Chapter 22: Mengalah?

5.3K 152 10
                                        

Reygan memandangi Kaivan yang kini berbaring lemah di ruang perawatan khusus, karena kondisi anak laki-laki itu yang benar-benar kritis. Syukur anak laki-laki itu masih bisa diselamatkan setelah hampir saja nyawanya melayang siang tadi. Beruntung Reygan cepat membawa Kaivan kerumah sakit dan ditangani oleh dokter jika tidak, Kaivan pasti sudah tidak berada disana.

Benarkan, Kaivan itu laki-laki kuat yang tidak gampang menyerah begitu saja. Kaivan, cowok yang menginginkan kesembuhan dari penyakitnya itu berhasil menepati janjinya untuk berusaha bertahan dari penyakitnya.

Jika boleh memilih, Reygan ingin sekali menggantikan posisi Kaivan didalam sana. Melihat tubuh adiknya berbaring lemah didalam sana membuatnya tak tega. Adiknya pasti kesakitan, pengap dan susah bergerak . Itulah yang terus berputar di otaknya.

Reygan sempat berpikir untuk membantu kesembuhan Kaivan agar cowok itu bisa kembali sehat dengan normal, dengan cara mendonorkan jantungnya untuk sang adik. Tak apa jika nantinya dialah yang akan pergi, toh kehadirannya disini pun tak memiliki arti apapun terlihat bagi sang Papa. Yang ada dia hanya bisa membuat nama keluarganya termasuk Papanya.

Ayah kandungnya sendiri bahkan nekat ingin membunuhnya, membunuh anak kandungnya sendiri dengan tangan pria itu sendiri. Haha terdengar sangat sadis bukan?

Jika saja pada saat itu Karina dan Darius tidak datang dengan cepat sudah bisa dipastikan Reygan sudah tidak bisa berdiri disana memandangi wajah saudaranya didalam sana.

Ada dalam posisi Kaivan itu memang sakit, sebab penyakit yang diderita anak laki-laki itu bukanlah penyakit biasa melainkan penyakit mematikan yang kapan saja bisa menghilangkan nyawanya. Namun, menjadi Reygan juga tak kalah sakit, batin dan fisik cowok itu seolah dipatahkan habis-habisan oleh Ayah kandungnya sendiri. Cowok itu juga kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya sejak dulu. Reygan selalu mengalah dan menjadi yang terkalah dibandingkan dengan Kaivan.

Reygan yang kasar sebenarnya tidak begitu buruk. Sikapnya yang kasar tumbuh karena rasa sakitnya selama ini.

"Nak?" Reygan nyaris terjungkal saat sebuah tangan menepuk bahunya dari samping.

Kontan ia menghadap kesamping menatap sang pelaku dengan wajah terkejutnya. Karena asik melamun Reygan sampai tidak menyadari kehadiran Karina disampingnya.

"Luka mu masih basah jangan dulu beraktivitas. Ayo istirahat Mama temani," ucap wanita itu dengan tatapan meneduh.

"Ma, mama sayang Kaivan 'kan?" Reygan tak mengindahkan ucapan Karina. Anak laki-laki justru melontarkan pertanyaan demikian.

"Tentu saja mama sayang Kaivan, kamu juga, mama sayang kalian berdua," balas Karina.

"Kalau mama disuruh milih Kaivan atau Reygan mama bakal pilih siapa?"

Kedua alis Karina bertaut dengan kerutan kecil yang terlihat di dahinya. "Kenapa tanya kayak gitu? Tentu saja mama akan pilih kalian berdua. Mama sayang kalian."

"Pilih Rey atau Kai?" Pertanyaan Reygan seakan mendesak Karina.

Melihat Karina diam tak berekspresi apapun sudah cukup membuat Reygan paham bahwa sebenarnya cinta mama nya lebih besar untuk Kaivan bukan untuk dirinya. Oh ayolah Rey, harusnya kamu sadar, tau begini hatimu pasti sakit kan?

Reygan tau jika Karina pasti akan lebih memilih Kaivan ketimbang dirinya hanya saja Karina mungkin tidak enak mengutarakan itu padanya. Padahal jika pun itu benar, Reygan sama sekali tak masalah. Toh dia memang sering dinomor belakang kan termasuk kasih sayang dari orang tuanya.

"Ma, jawab!" Desak Reygan.

"Kaivan," jawab Karina dengan spontan. Karina tak munafik nama Kaivan memang yang terus bermunculan pada otaknya begitu mendengar pertanyaan dari Reygan.

REYGANSHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang