnya sesuai dengan keinginannya, dibuat menoleh saat pundaknya terasa berat dan mendapati kepala Zavin bersandar di sana sambil memainkan ponsel.

Dengan tangan yang menganggur, Adeeva menekan kepala Zavin menggunakan jari telunjuknya agar tidak lagi berada di pundaknya, namun hanya terangkat sebentar dan setelahnya kembali bersandar.

"Zavin, malu," cicit Adeeva ketika menyadari tatapan kedua mertuanya yang geleng-geleng kepala.

Masih dengan kepala di atas pundak Adeeva, Zavin sedikit mendongak untuk menatap wajah gadis itu. "Malu kenapa?"

Adeeva mendesis dan mendelik kesal seraya menggerakkan pundaknya agar Zavin mengangkat kepalanya, namun cowok itu sama sekali tak mengindahkan perintahnya. Justru, kini bergerak melepas ponselnya dan beralih memainkan jemari tangannya yang semula ada di pangkuan.

"Vin, kalian masih muda. Sebelum terlanjur, Ayah mau bilang, kalau bisa tunda dulu punya anak. Kehamilan di usia muda terlalu beresiko. Setidaknya tunggu satu atau dua tahun lagi, setidaknya sampai usia Adeeva lebih meyakinkan. Lagi pula, kalian masih muda, kalau bisa kuliah dulu, fokus kejar impian kalian. Pernikahan ini jangan dijadikan hambatan untuk kalian bisa meraih cita-cita." Reyhan mulai bicara serius, membuat Zavin menegakkan tubuhnya dan mendengar dengan seksama.

"Iya, mimpi itu penting. Mumpung masih muda, kalian bisa sama-sama mengejar mimpi yang selama ini menjadi keinginan kalian. Pernikahan ini bukan beban, justru kalau kalian bisa menempatkan diri dengan baik, kalian bisa saling bekerja sama mencapai tujuan hidup kalian." Aira ikut menimpali.

"Kalau kalian mau kerja, bisa tanya Ayah, siapa tau ada lowongan yang cocok untuk fresh graduate seperti kalian. Atau, kalau mau buka usaha, Ayah bisa berikan kalian modalnya."

"Nah, karena kalian sudah menikah, pasti, 'kan nanti banyak kebutuhan yang harus kalian tanggung. Jadi, ya sedikit-sedikit belajar bekerja atau bangun bisnis, mungkin? Walaupun nanti insyaa Allah Ayah tetap membantu keuangan kalian, setidaknya sampai kalian lulus kuliah dan siap menjalani kehidupan yang sesungguhnya."

Zavin berdehem pelan, memajukan sedikit badannya tanda bahwa ia sedang mengajukan diri untuk mulai bicara. "Gini, Yah, Bun. Kami memang berniat untuk membuka usaha dengan modal seadanya yang kami punya. Dan, kami juga ingin belajar untuk memenuhi kebutuhan kami dengan usaha kami sendiri. Bukan bermaksud menolak rezeki, tapi kami mohon doanya aja dari Ayah sama Bunda, untuk sekarang kami mau belajar mandiri, menggunakan modal seadanya. Kalau suatu saat kami butuh, mungkin kami akan menerima pemberian Ayah sama Bunda. Untuk saat ini, kami mohon doa dan restu dari Ayah sama Bunda, semoga kami diberi kelancaran dalam berusaha dan diberikan keberkahan dalam rumah tangga kami."

Ztwins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang