***
***
***
"Apa yang ingin kau katakan soal Sheaniel tadi?"
Si lawan bicara mengambil waktu dengan santai, menghirup kembali pipa panjangnya bersama asap memabukkan, lalu meniupkannya asap itu dan mengisi udara kamar tamu spesial, sebelum akhirnya menjawab ringan.
"Bocah itu diam-diam sedang mengawasi kita di sana. Dia sudah menangkap beberapa orang-"
"Orang kita?" sela Permaisuri Eleanor spontan berbalik dengan gaun tidur setengah terpakai dengan nada khawatir.
"Para pemberontak, sayangnya." Auguste Tarrant membuang pandangan seraya menghembuskan asap opium ke sekian kali.
"Kenapa sayang?" Kebingungan sarat terdengar dalam nada wanita tua yang akan menginjak lima puluh tahun itu sebentar lagi.
"Tentu saja karena mereka bukan orangku yang telah bersumpah untuk tak menyebut nama kita, apapun yang terjadi, jika bajingan kecil itu berlagak jadi introgator hebat."
Dengusan pelan keluar bersama rotasi bola mata, giliran Eleanor yang membuang mata sembari mengikat tali jubah tidurnya dengan muka menekuk cembeut.
"Entahlah, kupikir tak ada yang berbeda dengan mengambil sumpah atau tidak. Para lelaki itu sama saja."
Pria yang menata kumis tipis terbelahnya dengan rapi di tengah itu melengkungkan bibirnya, sebelum beranjak dari tempat tidur, menghampiri si wanita yang masih menjadi nomor satu di Syca. Satu tangannya yang tak membawa pipa opium, menyelinap melingkari pinggang Eleanor dari belakang seraya berbisik tepat di telinga.
"Tentu saja tak semua lelaki, contohnya aku."
Semburat merah tak kuasa muncul di kedua pipi penuh Permaisuri Syca yang tengah menahan diri untuk tak tersenyum lebar. Kekasih simpanannya kembali menyesap pipa dan membiarkannya menghembuskan asap opium itu menerpa dan mengelilingi diri Eleanor dalam buaian. Tapi kekhawatiran masih tak bisa pudar begitu saja.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan pada bocah itu dan mereka?" tanyanya sembari menyandarkan diri pada dada orang yang memeluknya dari belakang.
"Apa kau tak melihat ini juga bisa jadi kesempatan yang bagus untuk kita memberikan obor kepada mereka yang tersisa? Kita bilang saja rekan mereka ditangkap atas perintah Raja Syca sebagai upaya pertama untuk menaklukkan Sheaniel seutuhnya, bukan seperti yang dijanjikan."
Permaisuri Syca mengembangkan senyumnya paham.
"Tinggal bagaimana Thothage memanfaatkan kesempatan besar itu. Berhasil tidaknya itu sudah bukan urusan kita, dan kita bisa menikmati kejayaan hidup penuh emas kita."
"Benar, aku sudah muak dengan ancaman perang dari Raja serakah itu jika Lucas bertahta nanti," sungut Eleanor. Pria di belakangnya menganggukkan kepala samar.
"Lalu, bagaimana dengan kesepakatan kalian untuk menikahkannya dengan si Putri sombong itu?"
Permaisuri Syca mendengus lagi, "kau tahu sendiri 'kan, betapa keras kepalanya bocah tengik itu. Apalagi hampir semingguan ia menghilang yang ternyata mengerjakan hal tak penting di Sheaniel sana. Dan Duignan sudah akan berangkat kembali ke Thothage lusa."
"Dengan kata lain, tak berhasil," simpul Auguste Tarrant.
Gantian Eleanor yang mengangguk.
"Saranku, lebih baik kita singkirkan para Archer secepatnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Escape
Romance𝑹𝒐𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆 𝑭𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔𝒚 Seorang Saintess yang dimuliakan di penjuru Kerajaan Syca, memilih kabur dari kuil yang telah membesarkannya, hanya karena merasa muak dengan semua masalah yang dilimpahkan padanya untuk diselesaikan. Sementara itu, tan...