Sakit

145 5 0
                                    

Assalamualaikum, kembali lagi bersama Autgan 😘😚🤗










Jangan lupa vote, komen dan follow ☺️😍










Happy reading

•••


Setelah kepergian Satria, Elysia pingsan dan membuat seluruh anggota keluarga Brahmananda panik, terutama Fiko.

Fiko langsung membantu ipar pertamanya itu untuk dibawa ke rumah sakit. Semua keluarga Brahmananda setuju atas utusan Fiko.

Saat ini, Elysia sudah di ruang rawat, ditemani langsung oleh Fiko. Dokter menyatakan kondisi Elysia melemah karena terlalu banyak kepikiran, ditambah lagi ternyata istri Satria itu kecapean.

Sampai saat ini, Elysia belum juga sadarkan diri yang membuat Fiko khawatir. Kekhawatiran Fiko bertambah jika mengingat Satria tidak ada di samping Elysia yang akan membuat adik iparnya itu pikirannya bertambah dan akan membuat kondisi Elysia semakin drop. Pihak keluarga sudah mencari ke mana Alvianto membawa Satria. Tapi belum ada kabar sama sekali.

"Kak, bangun," ucap Fiko dengan lirih sembari memegang tangan Elysia yang terbebas dari infus.

Elysia mulai membuat matanya secara perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Setelah terbuka sempurna, ia bisa menyimpulkan bahwa saat ini dirinya berada di rumah sakit.

Matanya mulai menelusuri setiap sudut ruang rawat tersebut dan Elysia tidak mendapatkan keberadaan pria yang ia harapkan. Ia hanya menangkap satu orang yang sedang duduk, tersenyum lega. Orang itu adalah Fiko.

Fiko bernafas lega saat Elysia membuka matanya. Tapi senyuman gadis itu tidak berlangsung lama ketika melihat wajah murung istri Satria itu.

Fiko bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Elysia. Di saat kita sakit, suaminya malah pergi entah dibawa entah ke mana sama abangnya sendiri. Ditambah lagi abang ipar kita sampai saat ini belum merestui pernikahan kita.

Elysia berinisiatif untuk duduk tapi langsung ditahan oleh Fiko.

"Kakak jangan banyak bergerak dulu." Fiko mencegah Elysia untuk tidak duduk dulu, itu atas perintah sang dokter.

"Tapi aku capek," adu Elysia yang merasakan pinggangnya dan perut sakit terlalu banyak berbaring.

Mau tidak mau, Fiko membantu Elysia untuk duduk tapi dengan bersandarkan tumpukan bantah pada belakang Elysia.

"Kakak yang sabar, ya," kata Fiko menasihati Elysia untuk bersabar dalam menghadapi cobaan rumah tangganya dengan mengelus bahu iparnya itu.

Elysia mengangguk dengan kepala menunduk dan air mata mulai membasahi pipi. Yang sakit bukan fisik Elysia saja, melainkan hatinya juga lebih sakit. Mengingat mereka baru saja baikkan dan ini sudah dipisahkan lagi oleh abang ipar yang tidak akan pernah merestui pernikahan mereka.

Fiko pun memeluk iparnya itu yang lagi menangis dalam diam. Ia tidak tega melihat Elysia menangis.

"Kakak yang sabar. Kami sedang berusaha cari Satria," ucap Fiko mengelus punggung Elysia yang bergetar hebat itu. Cewek berambut cokelat itu ikut menitihkan air mata, membayangkan ia ada di posisi Elysia saat ini. Pasti Fiko tidak sekuat dan setegar iparnya itu.

Si Bungsu Punya IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang