***
***
***
"-mereka bilang cuma perlu tiga kali dosis. Dan pasanganmu akan menjadi gila padamu."
Suara kikihan terdengar samar sampai ke telinga Vivienne yang tengah berjalan di koridor selepas doa pagi bersama Putra Mahkota.
"Tapi, bagaimana memang cara kerjanya? Bagaimana menggunakannya? Apa ada cara khusus?" Suara kedua bertanya penuh penasaran.
"Yah sebagaimana ramuan ajaib bekerja. Entahlah, yang aku dengar kau hanya perlu menuangkan ke orang yang kau sukai," suara pelayan pertama terdengar menjawabi.
"Tidak, tidak, kau harus tepat di hadapannya begitu orang itu selesai minum. Karena aku dengar dia akan jatuh cinta dengan orang yang pertama kali dilihatnya," koreksi cepat-cepat suara ketiga.
Vivienne merotasi bola matanya dan teringat pada kelakuan rekan pelayan di Rosier Chateau yang sama saja dengan para pelayan tadi. Banyak orang seperti mereka yang percaya dengan hal-hal semacam itu, terlebih lagi para wanita. Dari ramuan ajaib pelangsing tubuh, pembesar bagian tubuh, ramuan cepat kaya, cepat miskin, dan sekarang ia yakin apa yang dibicarakan mereka tadi serupa dengan ramuan cinta. Entah apa isi sebenarnya dari cairan tak jelas itu yang membuatnya laku, yang jelas berkat bualan para komplotan orang nakal.
Yah, permaisuri mereka saja juga masih percaya dengan tarot dan penyihir, bahkan kekuatan Saintess Vivienne sendiri.
Kalau dipikir-pikir ternyata ada kemiripan juga dirinya dengan para pembual itu.
Kemarin saja praktek-nya tiba-tiba dibuka lagi saat acara minum teh berlangsung. Para wanita bangsawan yang kebanyakan nyonya, mengerubunginya untuk mencari petunjuk akan masalah mereka begitu satu orang memberanikan diri, atau sekedar meminta berkat Vivienne. Ternyata mereka para bangsawan sama saja dengan rakyat biasa yang penuh pengharapan. Padahal karena masalah ini-lah Vivienne kabur dari kuil.
Acara teh menjadi sesi konsultasi mendadak. Ia masih teringat dengan tatapan putri muda dari kerajaan tetangga yang meremehkan kumpulannya, menghakimi, yang tak Vivienne ambil pusing.
Wanita itu dengan cepat mengarang nasehat berdasar logikanya jika masih bisa ditelaah, atau karangan kata-kata bijak. Hingga waktu acara teh hampir selesai, dan setiap orang yang hadir belum tiba giliran, mereka merayu Permaisuri untuk membiarkan orang-orang menemui Saintess di paviliunnya untuk keperluan meminta berkah. Dan Vivienne ingin protes keras saat Permaisuri mengizinkan.
Ia memang harus segera keluar dari sini. Tapi bagaimana caranya?
Belum lagi masalah perutnya jika kelamaan pasti akan semakin terlihat jelas. Mungkin sudah satu bulan lebih. Ia begitu menyesal. Terlebih ketambahan rasa mual setiap pagi yang lebih sering datang akhir-akhir ini. Vivienne tak bisa bersantai dan menunda-nunda lagi. Langkah kakinya semakin cepat, sebanding dengan rasa khawatirnya yang membesar.
Apa yang harus aku lakukan?
Pertanyaan itu berkali-kali ia munculkan. Tak mungkin ia pasrah kepada seorang keponakan raja Syca, sekalipun pria itu membalas perasaannya lebih besar. Sangat tak mungkin ia membesarkan seorang anak dengan damai di tempat seperti ini yang sarat akan gejolak politik. Itupun jika memang seorang Louis Archer mau menerimanya. Karena Vivienne sendiri begitu pesimis dan penuh perhitungan.
Seberapa besar perhatiannya padaku?
Apa ada wanita-wanita lain sepertinya juga sekarang?
Bagaimana jika pria itu tak bisa mengelak dari perjodohan antar kerajaan?

KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Escape
Romance𝑹𝒐𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆 𝑭𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔𝒚 Seorang Saintess yang dimuliakan di penjuru Kerajaan Syca, memilih kabur dari kuil yang telah membesarkannya, hanya karena merasa muak dengan semua masalah yang dilimpahkan padanya untuk diselesaikan. Sementara itu, tan...