07

14K 1K 5
                                    

Bohong jika Gika bilang tidak kepikiran. Jujur saja ia sangat kepikiran, ia juga penasaran. Namun Gika tidak punya cara untuk memuaskan rasa penasaran itu.

Kemarin, Gika membuat Bara yang sedang galau sampai emosi karena terus Gika tanyai mengenai kabar Aric. Dan memang sesuai dugaannya, Aric tidak di ketahui kabarnya lagi sejak dia kecelakaan. Dia menolak orang-orang kantor yang ingin menjenguknya waktu itu. Lalu tante Salma mengatakan, tidak pernah lagi ada teman-teman Aric yang menjenguk sejak dia sakit. Mungkin setelah dia keluar dari rumah sakit.

"Tetangga gue kemarin ngelamun sore-sore dia langsung kesambet." Gika memutar bola matanya mendengar ucapan Mita. Pramita Anjani, temannya sejak ia pertama kali di terima di kantor ini tiga tahun yang lalu.

"Enggak ngelamun, lagi mikir aja." Ujar Gika, ia memang sedang berfikir. Kecelakaan macam apa yang menimpa Aric hingga membuatnya tidak bisa berjalan?

"Mikirin apa? Utang"? Gika ingin kesal mendengarnya, kenapa utang? Tampangnya terlihat sangat miskin dan butuh sekali bantuan kah?

Tapi dia Mita. Yang sudah diberi gelar perempuan paling cerewet sekantor. Mana bisa Gika menang, jangankan menang. Seri saja susah.

"Enggak ada." Gika kemudian membereskan barang-barangnya, jika tidak ingin lembur, pulang cepat-cepat di jam seharusnya adalah solusi. Gika bahkan sampai berlari kecil menuju lift karena enggan berlama-lama dan takut di suruh lembur meskipun Mita memanggil-manggil namanya.

____

"Kebetulan kamu pulang tepat waktu, ikut mama yuk?" Gika bahkan belum mengganti bajunya, belum mandi, bahkan belum naik ke kamarnya berada saat ucapan mamanya itu sampai ke telinganya.

"Mau kemana?" Jawab Gika ogah-ogahan, ia mengambil duduk di depan televisi yang sedang menyala menayangkan sinetron yang Gika tidak tau.

"Kamu kemarin ngobrolin apa sih sama Salma?" Gauri yang tadinya berniat masak malah ikut duduk.

"Kenapa emang?" Mendengar nama ibu dari Aric di sebut, Gika jadi tertarik. Tadinya ia sudah berencana untuk membersihkan diri dan langsung naik ke kasur. Berharap tidur nyenyak, karena dua hari ini tidurnya jadi tidak berkualitas sejak ia dengar Aric tidak bisa berjalan akibat kecelakaan.

"Dia minta tolong mama buat bujukin kamu ke rumahnya, tapi gimana kalo kamu kesana sendiri aja? Mama ada urusan ini sebenarnya" Gika tidak langsung menjawab. Kebingungannya datang duluan, jangankan pergi sendiri. Pergi dengan mamanya saja Gika memang tidak niat.

"Mau apa?" Gika rasanya tidak terlalu mengobrol banyak dengan tante Salma hari itu. Apa dari obrolan itu yang membuat tante Salma kepikiran memintanya datang?

"Dia bilang penting, mama udah kasi nomer kamu ke dia sih. Emang dia enggak nelpon?" Gika mengeluarkan ponselnya cepat dari dalam tasnya. Benda itu Gika abaikan hampir seharian karena sibuk bekerja.

Benar, ada nomor asing yang menelponnya dua kali dan mengirim satu pesan.

Gika, ini tante Salma. Maaf menganggu. Gika, kamu punya waktu luang enggak? Tante mau ketemu, ada yang mau tante bicarakan. Itu juga kalau Gika punya waktu.

Gika penasaran, dan sepertinya juga akan tidak sopan jika ia menolak. Gauri juga kalau tau dia menolak pasti akan mengomelinya tujuh hari tujuh malam.

Lagi pula kemana saja dia selama ini sampai baru tau kalau mamanya dan Aric itu saling kenal?

Gika harap Aric tidak pernah menceritakan pada mamanya atau keluarganya mengenai kebodohan dan tingkah memalukannya di masa lalu.

"Gimana Gika?" Gika kembali menatap Gauri. Dan bukankah tadi dan kemarin-kemarin ia berfikir bagaimana caranya ia menuntaskan rasa penasaran itu?

BORN TO BE OVERLOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang